Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yenny Puspitasari
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26695
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rahayu Sukamto
"Latar belakang: Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan global dan menjadi penyebab pertama dari dua kematian akibat penyakit menular di dunia. Pasien yang menghentikan pengobatan sebelum sembuh mengakibatkan penyakitnya bertambah parah, menularkan penyakit bahkan meninggal. Pemanfaatan pelayanan kesehatan turut berperan dalam kasus TB, karena pemanfaatan pelayanan dapat mencegah terjadinya kasus putus berobat. Sekitar 50% pasien TB tanpa pengobatan akan meninggal. Salah satu faktor risiko kematian karena TB adalah pengobatan yang tidak adekuat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pasien TB paru dewasa putus berobat di wilayah Kota Serang tahun 2016.
Metode : Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif menggunakan desain cross-sectional dengan sampel 13 penderita TB. Sedangkan, penelitian kualitatif menggunakan wawancara mendalam.
Hasil : Hasil penelitian menemukan faktor pendukung pasien TB Paru putus berobat untuk memulai kembali pengobatannya adalah pengetahuan, sikap pengobatan, jarak ke Puskesmas, kunjungan petugas TB, pendorong pengobatan kembali, kebutuhan pengobatan, dukungan keluarga dan petugas TB Puskesmas. Sedangkan faktor penghambat pasien TB putus berobat adalah efek samping OAT dan upaya pencarian pengobatan lain.
Kesimpulan : Pengobatan TB merupakan salah satu upaya paling efisien untuk mencegah penyebaran kuman TB. Maka, perlu dilakukan kerja sama lintas program terkait untuk mengoptimalkan pengobatan TB sekaligus mengatasi masalah pasien TB putus berobat di wilayah Kota Serang.

Background : Tuberculosis (TB) is a major global health problem, the first cause of two deaths of infectious diseases in worldwide. Some patients discontinued treatment before cured resulting the disease became severe, transmit diseases and even death. Utilization of health services also have a role in the cases of TB, this is due to prevent lost to follow-up cases. As many as 50% TB patients without treatment will die. One of death risk factor of TB are inadequate treatment. The aim of this study is to find out the supported and inhibited factors of lost to follow-up adult TB patients at Serang City in 2016.
Method : This study used quantitative and qualitative research methods. In quantitative research, conducted by using cross-sectional design with 13 patients TB as sample. Meanwhile, a qualitative study using in-depth interviews.
Result : The study found the factors supported lost to follow-up TB patients for restarting the treatment were knowledge, attitudes of treatment, distance to reach public health center, health officers home visit, retreatment stimulus, needs of treatment, then the support of family and health center officers. While the factors inhibited lost to follow-up patient to get the retreatment were the side effects of treatment and the search for another treatment.
Conclusion : TB Treatment is one of the most efficient efforts to prevent the further spread of Tuberculosis. Therefore, that is necessary to cooperate with various programs related to optimizing the treatment of TB as well as to overcome the problem of lost to follow-up TB patients in the city of Serang.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T53670
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Helmi Suryani
"ABSTRAK
Salah satu tantangan dalam program TB resistan obat di Indonesia adalah
meningkatnya trend putus berobat. Di tahun 2009, persentase pasien TB resistan obat
yang mangkir adalah sebesar 10,5% dan terus mengalami peningkatan di tahun-tahun
selanjutnya. Untuk tahun 2013, angka ini meningkat menjadi 28,7%. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian putus
berobat pada pasien TB resistan obat di Indonesia tahun 2014-2015. Desain penelitian
adalah kohort retrospektif dengan menggunakan data kasus TB resistan obat yang
tercatat memulai pengobatan di tahun 2014-2015 dan tercatat di E-TB Manager.
Statistik deskriptif, analisis survival dan multivariat digunakan untuk mengetahui
pengaruh dari variabel-variabel prediktor terhadap kejadian putus berobat pada kasus
TB resistan obat. Dari 2.783 kasus, 30,18% (840) kasus putus berobat. Pada pengobatan
< 60 hari, kejadian putus berobat pada pasien berusia 41-84 tahun adalah 1,938 (95%CI
,239-3,032) kali lebih cepat dibandingkan dengan kasus yang berumur 15-40 tahun dan
pada pengobatan ≥ 60 hari, kejadian putus berobat pada usia 15-40 tahun adalah 1,938
(95%CI 1,239-3,030) kali lebih cepat dibandingkan dengan kasus yang berumur 41-84
tahun. Kejadian putus berobat pada kasus TB resistan obat yang kabupaten/kota tempat
tinggal pasien sama dengan kabupaten/kota di mana fasyankes TB resistan obat berada
adalah 1,672 (95%CI 1,357-2,062) kali lebih cepat dibandingkan dengan kasus yang
berasal dari kabupaten/kota yang berbeda dengan kabupaten/kota di mana fasyankes TB
resistan obat berada. Hubungan interaksi (rate-difference modification) antara tempat
tinggal pasien dengan letak fasyankes rujukan TB resistan obat dan lama interupsi
pengobatan dengan kejadian putus berobat pada kasus TB resistan obat pada
pengobatan < 60 hari adalah positif sementara pada pengobatan ≥ 60 hari adalah negatif.
Begitu pula hubungan interaksi antara lama interupsi pengobatan dan dukungan
psikososial.

