Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gema Nazri Yanni
Abstrak :
Anak sakit kritis terutama sepsis mengalami degradasi protein yang tinggi, yang memperburuk luaran bila masukan nutrisi tidak adekuat. Kiraan jumlah kebutuhan protein yang ada saat ini ternyata dalam praktiknya kurang dari 90 memenuhi target kebutuhan. Di lain sisi, variasi genetik individu juga memengaruhi luaran. Polimorfisme gen TNF?-308 berhubungan dengan luaran yang buruk berbagai penyakit infeksi dan inflamasi, walaupun hasil yang diperoleh berbeda-beda.Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan nutrisi tinggi protein terhadap prognosis pasien sepsis skor PELOD , lama rawat dan lama pemakaian ventilator, serta menganalisis peran pelbagai faktor yang berperan terhadap skor PELOD, termasuk polimorfisme gen TNF?-308.Penelitian ini merupakan uji klinis randomisasi pada 80 anak sepsis di 4 rumah sakit. Intervensi diberikan asam amino parenteral, yaitu Aminosteril infant 6 untuk usia < 1 tahun dan Aminofusin pediatric 5 untuk usia ge; 1 tahun. Kelompok eksperimental diberikan asam amino 4 g/KgBB/hari, sedangkan kelompok kontrol menerima 2 g/KgBB/hari selama tiga hari, kemudian dilakukan pencatatan skor PELOD pada hari ke-1,2 dan 3, lama hari rawat dan lama pemakaian ventilator. Dilakukan pemeriksaan keseimbangan nitrogen selama tiga hari, pemeriksaan kadar prealbumin hari ke-1 dan ke-3, pemeriksaan kadar TNF-? dan IL-10. Pemeriksaan polimorfisme dengan metode PCR polymerase chain reaction ndash; RFLP restriction fragment length polymorphism . Pada kelompok kontrol, diperoleh rerata skor PELOD pada hari ke-1 20,5 10,6 , hari ke-2 19,8 13,8 dan hari ke-3 19,8 15,4 ; median lama rawat 7 hari 3 ndash;19 dan median lama pemakaian ventilator 5 hari 1 ndash;14 . Pada kelompok eksperimental, diperoleh rerata skor PELOD berturut-turut 22,4 10,8 ; 20,5 13,9 ; 18,8 14,5 ; median lama rawat 7 hari 4 ndash;27 dan median lama pemakaian ventilator 4 hari 1 ndash;27 . Tidak ditemukan perbedaan bermakna skor PELOD, lama rawat dan lama pemakaian ventilator antara 2 kelompok. Diperoleh perbedaan bermakna secara statistik pada keseimbangan nitrogen baik hari ke-1,2, dan 3 p = 0,003; p = 0,016; p = 0,046 . Dari 80 subjek, 6 subjek 7,5 dengan polimorfisme gen TNF?-308 G/A atau heterozigot dan tidak ditemukan homozigot.Tidak ditemukan peran usia, jenis kelamin, status gizi, pemberian nutrisi tinggi protein dan polimorfisme gen TNF?-308 terhadap skor PELOD. Kata kunci: polimorfisme gen TNF?-308, protein tinggi, sepsis
Critically ill children, particularly with sepsis, have high protein degradation which worsens outcome if nutritional intake are inadequate. Currently, the estimated protein requirement is less than 90 target requirement. In addition, individual genetic variation also affects the outcome of these population. Tumor necrosis factor TNF 308 gene polymorphism is associated with poorer outcome of several infectious disease and inflammation, although the results are conflicting.This study aimed to determine the association between high protein nutrition intervention with prognosis of sepsis which is measured by PELOD score, length of stay, and duration of mechanical ventilation use. We also analyze the role of TNF 308 gene polymorphism which contribute to PELOD score.This was a randomized clinical trial in 80 children with sepsis in four hospitals. The interventions were parenteral amino acid, which includes Aminosteril infant 6 for subjects aged below one year and Aminofusin pediatric 5 for subjects aged above one year. Subjects in the experimental group were provided with amino acid 4 g KgBW day while those in the control group were provided with amino acid 2 g KgBW day for three consecutive days. PELOD scores in day 1, 2, 3, length of stay, and duration of mechanical ventilation use, were recorded. Nitrogen balance was measured for three days and prealbumin levels were measured in day 1 and 3. TNF and IL 10 levels were also measured. Polymorphism was measured using polymerase chain reaction PCR ndash restriction fragment length polymorphism RFLP .In the control group, the mean PELOD score on day 1, 2, 3 were 20.5 10.6 , 19.8 13.8 , and 19.8 15.4 , respectively. Median length of stay was 7 3 ndash 19 days and median duration of mechanical ventilation was 5 1 ndash 14 days. In the experimental group, obtained mean PELOD score was 22.4 10.8 20.5 13.9 18.8 14.5 consecutively median length of stay was 7 days 4 ndash 27 and median duration of ventilator use was 4 days 1 ndash 27 . There was no significant difference in PELOD score, length of stay, and duration of mechanical ventilation use between both groups. There was a significant difference in nitrogen balance on day 1, 2, and 3 p 0.003, p 0.016, and p 0.046, respectively . Of the 80 subjects, 6 7.5 subjects with TNF 308 G A gene polymorphism or heterozygotes, and no homozygote was found.Age, gender, nutritional status, provision of high protein nutrients, and TNF 308 gene polymorphism have no significant role in PELOD score. Keywords high protein, sepsis, TNF 308 gene polymorphism.
