Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lessy Sutiyono Aji
Abstrak :

Televisi white space adalah teknologi yang memanfaatkan spektrum tak terpakai yang dimiliki oleh pengguna utama yaitu penyelenggara siaran TV di area dan waktu tertentu. Ada dua masalah utama terkait dengan penggunaan white space, yaitu perlindungan pengguna utama dan identifikasi kanal white space. Di sebagian besar negara berkembang, alokasi kanal televisi tidak sebaik di negara-negara maju; oleh karena itu, sangat tinggi terjadi overlap antara area cakupan digital television terrestrial (DTT) dan area white space. Pertama, studi ini mengusulkan metode untuk menentukan kanal white space yang memastikan perlindungan pengguna utama. Simulasi menunjukkan bahwa metode yang diusulkan lebih baik daripada model federal communications commision (FCC). Model FCC menggunakan parameter perlindungan jarak tetap, sedangkan model yang diusulkan menggunakan parameter field strength yang bervariasi tergantung pada kondisi lingkungan. Selanjutnya, penelitian ini mengusulkan metode PSML yang membagi area perlindungan TV menjadi empat zona (prohibited, strict, moderate dan loose) untuk memodelkan sistem white space. Peneliti menggunakan daerah perlindungan tambahan dan area cakupan televisi yang memiliki probabilitas lokasi kurang dari 70% untuk memperhitungkan kemungkinan overlap antara white space dan area perlindungan. Penelitian ini juga mengusulkan nilai protection ratio untuk melengkapi standar yang diberikan oleh FCC bagi negara-negara yang menerapkan sistem penyiaran TV digital (DVB-T2). Telah dilakukan tes untuk menganalisis penerapan metode PSML yang diusulkan di Pulau Bali, Indonesia. Hasilnya menunjukkan bahwa model PSML dapat menyediakan lebih banyak kanal white space daripada model yang diajukan oleh Villardi dan FCC ketika diterapkan pada daerah transisi antara daerah perkotaan dan pedesaan. Model PSML dapat menyediakan 2 kanal lebih banyak dari model Villardi pada saat pengguna utama menggunakan sistem DVB-T2 64 QAM dan 3 kanal lebih banyak pada saat pengguna utama menggunakan sistem DVB-T2 256 QAM. Jumlah 3 kanal white space adalah setara dengan 24 MHz frekuensi kosong yang bisa dimanfaatkan untuk layanan broadband. Telah dilakukan juga pengukuran lapangan di kota Jogjakarta dengan mengambil sampel coverage area TVRI Patuk. Berdasarkan hasil pengukuran, didapatkan bahwa deviasi antara hasil simulasi dengan hasil pengukuran adalah sebesar 7,32 dB atau lebih tinggi 1,82 dB dibandingkan dengan rekomendasi dari ITU-R. Hal tersebut mengindikasikan bahwa berdasarkan kondisi geografis, daerah Jogjakarta memiliki variasi nilai field strength yang lebih tinggi dibandingkan dengan rekomendasi dari ITU.


TV white space is a technology that utilizes the unutilized spectrum owned by the primary user in a particular area and time. A major concern in implementing white-space technology in television is the ability of the system to provide information about the vacant channels while guaranteeing protection to primary users. Moreover, in developing countries, the allocation of television broadcasting channels is not as good as that in developed countries.  Therefore, there is a high possibility of overlap between the Digital Television Terrestrial (DTT) coverage areas and white-space areas. The first contribution of this study is a proposed method for determining white-space channels that ensure primary user protection. The simulation shows that the proposed method is better than the Federal Communications Commission (FCC) model. The FCC model uses fixed range protection parameters, whereas the proposed model uses field strength parameters that vary depending on environmental conditions. Secondly, this study also proposes a method involving the use of four zones—prohibited, strict, moderate, and loose (PSML)—to model the television white-space system. The author uses a television coverage area that has less than 70% location probability to accommodate the possibility of overlaps between the white space and the protection areas. The author also proposes a protection ratio value to complement the standard given by the Federal Communications Committee (FCC) for countries implementing the digital video broadcasting system (DVB-T2). A test to analyze the implementation of the proposed PSML method in Bali Island, Indonesia, has been conducted. The results show that the proposed model can provide more white-space channels than the models proposed by Villardi and the FCC when applied to transition areas between urban and rural regions. The PSML model provides 2 and 3 channels higher than others model when the primary user uses DVB-T2 64 QAM system and DVB-T2 256 QAM system, respectively. Furthermore, a field measurement to get field strength data has been conducted in the TVRI Patuk coverage area, Jogjakarta. The result is 7,32 dB of standard deviation between simulation and field measurement result, or 1,82 dB higher than ITU-R recommendation. This indicates that based on geographical conditions, the Jogjakarta area has a higher variety of field strength values compared to the recommendations from ITU.

