Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aulia Afifa Aghnat
Abstrak :
Akumulasi lemak berlebih merupakan masalah kesehatan global yang disebut obesitas. Peningkatan lemak ini meningkatkan produksi ROS (Reactive Oxygen Species) sehingga terjadinya stress oksidatif. Protein karbonil merupakan produk ROS yang menjadi marker oksidasi seluruh protein. Peningkatan kadar protein karbonil berhubungan dengan berbagai penyakit yang dapat mengganggu kualitas hidup. Salah satu metode menurunkan stress oksidatif adalah dengan melakukan puasa intermiten Uji klinis dengan kelompok kontrol merupakan metode yang digunakan. Sampel penelitian tersimpan dari penelitian sebelumnya dengan subjek yaitu karyawan pria obesitas (IMT ≥ 25 kg/m2 ) berusia 19-59 tahun yang kemudian melalui randomisasi sederhana dibagi menjadi kelompok puasa dan kontrol. Puasa dilakukan selama 8 minggu setiap Senin dan Kamis. Kadar protein karbonil dihitung sebelum dan sesudah puasa dengan spektrofetrometer dan dianalisis dengan SPSS versi 24.0 dengan batas kemaknaan 5% untuk mengetahui pengaruh puasa intermiten 5:2 terhadap kadar protein karbonil plasma. Kadar protein karbonil menurun signifikan (p=0,004) pada kelompok puasa, sedangkan meningkat signifikan pada kelompok tidak puasa (p=0,007). Perbedaan bermakna (p = 0,011) ditemukan pada penurunan kadar protein karbonil antara kelompok puasa dan kontrol. Kelompok puasa memiliki kadar protein karbonil yang lebih rendah secara signifikan (p = 0,000) dibandingkan kelompok kontrol. Puasa intermiten 5:2 yang dilakukan selama 8 minggu menurunkan kadar karbonil plasma pada karyawan pria obesitas secara signifikan ......Excessive fat accumulation is a global health problem called obesity. Fat accumulation makes the production of Reactive Oxygen Species (ROS) rise and stimulates oxidative stress. Protein carbonyl is a product of ROS and a marker for whole protein oxidation. Increased levels of protein carbonyl are related to various diseases that influence the quality of life. Intermittent fasting is one method to lower oxidative stress. A randomized controlled clinical trial was used in this study. The sample stored from previous studies with the subject is an obese male employee (IMT ≥ 25 kg/m2) aged 19-59 years old then divided into fasting and control groups through simple randomization. Fasting every Monday and Thursday for 8 weeks. Carbonyl protein levels were measured before and after fasting with spectrophotometry and analyzed by SPSS version 24.0 with a significance limit of 5% to determine how intermittent fasting 5:2 effect protein carbonyl levels in plasma. Protein carbonyl levels in the fasting group decreased significantly (p=0.004), while the control group increased significantly (p=0,007) after fasting. Meaningful difference (p = 0.011) was found in decreased protein carbonyl levels between the fasting and control groups after the intervention. Protein carbonyl levels were significantly lower (p=0.000) in the fasting group compared to the control group after intervention. Intermittent fasting 5:2 significantly reduces plasma protein carbonyl levels in male employees with obesity.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mayang Indah Lestari
Abstrak :
Latar Belakang: Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan di rumah sakit termasuk di ruang Intensive Care Unit (ICU) dan angka kematiannya masih tetap tinggi meskipun dengan tatalaksana yang maksimal dan biaya yang besar. Kematian merupakan hal yang sulit untuk diprediksi. Pasien yang telah diresusitasi dengan baik masih berpeluang untuk mengalami kematian karena proses disfungsi organ yang terus berlanjut akibat tingginya tingkat inflamasi. Inflamasi yang tidak terkontrol memicu stress oksidasi dan necroptosis. Penelitian terakhir menunjukkan kadar protein carbonyl (PCO) dan receptor-interacting protein kinase 3 (RIPK3) tinggi pada pasien sepsis dan dapat digunakan untuk memprediksi kematian. Penelitian ini bertujuan untuk menilai seberapa besar kegagalan resusitasi, kadar PCO, dan kadar RIPK3 dapat memprediksi kematian pada pasien sepsis. Metode: Rancangan penelitian ini adalah kohort prospektif di ruang resusitasi dan ICU RSUP. Dr. Moh. Hoesin (RSMH) Palembang. Penelitian dimulai setelah sertifikat etik dan izin lokasi diterbitkan sejak bulan Februari