Depok: Universitas Indonesia, 2017
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hashfi Muhammad Azhar
Abstrak :
Obesitas merupakan masalah yang umum terjadi di dunia. Sebanyak 12,8 persen penduduk berusia 18 tahun ke atas di Indoensia menyandang berat badan berlebih. Dari angka tersebut, 20,7 persen penyandang obesitas. Obesitas dapat meningkatkan risiko penyakit kronis seperti penyakit hipertensi, kardiovaskular, dan penyakit tidak menular lainnya. Untuk mengatasi obesitas, dilakukan penurunan berat badan dengan berbagai cara. Namun, penurunan berat badan pada penyandang obesitas sering naik kembali dan tidak bisa dipertahankan pada hasil penurunan tersebut. Hal ini disebut sebagai weight cycling. Pada keadaan weight cycling, massa lemak lebih rendah dari massa bebas lemak yang ada di dalam tubuh. Hal ini meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan diabetes mellitus tipe 2. Untuk mengatasi weight cycling, dianjurkan diet yang teratur. Diet kalori rendah protein tinggi sering dianggap dapat menurunkan berat badan dengan hasil yang memuaskan. Pada subjek obesitas, terjadi hipoksia pada jaringan lemak. Keadaan ini meningkatkan kemungkinan terjadinya stres oksidatif. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan aktivitas antioksidan SOD total plasma yang diukur pada subjek penyandang obesitas dengan weight cycling pada kelompok yang diberi edukasi diet kalori rendah protein tinggi dengan diet kalori rendah protein standar. Metode: Subjek adalah karyawan Pusat Pelayanan Kesehatan di Balai Kota DKI Jakarta yang berumur 20-50 tahun penyandang obesitas dengan weight cycling. Subjek dibagi menjadi kelompok kontrol yang mendapatkan edukasi diet kalori rendah protein standar dan kelompok perlakuan yang mendapatkan edukasi diet kalori rendah protein tinggi. Aktivitas SOD diukur setelah subjek mendapat perlakuan selama 8 minggu. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan aktivitas SOD total plasma yang bermakna antara kelompok subjek yang diedukasi diet kalori rendah protein tinggi dengan diet kalori rendah protein standar. Kesimpulan: pemberian edukasi diet protein tinggi dan standar tidak mempengaruhi aktivitas SOD total plasma pada subjek obesitas dengan weight cycling. ...... Obesity is a common problem around the globe. In Indonesia, 12.8 percent of above 18 years old population has excess body weight. From the mentioned number, 20.7 percent counts as obesity. Obesity can increase the risk of chronic diseases such as hypertension, cardiovascular, and other non-communicable diseases. To treat obesity, several ways have been done to lose body weight. However, weight loss in obesity is difficult to retain and often comes back to the starting point. This fluctuation on body weight is called weight cycling. In weight cycling, lipid mass level is lower than free lipid mass level, which can lead to increased risk of cardiovascular disease and type 2 diabetes mellitus. Well-managed diet has been prescribed to treat weight cycling, in which low calorie high protein diet is often recommended for best result. In obesity, oxidative stress occurred in the fat tissue because of hypoxia. This study aims to observe the difference in total plasma SOD activity between the subject groups with low calorie high protein diet and low calorie standard protein diet. Methods : Subjects are 20-50 years old workers at Pusat Pelayanan Kesehatan in Balai Kota DKI Jakarta and are obese with weight cycling. Subjects are divided into the control group, which receives low calorie standard protein diet education, and the treatment group, which reveives low calorie high protein diet education. Results : The result showed no significant difference in total plasma SOD activity between the low calorie high protein diet group and low calorie standard protein group. Interpretation & conclusion : high protein and standard protein diet educations do not impact total plasma SOD activity in obese subjects with weight cycling.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibrahim Nadiyan
Abstrak :
Latar Belakang: Diet kalori rendah protein tinggi dianggap dapat membantu seseorang dalam menjaga fungsi tubuhnya dibanding diet protein seimbang, khususnya pada orang dengan riwayat weight cycling. Penelitian bertujuan untuk mengetahui dampak diet kalori rendah protein tinggi terhadap aktivitas katalase. Metode: Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain eksperimental dengan sampel tersimpan. 15 Sampel Plasma kelompok protein seimbang dan 14 sampel kelompok protein tinggi diperiksa aktivitas katalasenya kemudian dilakukan uji bivariat uji t tidak berpasangan. Hasil: Dari hasil perhitungan absorbsi, diketahui bahwa kualitas Plasma tersimpan kurang baik dari banyaknya hasil uji yang menunjukkan aktivitas katalase 0. Dari hasil uji t tes tidak berpasangan didapatkan tidak ada perbedaan pada aktivitas katalase Plasma subjek diet kalori rendah protein tinggi dengan diet kalori rendah protein seimbang, dengan nilai uji p=0,2275. Kesimpulan: Tidak terdapat peningkatan yang signifikan pada diet kalori rendah protein tinggi dibandingkan kontrol. Penelitian sebelumnya memiliki hasil yang berkebalikan.
