Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jahn, Theodore Louis
Dubuque: Iowa: WM C Brown, 1949
579.4 JAH p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
New York: Academic Press, 1964
579.4 BIO III
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Universitas Terbuka, 2003
592 TAK
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
New York: Oxford University Press, 1990
579.4 ECO
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Lisawati Susanto
Abstrak :
Toxopiasnia Gondii adalah suatu protozoa yang dapat menginfeksi manusia. Infeksi T.gondii pada orang dewasa biasanva tanpa gejala klinis, sedangkan pada orang yang imunokompromais dapat berakibat fatal. Diagnosis toksoplasinosis biasanya dilakukan dengan uji serologi yaitu enzyrnelinked inunurnosorbent assay (ELISA) untuk mendeteksi IgG dan IgM Namun pemeriksaan serologi ini tidak memberikan hasil yang memuaskan, sedangkan pengobatan dini perlu dilakukan. Polymerase chain reaction (PCR) merupakan salah satu teknik yang dapat mengatasi masalah tersebut. Penetitian bertujuan untuk mengetahui apakah teknik PCR dapat mendeteksi DNA T.gondii dengan optimasi tekniknya. Teknik ini dilakukan terhadap DNA takizoit T.gondii dengan menggunakan primer 5'GGAACTGCATCCGTTCATGAG3' dan 5'TCITTAAAGCGTTCGTGGTC3'. konsentrasi MgC12 1,5 mM dan 2,0 mM, konsentrasi enzim taq polimerase 0,7 U dan 1,75 U, konsentrasi cetakan DNA 50; 5; 1; 0,5; 0,1; 0,05; 0,01; 0,005 dan 0,001 ng dan jumlah siklus : 35 dan 55 siklus. Hasil menunjukkan bahwa konsentrasi MgC12 1,5 mM, konsentrasi taq polimerase 1,75 U dengan jumlah siklus 55 inemberikan hasil produk PCR berupa pita berukuran 193 hp dengan konsentrasi cetakan DNA sampai 0,00 ng. Dapat disimpulkan bahwa teknik PCR merupakan teknik yang sensitif yaitu dapat mendeteksi 1 pg DNA gondii. ...... Polymerase Chain Reaction to Detect Tachyzoites of Toxoplasma gondiiToxoplasma gondii is a protozoan which can infect human. T. gondii infection is oiler asymptomatic in healthy individuals, however in imrnunocompromised individuals it can be fatal. Diagnosis of toxoplasmosis is usually performed by serology using enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) to detect IgG and IgM. However, serology tests do not give an adequate result, while early treatment is necessarily performed. Polymerase chain reaction is a technique which can solve the problem. The aim of this study is to know whether the PCR technique can detect ".gondii DNA. The technique was performed on DNA of T .gondii tachyzoites using Bl gene primers : 5' GGAACTGCATCCGITCATGAG3' and 5'TCTTTAAAGCGTTCGTG G T C with MgCI2 concentrations of 1.5 mM and 2.0 mM, taq polymerase concentrations of 0.7 U and 1.75U, with DNA template concentations of 50, 5, 1, 0.5. U.1, 0.05, 0.01, 0.005 and 0.001 n.. Cycles used in this study were 35 and 55. The results showed that concentrations of 1.5 mM MgC12 and 1.75 U taq polymerase using 55 cycles gave good PCR results. With electrophoresis, the PCR product was a band of 193 bp. It was concluded that PCR is a sensitive technique which can detect 1 pg of T .gondii DNA.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Yusra Firdaus
Abstrak :
Infeksi parasit usus yang terjadi pada anak anak dapat berakibat terhambatnya pertumbuhan serta perkembangan kognitif Pengetahuan dan informasi mengenai parasit usus berperan penting dalam menanggulangi infeksi parasit tersebut Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi infeksi parasit usus murid SD di Bantargebang pada tahun 2012 Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional Data diambil pada tanggal 19 Januari 2012 sampai 22 Januari 2012 Total subjek penelitian sebanyak 246 murid dengan diminta untuk membawa feses Feses akan diperiksa secara mikroskopis dengan teknik pewarnaan lugol 1 Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan uji chi square Murid yang positif terinfeksi akan ditatalaksana dengan antiparasit yang sesuai Hasil penelitian menunjukkan dari 121 murid yang mengumpulkan feses terdapat 75 murid 62 yang terinfeksi dengan rincian B hominis 42 78 G lamblia 8 14 T trichiura 3 6 B hominis G lamblia 11 73 B hominis T trichiura 3 20 G lamblia T trichiura 1 7 Tidak terdapat perbedaan bermakna antara prevalensi infeksi parasit usus dengan jenis kelamin p 0 05 dan tingkat pendidikan p 0 05 Disimpulkan prevalensi infeksi parasit usus pada murid SD di Bantargebang 2012 adalah 62 dan tidak berhubungan dengan jenis kelamin dan tingkat pendidikan Kata kunci parasit usus soil transmitted helminth protozoa Bantargebang.
Intestinal parasitic infection that occurs in children may result in growth retardation and impaired cognitive development Knowledge and information on intestinal parasites play an important role in fighting parasitic infections This study aims to determine the prevalence of intestinal parasitic infections among students in primary school in Bantargebang 2012 The study design is a cross sectional view Data taken on 19th January 2012 to 22nd January 2012 Common research subject with the most 246 students were asked to collect stool Stool will be examined under microscope with 1 Lugol 39 s staining technique Results were analyzed using the chi square test Students who are infected are given appropriate antiparasitic Results showed that of the 121 students collect faeces contains 75 students 62 were infected with details B Hominis 42 78 G lamblia 8 14 T trichiura 3 6 B Hominis G lamblia 11 73 B Hominis T trichiura 3 20 G lamblia T trichiura 1 7 There was no significant difference between the prevalence of intestinal parasitic infections with gender p 0 05 and education level p 0 05 It is concluded that the prevalence of intestinal parasitic infections among students in primary school in Bantargebang 2012 is 62 and does not refer to gender and level of education Keywords intestinal parasite soil transmitted helminths protozoa Bantargebang
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diadikma Belarosa
Abstrak :

