Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tito Juliansyah
Abstrak :
ABSTRAK<>br> Studi ini membahas mengenai psikedelik di Indonesia yang dalam beberapa tahun belakangan ini menjadi sebuah scene tersendiri. Fenomena hippies yang terjadi di Amerika dan menular ke Indonesia setengah abad silam kini mulai bangkit kembali. Seiring dengan perkembangan zaman, Flower Generation pun membaur mengikuti tren yang ada saat ini. Metode kualitatif digunakan dalam penelitian ini berkaitan dengan penelitian yang bersifat deskriptif. Studi ini berusaha menggambarkan bagaimana peran anak muda dalam membangkitkan kembali scene psikedelik dan kaitannya dengan musik mainstream serta representasi psikedelik sebagai sebuah karya seni bagi penggiat maupun penikmat.
ABSTRACT<>br> This study discusses about psychedelic in Indonesia which in recent years has become a specific scene. The phenomenon of hippies that occurred in USA and spread to Indonesia half a century ago is now starting to rise again. As the times goes by, Flower Generation has blended with the current trend. Qualitative method used in this research relates to descriptive research. This study attempts to illustrate how the role of young people in reviving psychedelic scene and its relation to mainstream music and psychedelic representation as a work of art for the enthusiasts and connoisseurs.
2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Boyke Achmad Yusuf
Abstrak :
Skripsi ini merupakan sebuah tulisan bertema 'sejarah sosial budaya' yang mengangkat fenomena Psikodelik dan lahirnya kaum hippies dan Generasi Bunga yang muncul pada awal dekade '70-an di Amerika Serikat dan Inggris. Fenomena ini lahir akibat pola pikir remaja pada era 60-an hingga 70-an tersebut yang kritis dan berani serta mendobrak kemapanan serta nilai-nilai sosial yang ada di masyarakat, dan 'didukung' maraknya penggunaan narkotika, ganja, dan minuman keras. Namun demikian kaum hippies tersebut tetap mengetengahkan tema perdamaian, menentang perusakan lingkungan, humanisme serta menentang perang, terutama Perang Vietnam yang berkecamuk pada akhir '60-an. Para musisi besar tahun 60-an seperti The Beatles, The Rolling Stones, The Doors, Grateful Dead, Jimi Hendrix & the Experiences, komunitas Haight Ashbury, Bob Dylan, Janis Joplin dan sebagainya menjadi panutan para kaum hippies dimana gaya bermusik mereka, fashion, tingkah laku, pola pikir dan kebiasaan mereka mengkonsumsi obat-obatan terlarang dan seks bebas begitu diminati dan menjadi gaya hidup. Budaya yang dihasilkan dari pola hidup 'akrab' dengan obat-obatan terlarang tersebut dikenal dengan budaya 'psikedelik' dan psikedelik itu berarti : 'Hal yang berhubungan terhadap persepsi baru atau alternatif melalui penggunaan obat-obatan penghalusinasi. Di Indonesia budaya psikedelik ini muncul bersamaan dengan adanya bom minyak tahun 1973. Bom minyak ini sangat menguntungkan Indonesia karena sebagai salah satu negara penghasil minyak Indonesia mulai melakukan join venture dengan negara-negara besar seperti Jepang dan Amerika Serikat sehingga dari prosentasi bagi-hasil tersebut mampu menaikan pendapatan negara. Hal tersebut juga menimbulkan keuntungan bagi kalangan masyarakat tertentu sehingga lahir kalangan 'orang kaya baru' yang banyak tinggal di perkotaan. Dengan 'kemakmuran' tersebut, fasilitas-fasilitas mewah bisa diperoleh seperti : stereo set, televisi, majalah-majalah musik, mode dan hiburan dari luar negeri. Disamping itu banyak pula berdiri tempat-tempat hiburan seperti : klub malaria, bar, dan arena disco. Alat-alat musik yang sebelumnya sangat sulit dijangkau karena masih langka dan harganya mahal, mulai bisa didapat sehingga memudahkan menjamurnya kelompok-_kelompok musik yang banyak meniru band luar negeri, seperti : God Bless yang mengidolakan Deep purple dan Alice Cooper, The Rollies dengan gaya Chicago-nya, dan sebagainya. Seiring dengan itu, mau tidak mau pengaruh negatif pun banyak merasuk di kalangan remaja-remaja kota di Indonesia, seperti: menghisap ganja, perkelahian antar gang, minuman keras dan pornografi. Untuk menanggulangi hal tersebut, pemerintah menerapkan peraturan-peraturan seperti undang-undang anti narkotika, nasionalisasi acara acara televisi dan sebagainya.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2000
S12222
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Charisma Rahmat Pamungkas
Abstrak :
Kelompok musik AKA merupakan kelompok musik yang terbentuk di Jalan Kali Asin, Surabaya, pada tahun 1967. Kelompok ini memiliki empat anggota inti, yaitu Ucok Harahap (penyanyi), Soenatha Tanjung (pemain gitar), Syech Abidin Jeffri (penabuh drum), dan Arthur Kaunang (pemain bass), serta manager, yaitu Ismail Harahap. Kelompok ini mencapai puncak kejayaan pada periode 1967—1974, dan mendapat julukan musisi underground. Pemberitaan media massa membuat kelompok ini semakin terkenal pada periode tersebut. Kelompok ini mulai goyah pada periode 1974-1976. ......AKA band was formed on Jalan Kali Asin, Surabaya, in 1967. This band had four main player, which are Ucok Harahap (vocalist), Sunatha Tandjung (guitarist), Syech Abidin Jeffri (drummer), Arthur Kaunang (bassist), and also a manager named Ismail Harahap. They reached their peak of popularity in 1967—1974, and was referred as underground musician. News about AKA on mass media helped AKA reach its peak of popularity. This group had to face instability in 1974-1976.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S47178
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library