Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jetta K.F. Ngilly
"ABSTRAK
Penelitian ini merupakan pemeriksaan laju larut tablet proprenolol generik berlogo dan tiga merek dagang tablet secara in-vitro, menggunakan alat laju larut SARTORIUS Solubility Simulator dan penetapan kadar dilakukan secara spektrafotometri. Pemeriksaan dilakukan menggunakan cairan lambung buatan pH 1,2 dan pH 3,0 dengan hasil tablet propranolol generik berlogo dan ketiga tablet bermerek dagang lainnya memenuhi persyaratan laju larut. Dari perhitungan efisiensi disolusi (ED) terlihat bahwa tablet propranolol mempunyai laju larut lebih baik pada pH 3,0 dibandingkan pH 1,2."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1991
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ronal Kardo
"Telah dilakukan penelitian pengaruh matrik kitosan terhadap pelepasan propranolol HCl dari tablet. Tablet lepas terkendali propranolol HCl dibuat secara granulasi basah dengan menggunakan jenis dan jumlah bahan matrik yang berbeda yaitu kitosan, HPMC, dan campuran kitosan:HPMC. Pelepasan propranolol HCl dari matrik ditentukan dengan menggunakan alat uji disolusi tipe 1 dengan kecepatan 50 rpm dalam medium asam pH 1,2 dan medium basa pH 7,5 selama 8 jam. Pengambilan sampel pada waktu-waktu tertentu dan dianalisis menggunakan spektrofotometer.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa matrik kitosan melepaskan propranolol HCl lebih besar bila dibandingkan dengan matrik HPMC dan campuran kitosan:HPMC. Semakin tinggi konsentrasi matrik dapat memperlambat pelepasan propranolol HCl dari tablet. Penggunaan matrik kitosan dan campuran kitosan:HPMC konsentrasi 70 % merupakan matrik yang efektif untuk memperlambat pelepasan propranolol HCl.
It has been done influence of chitosan matrix to releasing propranolol HCl from tablet. Propranolol HCl controlled release tablet was made in chitosan matrix. Tablet were made by wet granulation method with different kind and quantity of the matrix i.e. chitosan, HPMC, and compound chitosan:HPMC. The release rate of propranolol HCl from matrix were determined by using dissolution apparatus type 1 with 50 rpm stirring rotation in acid media of pH 1,2 and base media of pH 7,5 for 8 hours. Samples was taken at certain time and the samples were analyzed by spectrophotometer.
The result showed that chitosan matrix release propranolol HCl higher than HPMC matrix and compound chitosan:HPMC. More concentration matrix was slower release propranolol HCl from tablet. Chitosan matrix and compound chitosan:HPMC concentration 70 % matrix effective for slower release propranolol HCl.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S32813
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Casanova
"Metode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dengan detektor fluoresensi telah dikembangkan untuk analisis furosemid dalam plasma manusia in vitro. Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh kondisi yang optimum untuk analisis furosemid dalam plasma in vitro dan melakukan validasi metode analisis tersebut. Pemisahan dilakukan menggunakan kolom μBondapak TM C18 (Waters). Fase gerak terdiri dari asetonitril?larutan kalium dihidrogen fosfat 0,02 M (34:66) pH 3,0 dengan kecepatan alir 1,0 ml/menit dan dideteksi dengan detektor fluoresensi pada panjang gelombang eksitasi 275 dan emisi 410 nm. Teknik penyiapan sampel dilakukan dengan cara pengendapan protein menggunakan asetonitril dan ekstraksi dengan etil asetat. Propranolol HCl digunakan sebagai baku dalam. Metode ini memberikan nilai linearitas pada rentang konsentrasi 0,2016-1,5120 μg/ml dengan nilai koefisien korelasi (r=0,9980). Lower Limit of Quantitation (LLOQ) adalah 0,2016 μg/m. Metode ini telah divalidasi dan menunjukkan hasil presisisi 1,1532-10,9041% dan akurasi (% diff) -6,1839-4,5304%. Uji perolehan kembali furosemid diperoleh antara 93.8161-104.5304%. Hasil validasi metode memenuhi kriteria yang ditetapkan.

