Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mira Rizki Wijayani
"Penggunaan cadar menimbulkan adanya konflik yang bersifat internal (within people) maupun eksternal (between people) pada diri seorang muslimah. Konflik yang ada, kerap mengharuskan seorang muslimah untuk berhadapan dengan kondisi yang sulit dan menekan dalam hidupnya. Di tengah kondisi tersebut, terdapat sebagian dari mereka yang mampu untuk bangkit dan bertahan dari masalah yang ada serta berhasil menjadi individu yang lebih baik. Mereka adalah individu yang dapat mengembangkan kemampuan resiliensinya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran kemampuan resiliensi pada muslimah dewasa muda yang menggunakan cadar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik wawancara dan observasi yang dilakukan terhadap empat orang muslimah dewasa muda yang menggunakan cadar dengan karakteristik yang telah ditentukan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan resiliensi yang dimiliki oleh keempat subjek sangat bervariasi. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa berkembangnya kemampuan resiliensi yang dimiliki oleh perempuan bercadar dipengaruhi oleh faktor protektif yang dimiliki oleh subjek. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk menggunakan dua pendekatan yaitu kuantitatif dan kualitatif. Hal ini dimaksudkan agar hasil penelitian yang didapatkan dapat saling mendukung, sehingga menghasilkan data yang lebih akurat mengenai gambaran resiliensi subjek.

Veil uses cause life conflict in some moslem women. The conflict is happen rather inside the person (within people) or between the person with her environment (between people). The confilct forces the moslem women to face difficult and stressfull situation. However, some of them can bounce back and hold out from the setbacks in their live. They are the people who can increase their resiliency abilities. The purpose of this research is to give the description about resiliency abilities among young adulthood veil moslem women. It use qualitative approach with interview and observation techniques which is utilized to the four people of young adulthood veil moslem women.
The results shows variation resiliency abilities between four veil moslem women. The resiliency abilities is also influenced by their protective factors which they have. For the next study, qualitative and quantitative approach are suggested. Each of them could be important to another to get more complete and accurate informations about resiliency of the people.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
305.242 WIJ g
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Aini
"Remaja merupakan masa yang penting untuk mempersiapkan tahap perkembangan hidup selanjutnya. Berinteraksi dan mengembangkan psikososialnya menjadi salah satu cara dalam menemukan identitas dirinya. Kebutuhan untuk dapat mendongkrak penemuan identitas diri dipengaruhi oleh lingkungan sekitar termasuk orang tua. Orang tua bertanggung jawab dan berperan dalam perkembangan psikososial remaja. Pengasuhan yang diberikan orang tua dilatarbelakangi oleh kepercayaannya terhadap kemampuan orang tua menjalankan peran pengasuhan kepada anaknya yang disebut sebagai efikasi diri orang tua dalam pengasuhan (Parenting Self-Efficacy). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan efikasi diri orang tua dalam pengasuhan dengan perkembangan psikososial remaja.Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional dengan sampel sebanyak 153 responden yang dipilih secara acak menggunakan simple random sampling. Pengambilan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner di kota Depok. Kuesioner yang digunakan adalah SEPTI (Self-Efficacy for Parenting Task Index) untuk mengukur efikasi diri orang tua dalam pengasuhan dan SDQ (Strength and Diffiulties Questionnare) untuk mengukur perkembangan psikososial remaja. Uji validitas dan reliabilitas pada kuesioner SEPTI memenuhi nilai crohnbach alpha. Uji Chi-square dilakukan untuk mengetahui hubungan kedua variabel. Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan yang signifikan antara efikasi diri orang tua dalam pengasuhan dengan perkembangan psikososial remaja. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan meneliti efikasi diri orang tua dalam pengasuhan kepada pasangan suami istri sekaligus yaitu pada ayah dan ibu karena orang tua berasal dari latar belakang yang berbeda.