ABSTRACT
One of the challenges in drug resistant TB program in Indonesia is the
increasing of loss to follow-up. In 2009, the percentage of loss to follow-up among drug
resistant TB cases was 10.5% and continued to increase in subsequent years. For 2013,
this figure increased to 28.7%. The purpose of this study was to determine the factors
that influence of loss to follow-up among drug resistant TB cases in Indonesia 2014-
2015. Design of study was a retrospective cohort using drug resistant TB cases starting
treatment in 2014-2015 and recorded in E-TB Managers. Descriptive statistics, survival
and multivariate analysis were used to determine the effect of predictor variables on
loss to follow-up among drug resistant TB cases. From 2,783 cases, 30.18% (840) cases
was loss to follow-up. In < 60 days of treatment, loss to follow-up among patients aged
41-84 years was 1.938 (95% CI, 239-3.032) times faster than cases aged 15-40 years
old and in ≥ 60 days of treatment, loss to follow-up among patients aged 15-40 years
old is 1,938 (95% CI 1,239-3,030) times faster than cases aged 41-84 years old. The
loss to follow-up among drug-resistant TB cases residing in the same districts with the
location of referral hospital were 1.672 (95% CI 1.357-2.062) times faster than cases
came from different districts with where referral hospital located. The interaction
relationship (rate-difference modification) between the patient's residence versus
location of referral hospital and duration of treatment interruption in <60 days of
treatment was positive while in ≥ 60 days, interaction relationship was negative.
Similarly, the interaction relationship between the duration of treatment interruption
and psychosocial support."
Lengkap +
2018
T50095
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ririn Ayudiasari
"Tren angka putus berobat pada pasien TBC RO cenderung fluktuatif. Angka putus berobat TBC RO pada tahun 2020 sebesar 19%, angka ini menurun dibandingkan tahun 2019 sebesar 22% dan 2018 sebesar 27%. Angka putus berobat ini memberikan dampak yang besar bagi indikator program tuberkulosis nasional yang secara tidak langsung memengaruhi keberhasilan pengobatan TBC RO yang belum mencapai target 80%. Penelitian terdahulu menyebutkan kejadian putus berobat ini dipengaruhi oleh faktor karakteristik individu, faktor perilaku, dan faktor lingkungan. Akan tetapi, penyebab pasti dari kejadian putus berobat pasien TBC RO di Indonesia belum banyak diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian putus berobat pada pasien TBC RO di Indonesia Tahun 2022-2023. Sampel penelitian ini adalah semua kasus pasien TBC RO di Indonesia yang memulai pengobatan pada tahun 2022-2023 dan telah memiliki hasil akhir pengobatan dinyatakan sembuh, pengobatan lengkap, dan putus berobat pada Mei 2024. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 11,04% paseien TBC RO mengalami putus berobat. Terdapat hubungan antara faktor umur, jenis kelamin, status HIV, status DM, jenis resistansi, kategori panduan OAT, dan jenis fasyankes terhadap kejadian putus berobat pada pasien TBC RO. Sedangkan faktor riwayat pengobatan dan wilayah fasyankes tidak menunjukan adanya hubungan yang signifikan dengan kejadian putus berobat. Perluasan fasyankes pelaksana layanan TBC RO dan kolaborasi antara fasyankes dan komunitas TB dalam melakukan pendampingan dan memberikan dukungan psikososial dapat membantu mencegah terjadinya kejadian putus berobat pada pasien TBC RO di Indonesia.

The trend of treatment loss to follow up (LTFU) rates in DR-TB patients tends to fluctuate. The DR-TB treatment LTFU 2020 was 19%, this number decreased compared to 2019 of 22% and 2018 of 27%. LTFU have a major impact on national TB programme indicators, which indirectly affect the success of DR-TB treatment, which has not yet reached the 80% target. Previous studies have found that LTFU is influenced by individual characteristics, behavioural factors, and environmental factors. However, the exact causes of LTFU among DR-TB patients in Indonesia are still unknown. This study aims to find out what factors are associated with the incidence of LTFU in patients with DR-TB in Indonesia in 2022-2023. The sample of this study was all DR-TB patients in Indonesia who started treatment in 2022-2023 and had the final results of treatment declared cured, complete treatment, and LTFU in May 2024. The results showed that 11.04% of patients with DR-TB had loss to follow up of TB treatment. There was an association between age, gender, HIV status, DM status, type of resistance, OAT guideline category, and type of health facility with LTFU in patients with DR-TB. Meanwhile, the treatment history and health facility region did not show a significant association with LTFU. Expansion of health facilities providing DR-TB treatment and collaboration between health facilities and TB communities in assisting and providing psychosocial support can help prevent LTFU among patients with DR-TB in Indonesia."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library