Pendahuluan : Infeksi parasit usus disebabkan oleh STH dan protozoa. Faktor risiko infeksi parasit usus antara lain higienitas dan sanitasi yang buruk, kekurangan air bersih, kekurangan nutrisi, serta kontak dengan sumber infeksi. Di Indonesia salah satu kawasan rural adalah Kabupaten Bogor. Sementara itu Jakarta sebagai kawasan urban, penduduknya juga memiliki faktor risiko terhadap infeksi parasit usus terutama anak-anak. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kawasan tempat tinggal rural atau urban dengan prevalensi infeksi parasit usus.

Metode           : Penelitian ini merupakan studi potong lintang yang menggunakan data hasil survei Kementerian Kesehatan RI tahun 2017. Sampel diambil dengan teknik consecutive sampling pada populasi anak usia 4-9 tahun atau sedang dalam tingkat pendidikan PAUD hingga SD/MI/sederajat di Kabupaten Bogor (sebagai kawasan rural) dan Kota Administrasi Jakarta Barat (sebagai kawasan urban). Sampel berjumlah 620 dengan jumlah sampel dari masing-masing kawasan adalah 310. Data diolah dengan menggunakan uji chi square atau Fisher exact.

Hasil               : Prevalensi infeksi cacing di kawasan rural 3,2% sedangkan di kawasan urban 1,0% dengan nilai p = 0,09 (OR = 3,33; IK 95% = 0,93 – 11,99). Infeksi cacing didominasi STH spesies A. lumbricoides. Prevalensi infeksi protozoa di kawasan rural 31,3% sedangkan di kawasan urban 16,5% dan didapat nilai p = 0,00 (OR = 1,90; IK 95% = 1,41 – 2,57). Spesies yang paling banyak ditemukan adalah B. hominis. Terdapat infeksi tunggal dan infeksi campur, namun prevalensi infeksi parasit usus (kombinasi cacing dan protozoa) tidak dapat dihitung karena infeksi hanya ditemukan di kawasan rural (5 kasus).

Diskusi           : Infeksi cacing memiliki prevalensi relatif rendah. Hal ini dapat terjadi apabila kontak dengan tanah sebagai sumber utama infeksi berkurang atau pengobatan yang adekuat. Sementara itu tingginya prevalensi infeksi protozoa usus dapat disebabkan oleh konsumsi air dan makanan yang terkontaminasi kista protozoa. Kontaminasi dapat terjadi antara lain akibat higienitas dan sanitasi buruk, fasilitas MCK yang tidak memadai, dan kekurangan air bersih.

Kesimpulan    : Prevalensi infeksi parasit usus lebih tinggi di kawasan rural dibanding dengan kawasan urban. Terdapat perbedaan bermakna antara kawasan tempat tinggal rural atau urban dengan prevalensi protozoa usus, namun tidak terdapat perbedaan bermakna antara kawasan tempat tinggal rural atau urban dengan prevalensi cacing usus.


Introduction  : Intestinal parasitic infection is commonly caused by STHs and protozoa. The risk factors of the infection are poor sanitation and hygiene, lack of clean water, lack of nutrition, and having contact with sources of infection. In Indonesia, one of rural area is Bogor District. Meanwhile, Jakarta as an urban area was considered to have the risk factors of intestinal parasitic infection, particularly children. Therefore, this study aims to know the association between intestinal parasitic infection and rural or urban as living area.