A high-performance liquid chromatography (HPLC) method with fluorescence detector for analysis furosemide in human plasma has been developed. The aim of this research is to find out the optimum condition of furosemide in human plasma in vitro analysis using HPLC and then validate the method. The separation was carried out in a μBondapak TM C18 (Waters) coloumn. The mobile phase consisted of asetonitril?potassium dihydrogen phosphate solution 0.02 M (34:66) pH 3.0 at flow rate of 1.0 ml/minute. The sample preparation technique was protein precipitation with asetonitril and extracted with ethyl acetate. Propranolol HCl was used as an internal standard. Linearity was establish for range concentration of 0.2016-1.5120 μg/ml with coefficient of corelation of 0.9980. The lower limit of quantitation (LLOQ) was found to be 0.2016 μg/ml. This method was validated with precisions 1.1532-10.9041% and accuracies (% diff) -6.1839-4.5304%. The furosemide recovery percentage was between 93.8161-104.5304%. The result of validation method fulfilled for the given criteria."
Lengkap +
Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S32893
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zenshiny Starlin
"Akrilamida adalah senyawa karsinogen yang dapat secara mudah ditemukan diclingkungan kerja, makanan, kontaminasi udara, dan asap tembakau. Senyawa ini oleh International Agency for Research on Cancer (IARC) ditetapkan sebagai probable human carcinogen (grup 2A). Substansi ini dapat terdistribusi secara cepat keseluruh kompartemen tubuh dan ditemukan pada serum, plasma, urin, jaringan tubuh lainnya, air susu ibu, maupun plasenta. Kadar senyawa ini dalam darah belum diketahui. Penetapan kadar akrilamida dalam darah membutuhkan metode analisis yang sensitif dan selektif. Hal ini dikarenakan komponen darah yang beragam sehingga dapat mengganggu analisis. Pada penelitian ini teknik pengambilan darah yang digunakan yaitu tekik biosampling sampel darah kering. Teknik ini sedang secara luas dikembangkan untuk penentuan kadar senyawa dalam darah. Teknik ini memiliki banyak kelebihan seperti tidak invasif, tidak membutuhkan tenaga ahli, serta mudah penyimpanan dan distibusinya. Penelitian untuk
menentukan kadar akrilamida dalam darah menggunakan teknik biosampling sampel darah kering belum dilakukan pada penelitian sebelumnya. Selain itu, pada penelitian sebelumnya mengunakan baku dalam D3 akrilamida yang memiliki harga yang cukup mahal. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini memperoleh metode analisis akrilamida dalam sampel darah kering yang optimum dan tervalidasi dengan menggunakan propranolol sebagai baku dalam.
Sampel dipreparasi menggunakan teknik pengendapan protein hasil optimasi. Larutan pengeksraksi yang digunakan metanol dengan volume 500 μL dan direkonstitusi menggunakan fase gerak. Pemisahan senyawa menggunakan kromatografi fase terbalik dengan kolom Acquity UPLC BEH C (1.7 μm, 2.1 mm x 100mm), dielusi dengan laju alir 0.20 mL/min dengan kondisi gradien dengan fase gerak 0.1% asam formiat dalam air dan asetonitril selama 3 menit. Kuantifikasi analisis dilakukan menggunakan sepktrometri massa triple quadruple dengan mode electrospray ionization (ESI) yaitu ESI positif. Pada multiple reaction monitoring (MRM) diatur 71.99 > 55.23 (m/z) untuk akrilamida dan 260.2 > 116.2 (m/z) untuk propranolol. Rentang konsentrasi linier pada konsentrasi 2,5-100 μg/mL.(akurasi presisi) Metode analisis tervalidasi mengikuti US FDAs Bioanalytical Method Validation Guidance.