sampai Agustus 2019. Kriteria penerimaan meliputi pasien berusia 18 tahun atau lebih yang didiagnosis sepsis. Kriteria penolakan meliputi keluarga menolak diikutsertakan dalam penelitian, pasien tidak dirawat di ICU, terlambat didiagnosis (lebih dari 24 jam), hamil dan didiagnosis mati batang otak. Kriteria pengeluaran meliputi pasien meninggal kurang dari 4 jam setelah diagnosis ditegakkan dan pasien tidak dapat dilakukan follow up dalam waktu 28 hari. Tim peneliti yang telah dilatih sebelumnya mengidentifikasi semua pasien yang memenuhi kriteria penelitian. Semua subjek penelitian mendapatkan resusitasi standar dan diambil sampel darah untuk diperiksakan ke laboratorium. Pasien diamati selama 28 hari: apakah mengalami kematian atau tidak. Kegagalan resusitasi didefinisikan sebagai kadar laktat ≥2 mmol/l atau reduksi laktat <20%. Data yang didapatkan dianalisis dengan uji statistik yang sesuai menggunakan piranti lunak program STATA. Hasil: Didapatkan total 72 subjek penelitian, 13 dikeluarkan karena meninggal kurang dari 4 jam setelah diagnosis ditegakkan. Dari hasil analisis bivariat didapatkan hubungan antara kegagalan resusitasi (RR 1,36; IK95% 0,965-1,916; p 0,085), kadar PCO (RR 2,37; IK95% 1,348-4,194; p 0,0001), dan kadar RIPK3 (RR 5,86; IK95% 2,07-16,61; p <0,0001). Dari hasil multivariat hanya didapatkan satu variabel yang bermakna yaitu kadar RIPK3 (RR 5,39; IK95% 1,490-19,478; p 0,010). Setelah dikontrol dengan variabel perancu usia, komorbiditas dan skor APACHE II didapatkan variabel RIPK3 memiliki RR 4,64 dengan IK95% 1,233- 17,479; p 0,023). Simpulan: Kegagalan resusitasi, kadar PCO dan kadar RIPK3 dapat memprediksi kematian pada pasien sepsis. ...... Background: Sepsis remains one of the health problems at the hospital including intensive care unit (ICU) since its mortality is still high despite maximal efforts on therapy. Mortality is an unpredictable event. Patients who were properly resuscitated still have a probability of mortality because of severe inflammatory state which may lead to ongoing organ dysfunctions. Uncontrolled inflammation will trigger oxidative stress and necroptosis. Recent study showed that high level of protein carbonyl (PCO) and receptor-interacting protein kinase 3 (RIPK3) in septic patients could be used to predict mortality. This study wished to analyze the ability resuscitation failure, PCO level and RIPK3 level to predict mortality in septic patients. Methods: This prospective cohort study was conducted at resuscitation room and ICU of RSUP. dr. Moh. Hoesin (RSMH), a single tertiary teaching hospital in Palembang, South Sumatera. This study was started after ethical and location authorization were unleashed in February to August 2019. Inclusion criteria were 18 years old or above patients that were diagnosed with sepsis. Exclusion criteria were patients whose family did not give any consent to participate the study, patients that were not treated at the ICU, had a late diagnosis (>24 h), pregnant, and diagnosed with brain dead. Drop out criteria including died <4 h after diagnosed and patients that could not be followed in 28 days. Investigators were trained to identified all eligible patients. Subjects had a standard resuscitation and their blood was taken to be examined at the laboratory. Patients were observed in 28 days whether there were any mortality or not. Failed resuscitation defined by examined lactate level ≥ 2 mmol/l or lactate reduction<20%. Data was statistically analyzed with STATA™. Results: Seventy two subjects were included to the study but 13 of them were dropped out because died within 4 h after diagnosed. From bivariate analysis, there was an association between failed resuscitation (RR 1.36; CI95% 0.965-1.916; p 0.085), PCO level (RR 2.37; CI95% 1.348-4.194; p 0.0001), and RIPK3 level (RR 5,86; CI95% 2.07-16.61; p <0.0001). From multivariate analysis using cox regression time constant, the only variable statistically significant was RIPK3 (RR 5.39; CI95% 1.490-19.478; p 0.010). After adjusted by confounding variables, including age, comorbidities, and APACHE II score, RIPK3 had RR 4.64 with CI 95% 1.233-17.479; p 0.023. Conclusions: Failed resuscitation, PCO level, and RIPK3 level can predict mortality in sepsis patients
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library