2018
D2568
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desta Rianto
Abstrak :
Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi, keterbatasan frekuensi yang tersedia serta kebutuhan akan kualitas informasi semakin meningkat. Permasalahan tersebut dapat diatasi salah satunya dengan sistem transmisi digital. Dengan sistem transmisi digital, sinyal yang telah dilakukan pengolahan sinyal seperti pengkodean yang terdapat pada sistem digital, masih dapat menghasilkan kualitas sinyal yang baik serta dapat menghemat kanal frekuensi yang jumlahnya terbatas. Salah satu contoh digitalisasi adalah Terrestrial Digital Audio Broadcast (T-DAB) dimana sistem ini sudah diterapkan di banyak negara karena keunggulannya dibanding sistem analog. Salah satu permasalahan tentang kualitas siaran radio di daerah perbatasan seperti di pulau Batam dapat diselesaikan dengan sistem T-DAB. Namun demikian, harus diperhatikan sistem DAB di daerah lain (dalam hal ini negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia). Perancangan sistem T-DAB di Batam harus memperhatikan banyak hal, antara lain frekuensi kerja, bandwidth, rasio proteksi (PR), co-channel, dan adjacent-channel. Selain itu juga harus diperhatikan kuat medan minimum yang harus terpenuhi agar informasi dapat tersampaikan dengan jelas. Sehingga sistem yang akan dibuat harus memperhitungkan ketinggian antenna dan daya yang dipancarkan. Pada skripsi ini dirancang dan dioptimasi sistem T-DAB untuk daerah pulau Batam dengan kemampuan minimum dapat melayani lebih dari 90% populasi serta memenuhi PR yang disyaratkan dengan sistem T-DAB di negara tetangga Malaysia dan Singapura. Hasil simulasi menggunakan 1 pemancar dengan daya sebesar 20 kW dapat melayani hingga 94% populasi di daerah pulau Batam. Namun untuk dapat melayani lebih optimal melayani hingga 99% populasi di pulau Batam, maka digunakan 2 pemancar dengan daya masing-masing 1kW dan tetap memenuhi PR yang dipersyaratkan. ...... Along with the development of technology and information, the need of quality information is increasing and the reserved frequency spectrum are limited. These problems can be solved by using digital transmission system. With digital transmission system, the signal that has been processed such as coding still can provide high quality signal and save limited frequency channel. One of the digital transmission system is Terrestrial Digital Audio Broadcast (T-DAB) system which has been implemented in many countries because of this advantages over the analog system. The problem of radio transmission quality in border area, like Batam, can be solved by T-DAB system. However, we should pay attention to T-DAB system in other area (in this case the neighboring countries such as Singapore and Malaysia). The design of T-DAB system in Batam must consider many things, such as working frequency, bandwidth, protection ratio, co-channel, and adjacent-channel. Moreover we also have to pay attention to the minimum field strength to fullfill the standard so the information can be sent clearly. In order to achieve the standard, the system which is going to be implemented must calculate the antenna position and radiated power. In this final project, the system is designed and optimized for T-DAB system in Batam island with minimum capability to serve more than 90% of the population and required to meet PR standard for T-DAB system in Malaysia and Singapore. The simulation result shows that to cover up to 94% of population in Batam we can use 1 transmitter with 20 kW radiated power. In order to serve the optimal number up to 99% population, 2 transmitter are used with 1 kW radiated power each that still meet the PR standard.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S61278
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Zeki
Abstrak :
Digitalisasi teknologi penyiaran sudah menjadi suatu keharusan dengan semakin berkurangnya ketersediaan kanal frekuensi seiring meningkatnya permintaan kanal oleh stasiun-stasiun TV baru. Skripsi ini membahas metode yang digunakan dalam merencanakan alokasi kanal pada sistem televisi digital di Indonesia yang menggunakan basis teknologi DVB-T. Penggunaan perangkat lunak CHIRPlus_BC digunakan untuk memodelkan propagasi gelombang radio yang dipancarkan seluruh stasiun pemancar di 14 wilayah layanan yang terletak di provinsi DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat. Perancangan distribusi frekuensi kanal ini diawali dengan menentukan seluruh parameter transmisi terbaik untuk memberikan keseimbangan antara proteksi data, laju data serta kemungkinan fitur yang dapat dilayani. Berikutnya pembentukan kelompok frekuensi dan menentukan kontur wilayah yang diakhiri dengan menentukan besarnya kontur wilayah layanan berdasarkan kuat pancar dan tinggi antena agar terhindar dari interferensi co-channel dan adjacent channel. Langkah terakhir adalah penentuan kanal transisi sebagai fasilitas penampung stasiun yang bentrok dengan TV analog existing selama proses transisi. Hasil yang diharapkan berupa wilayah layanan DVB-T yang jelas dan pembagian kanal yang optimal dengan interferensi minimum untuk setiap wilayah layanan. Dari hasil perancangan ini maka selanjutnya hasil distribusi frekuensi ini dapat diimplementasikan secara utuh ataupun parsial dalam menentukan masterplan pertelevisian digital, dan dapat digunakan sebagai patokan dalam penggunaaan kanal-kanal sekitar yang akan dipergunakan untuk teknologi digital untuk telekomunikasi ataupun penyiaran lainnya.
Digitalization in broadcasting technology is a solution for limited frequency resources that is becoming less as the demand of new channel assignment is increasing. This thesis will concentrate on method that is used to plan channel allocation on digital broadcasting in Indonesia that is based on DVBT technology. Broadcast modelling software called CHIRPlus_BC is used on this project to help modeling the propagation of radio-frequency wave broadcasted by transmitter at all 14 service areas located in three provinces: DKI Jakarta, Banten and Jawa Barat. The first step taken in designing channel allocation is determining the best transmission parameter that may give the best trade-off in data rate, data protection as well as available features. Thus all channels available are divide into three frequency reuse groups and contours of every service area then can be calculated, where the size of coverage area is determined by transmitting power and height of the transmitter. This stage is crucial as the protection ratio of cochannels and adjacent-channels interference must be kept to maintain best quality service. The assigment of transition channel is the last finisihing touch to provide backup during migration periode if one channel is already occupied by existing analog TV broadcaster. Process above will result in exact range of each service area and optimum channel distribution with minimum interfernce occurance. Analysis and design described in the thesis thus can be implemented completely or partially in creating the master plan of digital television. They might be helpful as milestone in assigning neighbouring channel for other digital telecomunication or broadcasting technology.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S40551
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library