Acrylamide is a carcinogenic compound that easily found in the working environment, food, air contamination, and tobacco smoke. This compound was being classified by International Agency for Research on Cancer (IARC) as a probable human carcinogen (group 2A). These substances can distribute rapidly to all compartments in the body and was found in serum, plasma, urine, other biological tissue, breast milk, and placenta. The acrylamide level in the blood is still unknown. A sensitive and selective
method for the determination of the acrylamide level in the blood is needed. This is because of other components in the blood which can disturb acrylamide analysis. In this study, dried blood spots (DBS) are used as the bio-sampling method. Nowadays, this method is widely developing to determine compound levels in the blood. This method has a lot of advantages such as less invasive, no need a professional assistant to take the
blood, and simple for saving and distribution. The study about determining the acrylamide level in the blood using dried blood spots as the bio-sampling method has not been done before. Besides, the other study that has been done using D3-acrylamide as the internal standard which is very expensive. Therefore, the aim of this study is to get an analytical method of acrylamide in dried blood spots that optimized and validated with propranolol as the internal standard. The sample was prepared using a protein precipitation technique that has been optimized. Methanol is used as an extraction solvent with volume 500 mL and reconstituted with the mobile phase. Separation of compounds using reversed phase chromatography with Acquity UPLC BEH C column(1.7 mm, 2.1 mm x 100mm), eluted at flow rate 0.20 mL/min under a gradient of the mobile phase of 0,1% formic acid in water and acetonitrile within 3 minutes. Quantification analysis was using triple quadrupole mass spectrometry with electrospray ionization (ESI) in positive mode. The multiple reaction monitoring (MRM) was set at m/z 71.99 > 55.23 (m/z) for acrylamide and 260.2 > 116.2 (m/z) for propranolol. The range of concentration was linear within 2,5-100 mg/mL. The analytical method was validated refers to US FDAs Bioanalytical Method Validation.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruben Bintoro
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kompleks kitosan-alginat terhadap pelepasan propranolol HCl dari mikrosfer. Kitosan merupakan polimer kationik yang akan membentuk kompleks dengan polimer anionik seperti natrium alginat dengan kalsium klorida sebagai coagulation agent. Mikrosfer dievaluasi bentuk dan morfologi, distribusi ukuran partikel, kandungan obat dan uji pelepasan obat. Uji pelepasan obat secara in vitro dilakukan dengan menggunakan alat uji disolusi tipe I (keranjang) dengan medium asam klorida pH 1,2 dan dapar fosfat pH 7,5. Sampel diambil setelah 0,5; 1; 2; 4; 6; dan 8 jam dan dianalisis dengan menggunakan metode spektrofotometri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar jumlah polimer maka penghambatan pelepasan obat akan semakin besar.
The study was conducted to know the influence of chitosan-alginate complex for propranolol hydrochloride released from microspheres. Chitosan as cationic polymer can made a complex with anionic polymer such as sodium alginate with calcium chloride as coagulation agent. Microspheres was evaluated with shape and morphology particle distribution analysis, drug content and drug release studies. In vitro drug release was studied using the dissolution apparatus I (basket) with acid chloride (pH 1,2) and phosphate buffer (pH 7,5) as medium. Samples was collected after 0,5; 1; 2; 4; 6; and 8 hours and analyzed using spectrophotometric method. The results showed that drug released influenced by polymer. With higher polymer, the drug released slower."