Adolescence is an important period to prepare for the next stage of life development. Interacting and developing his psychosocial is one way to find his identity. The need to be able to boost the discovery of self-identity is influenced by the surrounding environment, including parents. Parents are responsible for and play a role in the psychosocial development of adolescents. Parenting given by parents is motivated by their belief in the ability of parents to carry out the parenting role for their children which is referred to as parental self-efficacy in parenting (Parenting Self-Efficacy). Therefore, this study aims to determine the relationship between parents' self-efficacy in parenting and adolescent psychosocial development. The research method used in this study was cross-sectional with a sample of 153 respondents who were randomly selected using simple random sampling. Data collection was carried out by distributing questionnaires in the city of Depok. The questionnaire used was SEPTI (Self-Efficacy for Parenting Task Index) to measure parents' self-efficacy in parenting and SDQ (Strength and Difficulties Questionnare) to measure adolescent psychosocial development. The validity and reliability tests on the SEPTI questionnaire met the Crohnbach alpha value. Chi-square test was conducted to determine the relationship between the two variables. The results of the study showed that there was a significant relationship between parents' self-efficacy in parenting and adolescent psychosocial development. Further research can be carried out by examining the self-efficacy of parents in caring for married couples at the same time, namely fathers and mothers because parents come from different backgrounds."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yefta Primasari
"Tugas perkembangan anak usia sekolah berlangsung selama anak berada di tahapan usia 6-12 tahun, pada usia ini anak memasuki tahapan tugas perkembangan psikososial Industry versus inferiority. Anak usia sekolah yang menjadi korban Bullying berdampak pada terganggunya tugas perkembangan psikososial anak. Intervensi yang digunakan adalah Terapi Kelompok Terapeutik anak usia sekolah dan Psikoedukasi Keluarga. Aplikasi TKT anak usia sekolah dan Psikoedukasi Keluarga dapat membantu meningkatkan dan mengoptimalkan tugas perkembangan psikososial anak usia sekolah korban Bullying. Analisa dilakukan pada 30 klien anak usia sekolah korban Bullying. Hasil analisa menunjukkan bahwa terdapat peningkatan tugas perkembangan psikososial anak usia sekolah korban Bullying. Saran dari Karya Ilmiah Akhir ini adalah penerapan terapi kelompok terapeutik (TKT) anak usia sekolah dengan ditambah dengan intervensi lain untuk meningkatkan kemampuan asertif pada perilaku Bullying baik untuk korban Bullying dan pelaku Bullying.

The developmental tasks of school-age children take place during the age stage of 6-12 years, at this age children enter the stage of the psychosocial developmental task of Industry versus inferiority. School-age children who are victims of Bullying have an impact on the disruption of children's psychosocial developmental tasks. The interventions used are Therapeutic Group Therapy for school-age children and Family Psychoeducation. The application of TKT for school-age children and Family Psychoeducation can help improve and optimize the psychosocial developmental tasks of school-age children who are victims of Bullying. Analysis was conducted on 30 school-age child clients who were victims of Bullying. The results of the analysis show that there is an increase in the psychosocial developmental tasks of school-age children who are victims of Bullying. The suggestion of this Final Scientific Work is the application of therapeutic group therapy (TKT) for school- age children coupled with other interventions to improve assertive skills in Bullying behavior for both Bullying victims and Bullying perpetrators."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Dokumentasi  Universitas Indonesia Library
cover
Yefta Primasari
"Stunting merupakan suatu kondisi dimana terjadinya gagal tumbuh pada anak kanak-kanak akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Stunting dapat terjadi sejak masih dalam kandungan dan baru dapat teridentifikasi pada usia 2 (dua) tahun. Faktor risiko stunting meliputi faktor biologis, psikologis, dan sosial. Dampak yang dapat tejadi pada kanak-kanak yang mengalami
