Studi ini meneliti faktor secara keseluruhan yang mempengaruhi keinginan berpindah pelanggan pada penyedia layanan internet dengan menggunakan model Push-Pull Mooring. Metode yang digunakan adalah pengukuran kuantitatif kuesioner survei online pada 185 responden Indonesia dengan pengalaman menggunakan internet kabel selama setidaknya 1 bulan. Pengukuran menggunakan metode SEM untuk menganalisa data perolehan riset. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor Push tidak memiliki pengaruh terhadap keinginan berpindah konsumen, sedangkan faktor Pull dan Mooring memiliki pengaruh terhadap keinginan berpindah konsumen layanan internet. Sebagai moderasi, faktor Mooring memiliki dampak terhadap hubungan faktor Pull dengan keinginan berpindah, tetapi tidak berpengaruh terhadap hubungan faktor Push dengan keinginan berpindah. Validasi faktor-faktor yang paling mempengaruhi niat switching pelanggan dapat menjadi referensi bagi penyedia layanan internet, sehingga perusahaan dapat merumuskan strategi pemasaran untuk meminimalkan niat switching pelanggan. Penelitian ini membangun model yang komprehensif terhadap niat beralih pelanggan dari penyedia layanan internet di Indonesia.
This study examines the holistic factors that influence the customers switching intention on fixed internet services provider using the Push-Pull Mooring model. Employs quantitative measurements of online survey questionnaire on 185 Indonesian respondents with experience using cable internet for at least 1 months, the measurement uses structural equation model to examine the research data. The result shows that Push factors doesnt have impact to switching intention. However, Pull and Mooring factors have an impact to switching intention. As moderating, the mooring factor has an impact to Pull and switching intention relationship but hasnt significant impact to Push and switching intention relationship. Validation the most factors influence customers switching intention can be a reference for internet service provider, so that company can formulate marketing strategy to minimize customers switching intention. This study builds comprehensive model toward customer switching intention of internet service provider in Indonesia.
Gaya hidup sehat menjadi kesatuan yang tidak terpisahkan bagi generasi milenial. Hal ini sejalan dengan survei Centre Strategic and International Studies (2017) yang menyebutkan bahwa olahraga dan kesehatan merupakan aktivitas paling menarik dan sumber kebahagiaan bagi milenial. Kepedulian terhadap kesehatan secara tidak langsung meningkatkan pertumbuhan wellnes industry sub-sektor produk makanan sehat, suplemen, dan nutrisi penurun berat badan. Laporan Global Wellnes Economy Monitor (2017) menyatakan sub-sektor ini tumbuh 6,2% atau U$D 647.8 pada 2015. Berdasarkan data - data, penulis tertarik melakukan penelitian berdasarkan perspektif muslim milenial. Alasannya yaitu muslim di Indonesia berjumlah 207.176.162 jiwa, yang mana 61,68 juta adalah para milenial. Maka, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh harga, kualitas, kepuasan, ekuitas merek, switching cost, sikap, norma subjektif, alternative attractiveness, pricing benefits, dan kemasan terhadap switching intention ke suplemen halal. Model analisis data menggunakan Structural Equation Modeling (SEM). Objek riset terdiri dari 189 responden dengan kriteria usia 18 - 37 tahun, berdomisili di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Riset ini menggunakan teori Bansal, Taylor, dan James (2005) yaitu Push-Pull Mooring (PPM). Temuan riset menyatakan, pada push effect hanya kualitas yang berpengaruh positif signifikan terhadap switching intention, sedangkan harga, kepuasan, dan ekuitas merek tidak berpengaruh. Pada Mooring effect yang berpengaruh positif signifikan hanya variabel sikap, sementara norma subjektif dan switching cost tidak berpengaruh. Sedangkan pada pull effect, variabel kemasan berpengaruh positif signifikan terhadap switching intention, namun variabel alternative attractiveness dan pricing benefits tidak berpengaruh. Hasil temuan diharapkan dapat membantu produsen suplemen halal untuk melakukan model pemasaran yang kreatif dan inovatif.