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S32792
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amarys Zahra Benindya
"Proses pembuatan tablet dilakukan secara massal sehingga individualisasi obat menjadi sulit untuk dilakukan. Individualisasi obat dapat dilakukan dengan 3D printer karena dapat menyesuaikan bentuk sediaan dan dosis obat sesuai kebutuhan pasien. Teknik perendaman pelarut merupakan salah satu metode memasukkan zat aktif ke dalam filamen dengan cara difusi pasif. Penelitian ini bertujuan untuk membuat tablet 3D printing dari filamen polimer polivinil alkohol, asam polilaktat, dan polikaprolakton yang mengandung propranolol hidroklorida dengan 3D printer. Ketiga filamen ini dipilih karena terbatasnya ketersediaan filamen di pasaran yang aman untuk dikonsumsi manusia. Filamen polivinil alkohol, asam polilaktat, dan polikaprolakton direndam dalam larutan propranolol hidroklorida dalam tiga konsentrasi selama 45 menit dan kemudian dikeringkan dalam oven selama 6 jam. Filamen tersebut kemudian dicetak menjadi tablet, dilakukan uji disolusi selama 10 jam, dan dianalisis dengan spektrofotometri UV-Vis. Hasil uji disolusi menunjukkan jumlah kumulatif terdisolusi tablet propranolol hidroklorida dari filamen polimer polivinil alkohol lebih tinggi dibandingkan dengan tablet dari asam polilaktat dan polikaprolakton. Kandungan propranolol HCl yang tertinggi pada tablet dimiliki oleh formula PVA C. Meski demikian, pelepasan obatnya membutuhkan waktu 10 jam, sehingga diperlukan penelitian lanjutan terkait filamen polimer yang ideal untuk pembuatan tablet 3D printing dengan metode perendaman pelarut.

The making process of tablet drug is done in massive scale; thus, individualization of drug therapy is impossible. Individualization of drug therapy can be achieved by using 3D printer because it can suit the dosage form based on the patient’s needs. Solvent immersion is a method to load the drug to the filament through passive diffusion. This study aims to make 3D printed propranolol hydrochloride tablet using polyvinyl alcohol, polylactic acid, and polycaprolactone polymer filament. These three filaments were chosen because of the limited availability of filaments in the market that are safe for human consumption. Polyvinyl alcohol, polylactic acid, and polycaprolactone filament were immersed in three different concentrations of propranolol hydrochloride for 45 minutes and being dried in the oven for 6 hours. Those filaments were used to make 3D printed tablets, went through dissolution test for 10 hours, and the results were analyzed using UV-Vis spectrophotometry. Tablets made of polyvinyl alcohol filament tended to have higher cumulative drug release compared to the tablets made of polylactic acid and polycaprolactone. The tablet that was made by PVA C has the highest propranolol HCl content. However, the time needed for it to dissolute requires 10 hours. Therefore, further research is needed regarding the ideal polymer filament for the manufacture of 3D printed tablets by the solvent immersion method."
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutriyo
"Chitosan is a polycatonis biopolymer that can form gel in acidic environment so that can be used as a hydrophilic matrix in controlled release drug delivery system. In this research, propranolol hydrochloride controlled release granule was made in chitosan matrix. Granules were made by wet granulation method with variety of matrices, i.e. chitosan, hydroxypropyl mthylcellulose (HPMC) and ethyl cellulose (EC). HPMC and EC were used as a comparing matrix. The release rates of propranolol HCl from matric were determined by using dissolution apparatus type I with 50 rpm stirring rotation in acidic media of pH 1,2 and base media of pH 7.5 for 8 hours. Sample was taken at certain time and the samples were anakyzed by spetrophotometer. The result showed that the release of propranolol hydrocholride from chitosan matrix was the slowest compared to the other matrices."
