Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aisyah Ayu Safitri
Abstrak :
Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif studi potong lintang secara consecutive sampling. Mengggunakan data sekunder dari penelitian induk pada bulan Mei 2020. Subjek merupakan dokter spesialis paru dan dokter residen paru anggota Perhimpunan Dokter Paru Indonesia wilayah Jakarta. Hasil Penelitian: Pada penelitian ini didapatkan subjek penelitian adalah 134 subjek yang masuk dalam kriteria inklusi, dengan 53 subjek dari kelompok spesialis paru dan 81 subjek dari kelompok residen paru .Jenis kelamin paling banyak adalah perempuan sebanyak 87 orang (65%), rerata usia 38,36 (±9,54) tahun dan paling banyak berdomisili di Jakarta timur yaitu 52 subjek (39%). Lama kerja subjek penelitian rata-rata lima jam sehari di zona merah. Kekerapan kejadian COVID-19 pada seluruh total subjek penelitian adalah 9 subjek (6,7%) dengan luaran derajat ringan. Komorbid paling banyak asma yaitu 17 subjek (13%). Ditemukan hubungan bermakna antara penggunaan alat trasportasi umum berupa taksi online dengan kejadian COVID-19 pada subjek penelitian. Kesimpulan: Kekerapan kejadian COVID-19 pada dokter spesialis paru dan residen paru anggota Perhimpunan Dokter Paru Indonesia wilayah Jakarta adalah sebanyak 6,7% dengan luaran mayoritas derajat ringan. Ditemukan hubungan bermakna antara penggunaan alat trasportasi umum berupa taksi online dengan kejadian COVID-19 pada subjek penelitian. ......Background: Coronavirus disease 2019 (COVID-19) is an infection by severe acute respiratory syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV-2) with a high transmission rate in Indonesia. We concern that transmission rate of COVID-19 among healthcare worker whose contact with COVID-19 patients is high, about 3.8% occurred in China in February 2020. Data in Indonesia from the Indonesian Doctors Association recorded about 80 specialist doctors transmitted with COVID-19 from their patients in April 2020. High transmission can occur due to close contact and several other things that affecting such as variations in immunity status of each individual. Proper preventive procedures are needed in an effort to prevent COVID-19 transmission, especially among healthcare worker. Methods: This study uses descriptive study cross-sectional methods with consecutive sampling. Using secondary data from the main study in May 2020. The subjects are pulmonologist and pulmonology resident member of The Indonesia Society of Respirology in Jakarta. Results: The study with 134 subjects suitable with inclusion criteria, with 53 subjects from the pulmonologist group and 81 subjects from the pulmonology resident group. Women are the most common 87 subjects (65%), the mean age was 38,36 (±9,54) years and most of them live in east Jakarta 52 subjects (39%). Median of working duration in red zone was five hours in a day. The frequency of COVID-19 incidence in all total subjects was 9 subjects (6.7%) with majority mild outcome in degrees severity. Asthma is the most comorbid in 17 subjects (13%). There is a relationship between using of public transportation in the setting of online taxis and the incidence of COVID-19 in the study subjects. Conclusion: The frequency of COVID-19 incidence in pulmonologist and pulmonology residents members of The Indonesia Society of Respirology in Jakarta is 6.7% with a majority mild outcome in degrees severity. There is a relationship between using of public transportation in the setting of online taxis and the incidence of COVID-19 in the study subjects.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shintawati Ramdhani Zaenudin
Abstrak :
Latar Belakang: Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) di Indonesia mengakibatkan masalah psikologis, termasuk kecemasan, depresi dan distress psikologis pada tenaga kesehatan khususnya dokter spesialis paru dan peserta Pendidikan Program Dokter Spesialis (PPDS) paru. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalens, derajat risiko distress dan faktor-faktor yang memengaruhi derajat risiko distress psikologis pada dokter spesialis paru dan PPDS paru di Jakarta. Metode: Peneliti menggunakan metode studi deskriptif potong lintang terhadap dokter spesialis paru dan PPDS paru di Jakarta, Indonesia secara consecutive sampling pada bulan Mei 2020. Peneliti menggunakan alat ukur yaitu Distress Thermometer (DT) dan problem list yang telah divalidasi secara transkultural dan pengisiannya dilakukan mandiri oleh subjek secara daring. Hasil: Sebanyak 134 subjek yang masuk dalam penelitian ini diantaranya 81 orang peserta PPDS paru dan 53 orang dokter spesialis paru dengan dominasi subjek perempuan sebanyak 66,4%, rerata usia 38,36 (±9,54) tahun dan rerata lama pengalaman kerja adalah 3 (1-27) tahun. Seluruh subjek memiliki risiko distress psikologis dengan perbandingannya berturut-turut pada kelompok PPDS adalah ringan, sedang, berat (44,4%, 50,6%, 4,9%) dan pada dokter spesialis paru (47,2%, 45,3%, 7,5%). Pada analisis subgrup ditemukan bahwa kelompok dokter spesialis paru lebih banyak mengalami masalah yang memengaruhi risiko distress psikologis dibandingkan kelompok PPDS. Pada kelompok dokter spesialis paru ditemukan masalah-masalah yang memengaruhi tingkat risiko distress diantaranya adalah usia (56,0%, p=0,003), masalah mengasuh anak (50,0%, p=0,037), mengurus rumah (45,5%, p=0,040), masalah dengan kerabat (75,0%, p=0,035), depresi (100%, p=0,011), ketakutan (50,0%, p=0,040), gugup (100%, p=0,011), sedih (41,7%, p=0,010), hilang minat pada aktivitas rutin (50,0%, p=0,005), diare (100%, p=0,011), kelelahan (62,5%, p=0,037), demam (66,7%, p=0,011), gangguan pencernaan (50,0%, p=0,008), gangguan konsentrasi (37,5%, p=0,033), mual (42,9%, p=0,008), hidung kering (60%, p=0,001), kulit kering dan gatal (50,0%, p=0,004), gangguan tidur (72,7%, p=0,004) serta kesemutan (57,1%, p=0,024). Faktor-faktor yang memengaruhi tingkat risiko distress pada PPDS paru diantaranya adalah depresi (80,0%, p=0,040), ketakutan (68,4%, p<0,001), gugup (62,5%, p=0,031) dan kelelahan (70,8%, p=0,023). Kesimpulan: Prevalens risiko distress psikologis pada dokter spesialis paru dan PPDS paru saat pandemi COVID-19 di Jakarta tinggi. Faktor-faktor yang memengaruhi tingkat risiko distress pada dokter spesialis paru diantaranya adalah usia, masalah teknis, keluarga, emosional dan fisis, sedangkan pada PPDS paru diantaranya adalah masalah emosional dan fisis. ......Background: Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) pandemic in Indonesia causes psychological problems, including anxiety, depression and psychological distress in health workers, especially pulmonologist and pulmonology resident. The purpose of this study was to find out the prevalence, distress levels and factors that affect the risk psychological distress of pulmonologist and pulmonology resident in Jakarta. Methods: Researchers used a descriptive study cross-sectional method on pulmonologist and pulmonology resident in Jakarta, Indonesia using consecutive sampling in May 2020. We used Distress Thermometer as a measurement tools and problem list that was transculturally validated and filled out online and independently by subjects. Results: A total of 134 subjects were included in this study including 81 pulmonology residents and 53 pulmonologists dominated by women (66.4%), mean age 38.36 (± 9.54) years and median length of work was 3 (1-27) years. All subjects had a risk of psychological distress with the ratios in resident group are mild, moderate, severe (44.4%, 50.6%, 4.9%) and pulmonologist (47.2%, 45.3%, 7.5%). In subgroup analysis, it was found that the pulmonologist group experienced more problems that affect the risk of psychological distress than the resident group. In the pulmonologist group, problems that assosciated with the level of distress risk are age (56.0%, p=0.003), parenting problems (50.0%, p=0.037), house problem (45.5%, p= 0.040), problems with relatives (75.0%, p=0.035), depression (100%, p=0.011), fear (50.0%, p=0.040), nervous (100%, p=0.011), sadness (41.7%, p=0.010), loss of interest in routine activities (50.0%, p=0.005), diarrhea (100%, p=0.011), fatigue (62.5%, p=0.037), fever (66.7%, p=0.011), indigestion (50.0%, p=0.008), concentration (37.5%, p=0.033), nausea (42.9%, p=0.008), nasal dry (60%, p=0.001), dry and itchy skin (50.0%, p=0.004), sleep (72.7%, p=0.004) and tingling (57.1%, p=0.024). Factors that assosciated with the level of distress risk in residents are depression (80.0%, p=0.040), fear (68.4%, p<0.001), nervousness (62.5%, p=0.031) and fatigue (70.8%, p=0.023). Conclusion: Prevalens psychological distress risk in pulmonologist and pulmonology resident during the COVID-19 pandemic in Jakarta is high. Factors that assosciated with the level of psychological distress risk in pulmonologist are age, technical, family, emotional and physical problems. Factors that assosciated with the level of psychological distress risk in pulmonology resident are emotional and physical problems.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library