Background: Low calories high protein is believed to help body keep its function compared to balanced protein. Objective: The study aimed to know the impact of low calories high protein diet on catalase activity compared to low calories balanced protein on subject with weight cycling obesity. Methods: The study was conducted by using experimental method on stored sample of previous research. The sample consist of 15 subject of balanced protein group and 14 subjects of high protein group. Catalase activity data were gathered from the sample and from the data, two-samples t-test was conducted to see the difference on catalase activity. Results: The quality of sample is compromised as there are some sample with 0 catalase activity. From the rest of the sample, two sample t test results in p=0.2275, indicating there is no difference on catalase activity between high protein diet and balanced protein diet. Conclusion: Our research Conclude there is no significant improvement over Plasma catalase in subject on low calories high protein diet compared to control . Previous researches also give conflicting results. Thus, we need further research in this area.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joan Jutamulia
Abstrak :
Latar Belakang : Prevalensi obesitas pada populasi dewasa di dunia pada tahun 2014 hampir mencapai 13, sementara di Indonesia telah mencapai 32,9 pada tahun yang sama. Obesitas merupakan faktor risiko berbagai penyakit tidak menular yaitu diabetes tipe 2 ataupun penyakit kardiovaskular. Sebagian besar orang yang berhasil menurunkan berat badan gagal mempertahankannya dan mengalami kenaikan berat badan berulang weight cycling. Berbagai penelitian tentang program diet memberikan hasil yang berbeda-beda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi perubahan komposisi tubuh dengan diet kalori rendah protein tinggi dibandingkan dengan protein standar pada penyandang obesitas dengan riwayat weight cycling. Metode: Penelitian ini merupakan uji coba klinis acak terbuka pada penyandang obesitas dengan weight cycling. Sebanyak 61 penyandang obesitas mengikuti penelitian ini. Subjek diberikan diet kalori rendah dan secara acak didistribusikan ke dalam dua kelompok intervensi, yaitu kelompok protein tinggi 22 ndash;30 dari total asupan kalori dan kelompok protein seimbang 12 ndash;20 . Antropometri dan data komposisi tubuh diambil pada awal dan akhir penelitian. Subyek diikuti hingga 8 minggu, diberikan buku catatan makan harian dan konseling seminggu sekali. Hasil: 54 peserta menyelesaikan penelitian. Terdapat penurunan yang signifikan dalam berat badan dan indeks massa tubuh IMT , massa lemak, persentase massa lemak, massa otot, dan kenaikan persentase massa otot terjadi pada kedua kelompok protein seimbang: p
Background: The world prevalence of obesity in the adult population in 2014 was nearly 13 while in Indonesia, it has reached 32.9 in the same year. Obesity is an established risk factor for cardiovascular diseases. A large proportion of people who had succeeded to reduce body weight failed to maintain it and underwent weight gain repeatedly weight cycling. Studies have been inconclusive about the best diet programme for such people. The purpose of this research was to evaluate the body composition changes resulting from low calorie high protein and standard protein diet programme in obese people with a history of weight cycling. Methods: This is an open randomized clinical trial of a weight loss program in obese individuals with weight cycling. A total of 61 adult obese individuals with a history of weight cycling were recruited. Subjects were assigned to a low calorie diet and were randomly distributed into two intervention groups, namely high protein group 22 ndash 30 of total caloric intake and standard protein group 12 ndash 20. Anthropometry and body composition data were taken at baseline and at the end of the study. Subjects were followed up to 8 weeks, with daily reminders and weekly counselling. Results: 54 participants completed the study. Significant reductions in body weight and body mass index BMI , fat mass, fat mass percentage, muscle mass, and gain in muscle mass percentage occurred in both groups Standard protein p
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library