Lengkap +
2005
MIKE-II-3-Des2005-145
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lutfi Abdul Karim
"ABSTRAK
Protein kedelai tersuksinilasi merupakan protein kedelai yang termodifikasi secara kimia dan berpotensi dimanfaatkan sebagai pembentuk matriks mikrosfer. Protein kedelai disuksinilasi dengan suksinat anhidrida 100% b/b dalam suasana basa. Protein kedelai tersuksinilasi yang diperoleh memiliki derajat suksinilasi 35,74±0,38%, menunjukkan peak pada bilangan gelombang 1653 cm-1 mengindikasikan gugus karbonil amida yang terbentuk, memiliki nilai uji daya larut pada pH 1,2 sebesar 0,21±0,010 gram/100 ml dan pada pH 7,5 sebesar 0,35±0,003 gram/100 ml, serta memiliki kemampuan mengembang pada pH 1,2 sebesar 33,21±2,04% dan pada pH 7,5 sebesar 66,36±2,12%. Mikrosfer lepas lambat propranolol hidroklorida dibuat dengan eksipien konsentrat protein kedelai dan protein kedelai tersuksinilasi sebagai matriks menggunakan alat spray dryer dan dihasilkan mikrosfer dengan ukuran partikel 11,54-16,79 µm, nilai presentase rendemen 36,46-58,91%, dan nilai efisiensi penjerapan 95,75-99,81%. Formula 2 menahan pelepasan obat paling baik dalam medium pH 1,2 dengan nilai pelepasan obat kumulatif 14,44±0,10% selama 1 jam dan 63,05±0,40% jika dilanjutkan dalam medium pH 7,5 hingga jam ke-12.

ABSTRACT
Succinylated soybean protein was chemically-modified soybean protein that could be used as matrix for sustained release microspheres containing propranolol hydrochloride. Soybean protein was succinylated with anhydride succinic 100% w/w in basic condition. Succinylated soybean protein had degree of succinylation 35.74±0.38%, showed peak in wave numbers 1653 cm-1 on IR spectrum which was indicating formed amide carbonyl group, had solubility index 0.21±0.010 gram/100 ml in aqueous medium pH 1.2 and 0.35±0.003 gram/100 ml in aqueous medium pH 7.5, and had swelling index 33.21±2.04% in aqueous medium pH 1.2 and 66.36±2.12% in aqueous medium pH 7.5. Sustained release microspheres containing propranolol hydrochloride were made by using spray dryer and obtained microspheres had particle diameters 11.54-16.79 µm, had yield values 36.46-58.91%, and had encapsulation efficiency values 95.75-99.81%. Second formula was the best formula that could sustain drug release in the aqueous
medium pH 1.2 with the value of cumulative drug release 14.44±0.10% for 1 hour and 63.05±0.40% if it was continued in aqueous medium pH 7.5 up to 12 hours."
Lengkap +
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S55376
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Mikrokapsul adalah sediaan obat yang dapat memberikan pola pelepasan obat secara lambat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pelepasan propranolol hidroklorida dari mikrokapsul yang dibuat dengan menggunakan pati singkong suksinat sebagai bahan penyalut. Mikroenkapsulasi dilakukan menggunakan metode penguapan pelarut dengan perbandingan zat aktif-penyalut 1:1, 1:2, dan 1:3. Mikrokapsul yang dihasilkan dievaluasi ukuran partikel, kandungan zat aktif tersalut, dan pola pelepasan obatnya. Pola pelepasan obat diamati dengan uji disolusi menggunakan alat Tipe I (keranjang) dengan medium dapar klorida pH 1,2 selama 2 jam dan dapar fosfat pH 6,8 selama 6 jam. Mikrokapsul yang dihasilkan tidak menunjukan pola pelepasan obat secara lambat, pada jam ke-2 propranolol hidroklorida yang telah dilepas sebanyak 85-91% dan pada jam ke-8 telah dilepas sebanyak 92-95%. Pelepasan obat dari mikrokapsul terjadi secara cepat karena propanolol hidroklorida tidak tersalut dengan baik sehingga tidak dihasilkan mikrokapsul yang bagus. Hal ini diperkirakan karena pati singkong suksinat tidak cocok sebagai bahan penyalut mikrokapsul, atau metode yang dipergunakan tidak cocok untuk melakukan mikroenkapsulasi menggunakan pati singkong suksinat."