Method           : This study used a cross-sectional design and the results of survey conducted by Indonesia’s Ministry of Health in 2017. Sample was collected by consecutive sampling method among children who were at age 4th – 9th years old or being a student in early childhood education program or kindergarten and elementary school in Bogor District (as rural area) and Jakarta Barat (as urban area). Total were 620 samples that was divided into 310 samples for each area. Data was analyzed using chi square test or Fisher exact test.

Result             : The prevalence of helminths infection in rural area was 3,2% whereas  in urban area was 1,0% with p = 0,09 (OR = 3,33; CI 95% = 0,93 – 11,99). Helminths infection was dominated by STH especially A. lumbricoides species. The prevalence of protozoa infection was 31,3% found in rural area and 16,5% found in urban area (p = 0,00; OR = 1,90; CI 95% = 1,41 – 2,57). The most prevalence species was B. hominis. There were single and mixed infections in each area, however the prevalence of intestinal parasitic infection caused by both helminth and protozoa was unable to count because it is only found in rural area (5 cases).

Discussion      : The prevalence of helminths infection was relatively low. It was possibly because of diminishing contact with soil as the main transmission media or adequate treatment had been given. Meanwhile, the prevalence of protozoa infection remains high probably due to consumption of contaminated water and foods by the cysts. Contamination happens as consequences of poor sanitation and hygiene, insufficient latrines, and lack of clean water.

Conclusion     : The prevalence of intestinal parasitic infection was higher in rural compared to urban area. There was statically significant difference between rural or urban as living area and the prevalence of protozoa infection, nevertheless there was not statically significant difference between living area and the prevalence of helminths infection.

2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lisawati Susanto
Abstrak :
Toxoplasma gondii adalah protozoa intraselular yang dapat menyebabkan toksoplasmosis. Pada orang sehat (imunokompeten) inteksi biasanya tidak disertai gejala klinis, sedangkan pada penderita imunokomipromais terutama pada penderita AIDS infeksi dapat berakibat fatal. Infeksi primer pada wanita hamil dapat mengakibatkan terjadinya transmisi melalui plasenta ke janin. Karena iti pemeriksaan laboratorium mutlak diperlukan untuk menentukan adanya infeksi T.gondii, sehingga pengobatan dapat diberikan dengan segera untuk menghindari kerusakan lebih lanjut. Diagnosis Toxoplasmosis biasanya dilakukan dengan uji serologi.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rino Nugrahaputra
Abstrak :
Infeksi parasit di intestinal adalah masalah endemik utama yang biasanya ditemukan pada daerah dengan status ekonomi yang rendah, padat penduduk, dan higienitas yang buruk. Pekerja perkebunan dan keluarganya yang tinggal di Desa Pacet mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk terinfeksi parasit intestinal karena mereka sering berkontak dengan tanah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi infeksi parasit intestinal pada siswa-siswi madrasah di Desa Pacet dan hubungannya dengan tingkat pendidikan mereka. Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 10-11 September 2011 di Desa Pacet, Cianjur. Seluruh siswa-siswi (171 orang) diminta untuk mengumpulkan feses mereka untuk diperiksa secara mikroskopik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi infeksi parasit intestinal siswa-siswi tsanawiyah adalah 53% dan aliyah 49% tetapi hasil tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (chi square, p=0,626). Jumlah infeksi tunggal A. lumbricoides adalah 4 orang, T. trichiura 3 orang, B. hominis 69 orang, G. lamblia 2 orang, dan E. Coli 2 orang. Infeksi campuran B. hominis dan A. lumbricoides berjumlah 5 orang, serta B. hominis dan E. Coli berjumlah 4 orang. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa prevalensi infeksi STH dan G. lamblia cukup rendah serta tidak terdapat hubungan di antara prevalensi infeksi parasit intestinal dan tingkat pendidikan. ...... Intestinal parasitic infection is a major endemic problem found in the area with low economic status, densely populated rural areas, and poor hygiene. Plantation worker and their family who lives in Pacet village has greater risk of getting infected by parasitic infection because they often contact with soil. The aim of this study is to know the prevalence of intestinal parasitic infections among madrasah students in Pacet and its association with the level of education. This study used a cross-sectional design. Data was collected in 10-11 September 2011 in Pacet Village, Cianjur. All students (171 people) were asked to collect their stool sample then examined microscopically. The result showed the prevalence of intestinal parasitic in tsanawiyah student was 53% while aliyah was 49% but the difference was not significant (chi square, p=0,626). Total single infection among students that were infected by A.lumbricoides is 4 students, T. trichiura 3 students, B.hominis 69 students, G.lamblia 2 students, and E.coli 2 students. Mixed infection of B.hominis with A.lumbricoides in 5 students and B.hominis with E.coli in 4 students. It was concluded that STH and G.lamblia infection is low and no association between the prevalence of intestinal parasitic infection with the levels of education.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library