stunting selain pada pertumbuhan, dapat berdampak pula pada perkembangan kanak-kanak stunting. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh Pendidikan Kesehatan dan terapi kelompok terapeutik (TKT) terhadap peningkatan perkembangan kanak-kanak stunting dan tidak stunting. Metode penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimental pre post test with control group. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 102 responden yang terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok stunting intervensi I, tidak stunting intervensi I, dan tidak stunting intervensi II. Kelompok intervensi I diberikan tindakan pendidikan kesehatan dan terapi kelompok terapeutik (TKT), sedangkan kelompok intervensi II hanya diberikan tindakan pendidikan kesehatan. Pengambilan data dengan penyebaran kuesioner secara online. Hasil penelitian ini terjadi perubahan pertumbuhan tinggi badan, aspek perkembangan, tugas perkembangan, dan kemampuan ibu pada kanak-kanak tidak stunting secara signifikan setelah diberikan tindakan pendidikan kesehatan (p value <0,005). Terjadi perubahan pertumbuhan tinggi badan, aspek perkembangan, dan tugas perkembangan pada kanak-kanak tidak stunting lebih tinggi dibandingkan dengan kanak-kanak stunting setelah diberikan tindakan pendidikan kesehatan dan terapi kelompok terapeutik (TKT) kanak-kanak (p value <0,005). Terdapat perbedaan aspek perkembangan, tugas perkembangan, dan kemampuan ibu antara kanak-kanak tidak stunting pada kelompok intervensi I dan kelompok intervensi II (p value < 0,005). Terdapat perbedaan pertumbuhan tinggi badan, aspek perkembangan, dan kemampuan ibu dalam pola asuh nutrisi (perilaku) antara kelompok intervensi I stunting dan kelompok intevensi I tidak stunting (p value < 0,005). Kesimpulan dari penelitian ini bahwa pendidikan kesehatan dan terapi kelompok terapeutik (TKT) dapat meningkatkan pertumbuhan, perkembangan, serta kemampuan ibu pada kanak-kanak stunting dan tidak stunting. Penyediaan perawat generalis yang kompeten dalam memberikan Pendidikan Kesehatan dan tersedianya perawat spesialis jiwa di Puskesmas untuk pelaksanaan terapi kelompok terapeutik (TKT) untuk meningkatkan perkembangan psikososial serta meningkatkan kemampuan ibu pada kanak-kanak stunting maupun tidak stunting

Stunting is a condition where the occurrence of failure to thrive in children as a result of chronic malnutrition so that the child is too short for his age. Stunting can occur since it is still in the womb and can only be identified at the age of 2 (two) years. The risk factors for stunting include biological, psychological, and social factors. The impact that can occur on stunted children in addition to growth, can also have an impact on the development of stunted children. The purpose of this study was to determine the effect of health education and therapeutic group therapy (TKT) on the improvement of stunting and non-stunting childhood development. This research method used a quasi experimental design pre post test with control group. The sample in this study amounted to 102 respondents who were divided into 3 groups, namely the intervention group stunting I, not stunting intervention I, and intervention stunting II. The intervention group I was given health education action and therapeutic group therapy (TKT), while the intervention group II was only given health education action. Collecting data by distributing questionnaires online. The results of this study were significant changes in height growth, developmental aspects, developmental tasks, and the ability of mothers to not stunt children after being given health education measures (p value <0.005). There was a change in height growth, developmental aspects, and developmental tasks in non-stunting children which was higher than in stunted children after being given health education measures and therapeutic group therapy (TKT) for children (p value <0.005). There were differences in aspects of development, developmental tasks, and maternal abilities between non-stunting children in the intervention group I and the intervention group II (p value <0.005). There were differences in height growth, developmental aspects, and the ability of mothers in nutritional care (behavior) between the intervention group I stunting and the intervention group I did not stunting (p value <0.005). The conclusion of this study is that health education and therapeutic group therapy (TKT) can improve growth, development, and the ability of mothers in stunted and non-stunting children. Provision of competent generalist nurses in providing Health Education and the availability of psychiatric nurses at the Puskesmas for the implementation of therapeutic group therapy (TKT) to improve psychosocial development and improve the ability of mothers in stunted and non-stunting children."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library