Lengkap +
Universitas Indonesia, 2006
S32576
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marcellino Ryan Rinaldi
"Tamoxifen adalah prodrug yang akan menjalani metabolisme oleh enzim CYP2D6 untuk menjadi metabolit yang lebih aktif, termasuk endoxifen, N-desmetiltamoxifen, dan 4-hydroxitamoksifen. Oleh karena itu, efektivitas terapi ditentukan oleh metabolitnya. Volumetric Absorptive Microsampling adalah salah satu metode biosampling yang nyaman bagi pasien dan mampu menganalisis konsentrasi metabolit dalam darah. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh metode analisis yang optimal dan tervalidasi untuk tamoxifen dan metabolitnya dalam Volumetric Absorptive Microsampling menggunakan Liquid Chromatography - Tandem Mass Spectrometry. Preparasi sampel dilakukan dengan metode ekstraksi pelarut dan ekstraksi berbantuan sonication menggunakan pelarut ekstraksi. Pemisahan dilakukan dengan kromatografi fase terbalik menggunakan kolom Acquity UPLC BEH C18 (2,1 x 100 mm; 1,7 m), dengan laju aliran 0,2 mL/menit, dan gradien fase gerak dari asam format 0,1% dan asam format 0,1 % dalam asetonitril selama 5 menit. Analisis kuantitatif analit dilakukan dengan menggunakan spektrometri massa triple quadrupole dengan mode ion positif electrospray ionization (ESI). Nilai pemantauan reaksi berganda (MRM) ditetapkan pada m/z 358,22> 58,09 untuk N-desmethyltamoxifen, m/z 372,2> 72,27 untuk tamoxifen, m/z 388,29> 72,19 untuk 4-hydroxitamoxifen, m/z 374,29 > 58,2 untuk endoksifen, dan m/z 260,2> 116,2 untuk propranolol hidroklorida. Nilai batas kuantifikasi yang lebih rendah (LLOQ) adalah 2,50 ng/mL untuk tamoxifen, 2,50 ng/mL untuk endoxifen, 3,00 ng/mL untuk 4-hydroxitamoxifen, dan 2,00 ng/mL untuk N-desmethyltamoxifen. Metode ini terbukti valid, sensitif, dan selektif untuk analisis tamoxifen dan metabolitnya.

Tamoxifen is a prodrug that will undergo metabolism by the CYP2D6 enzyme to become a more active metabolite, including endoxifen, N-desmetiltamoxifen, and 4-hydroxitamoksifen. Therefore, the effectiveness of therapy is determined by its metabolites. Volumetric Absorptive Microsampling is a biosampling method that is convenient for patients and able to analyze the concentration of metabolites in the blood. This study aims to obtain an optimal and validated analysis method for tamoxifen and its metabolites in Volumetric Absorptive Microsampling using Liquid Chromatography - Tandem Mass Spectrometry. Sample preparation was carried out using solvent extraction and sonication-assisted extraction using solvent extraction. Separation was performed by reverse phase chromatography using the Acquity UPLC BEH C18 column (2.1 x 100 mm; 1.7 μm), with a flow rate of 0.2 mL/min, and a mobile phase gradient of 0.1% formic acid and acid 0.1% format in acetonitrile for 5 minutes. Quantitative analytic analysis was performed using triple quadrupole mass spectrometry with positive ion mode electrospray ionization (ESI). The monitoring value for multiple reactions (MRM) was set at m/z 358.22> 58.09 for N-desmethyltamoxifen, m/z 372.2> 72.27 for tamoxifen, m/z 388.29> 72.19 for 4- hydroxitamoxifen, m/z 374.29> 58.2 for endoxifene, and m/z 260.2> 116.2 for propranolol hydrochloride. The lower limit of quantification (LLOQ) is 2.50 ng/mL for tamoxifen, 2.50 ng/mL for endoxifen, 3.00 ng/mL for 4-hydroxitamoxifen, and 2.00 ng/mL for N-desmethyltamoxifen . This method is proven valid, sensitive, and selective for the analysis of tamoxifen and its metabolites."
Lengkap +
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>