The healthy lifestyle has been becoming an integration among the millennial generation. This is in line with a Centre for Strategic and International Studies (2017) survey, which states that sports and exercises are most interesting activities and a source of happiness for the millennials. The awareness towards health indirectly affects to the increasing the wellness of sub-sector of healthy food product, supplements, and weight loss nutrients industry. A report from Global Wellness Economy Monitor (2017) states that it has been growing 6,2 percent or U$D 647.8 billion in 2015. Based on the above data, the authors have been interested to conduct a specific study regarding the perspective of Muslim millennials. The number of Muslim in Indonesia is 207.176.162 people in which 61,68 million of them are millennial generations. In addition, halal labeled- supplement is a new market in the country. These are reasons why the study conducted. This study aims to find out and analyze the effect of prices, quality, satisfaction, brand equity, switching cost, attitude, subjective norms, alternative attractiveness, pricing benefits, and packaging to halal supplement switching intention. Data analysis using Structural Equation Modeling (SEM). The research object consist of 189 respondents aged 18 -37 years, stay in the city of Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, and Bekasi by using Push-Pull,Mooring (PPM) theory by Bansal, Taylor, and James (2005). Research finding suggest that the push effect is only a quality variable that has a significant positive effect on switching intention. While price, satisfaction, and brand equity are insignificant. In the mooring effect, attitude variable is significantly influence, but subjective norms and switching cost are not significant. For the pull effect, packaging has a significant effect on switching intention while other variables such as alternative attractiveness and pricing benefits are not significant. The result can be a reference to producers of halal supplements do creative and innovative marketing models
Seiring dengan perkembangan industri teknologi keuangan, aplikasi personal financial management (PFM) muncul sebagai solusi alternatif dari spreadsheet untuk memfasilitasi proses pengelolaan keuangan pribadi. Di Indonesia, Finku merupakan aplikasi PFM yang paling pesat perkembangannya. Meskipun Finku dianggap menawarkan solusi yang lebih efisien dan intuitif dibanding spreadsheet, Finku masih menghadapi tantangan dalam mempertahankan penggunanya, yang ditunjukkan dengan tingkat retensi pengguna yang terlalu rendah. Untuk mengatasi tantangan ini, penelitian ini menggunakan kerangka kerja push-pull-mooring (PPM) untuk memahami faktor-faktor yang memengaruhi niat pengguna untuk beralih dari spreadsheet ke Finku. Penelitian ini menggunakan metode campuran, dengan menggabungkan data kuesioner dari 198 responden dan wawancara semi-terstruktur yang dilakukan dengan enam partisipan untuk mendapatkan gambaran yang komprehensif mengenai fenomena yang diteliti. Untuk menganalisis data kuantitatif, penelitian ini menggunakan metode Partial Least Square-Structural Equation Modeling (PLS-SEM), sementara data kualitatif dianalisis menggunakan analisis tematik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketidakpuasan pengguna dan persepsi ketidakefisienan terhadap spreadsheet, daya tarik alternatif dari Finku, inovasi konsumen, biaya beralih, dan persepsi keamanan dan privasi berpengaruh secara signifikan terhadap niat pengguna untuk beralih. Namun, ubikuitas tidak ditemukan berdampak signifikan terhadap niat untuk beralih. Penelitian ini juga menekankan bahwa fitur-fitur inovatif, seperti gamifikasi dan pembuat laporan keuangan otomatis, memainkan peran besar dalam meningkatkan daya tarik alternatif, sehingga memengaruhi niat beralih pengguna. Penelitian ini berkontribusi dengan memberikan pemahaman mendalam tentang faktor-faktor PPM yang memengaruhi niat beralih pengguna dari spreadsheet ke aplikasi Finku. Temuan ini juga dapat dijadikan landasan bagi pengembang aplikasi Finku untuk meningkatkan retensi pengguna aplikasinya berdasarkan faktor-faktor PPM yang telah diidentifikasi. ......As the fintech industry evolves, personal financial management (PFM) apps have emerged as an alternative to spreadsheets in facilitating personal finance management. In Indonesia, Finku stands out as the most rapidly growing PFM app. Despite Finku's perceived efficiency and intuitiveness compared to spreadsheets, it still faces challenges in retaining its user base, as indicated by its low user retention rate. To address this challenge, this study employs the push-pull-mooring (PPM) framework to understand the factors influencing users' intentions to switch from spreadsheets to Finku. The study uses a mixed-method approach, combining questionnaire data from 198 respondents and semi-structured interviews with six participants, to provide a comprehensive picture of the phenomenon under investigation. For the analysis of quantitative data, this study uses the Partial Least Square-Structural Equation Modeling (PLS-SEM) method, while qualitative data is analyzed using thematic analysis. The findings reveal that user dissatisfaction and perceived inefficiency of spreadsheets, Finku's alternative attractiveness, consumer innovation, switching costs, and perceived security and privacy significantly influence users' intention to switch. However, ubiquity was not found to significantly impact the intention to switch. The study also highlights that innovative features, such as gamification and automatic financial report generators, play a major role in increasing alternative attractiveness, thus influencing users' switching intentions. This study contributes by providing in-depth understanding of the PPM factors influencing users' switching intentions from spreadsheets to Finku. These findings can also serve as a foundation for Finku app developers to improve user retention based on the identified PPM factors.