Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yudo Irawan
"ABSTRAK
Latar belakang: Frambusia atau yaws merupakan penyakit akibat infeksi Treponema pallidum subspecies pertenue yang menahun dan terutama mengenai kulit serta tulang. Penegakkan diagnosis berdasarkan klinis dan serologis. Program temuan kasus frambusia didasarkan atas temuan klinis menurut World Health Organization WHO , kemungkinan terdapat frambusia tanpa lesi klinis yang tidak terdiagnosis masih belum dapat disingkirkan. Belum ada penelitian proporsi di suatu desa yang dinyatakan endemis. Tujuan: Mengetahui proporsi kasus frambusia berdasarkan kriteria klinis WHO dan pemeriksaan serologis di desa Sei Berombang pada anak usia 1-12 tahun periode 22-27 Agustus 2016. Metode: Studi potong lintang ini dilakukan pada tanggal 22-27 Agustus 2016 di desa Sei Berombang, Sumatera Utara. Pemilihan sampel dilakukan secara consecutive sampling. Subjek kemudian dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan rapid diagnostic test RDT . Hasil : Didapatkan total 129 subjek dengan median usia 9 tahun termuda 1 tahun dan tertua 12 tahun . Sebanyak 14 anak dengan lesi klinis suspek frambusia, sedangkan 4 anak dengan RDT yang positif. Hanya 3 anak dari RDT yang positif memiliki temuan klinis. Lesi klinis suspek frambusia yang paling banyak ditemukan adalah makula hipopigmentasi dan skar atrofik, sedangkan lokasi tersering adalah tungkai bawah. Simpulan: Ditemukan proporsi suspek frambusia berdasarkan klinis adalah 10,85 , sedangkan proporsi frambusia konfirmasi berdasarkan klinis dan serologis adalah 2,33 . Dua subjek didiagnosis frambusia laten, sedangkan satu subjek didiagnosis sebagai frambusia primer. Kata kunci: frambusia, proporsi, anak

ABSTRACT
Background Yaws is a chronic infectious disease caused by Treponema pallidum subspecies pertenue, mainly affecting skin and bone. Diagnosis of yaws is based on clinical manifestation and serologic test. According to WHO, yaws detection program is focused on clinical manifestation. Thus, it is possible that latent yaws without any clinical manifestation is still under diagnosed. Until recently, there is no proportion study performed in remote endemic village.Objective To determine the proportion of yaws based on WHO clinical criteria and serologic test in children age 1 12 years old in Sei Berombang village.Methods This cross sectional study was conducted on 22nd 27th August 2016 in Sei Berombang village, North Sumatra. We recruited the subjects consecutively and performed anamnesis, clinical examination, and rapid diagnostic test RDT .Results A total of 129 subjects were examined with median age of 9 years old 1 12 years old . Yaws was suspected in 14 subjects, but only 4 subjects were reactive to RDT. Three subjects had clinical manifestation and RDT reactive. Hypopigmentation patch and atrophic scar were the most common clinical findings in this study. Most lesions were found in lower extremities. Conclusion Proportion of suspected yaws based on clinical manifestation is 10,85 in this study. Proportion of confirmed yaws based on clinical manifestation and serology is 2,33 . Two subjects diagnosed with latent yaws and one subject was diagnosed with primary yaws. "
2017
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Dewi Putri
"Setiap perusahaan asuransi pasti memiliki batas kemampuan terkait besar klaim maksimal yang dapat ditanggung. Oleh karena itu, perusahaan asuransi perlu mengasuransikan kembali risiko yang tidak dapat ditanggungnya kepada perusahaan reasuransi. Jenis kontrak reasuransi yang umum digunakan adalah quota-share dan stop-loss. Dalam reasuransi quota-share, besar premi reasuransi adalah proporsional mengikuti proporsi besar klaim yang ditanggung, namun reasuransi ini tidak aman terhadap total klaim yang besar. Sedangkan untuk reasuransi stop-loss, premi reasuransi relatif besar, namun aman terhadap total klaim yang besar. Sehingga dalam skripsi ini akan dikombinasikan kedua jenis reasuransi tersebut, dengan harapan keduanya dapat saling menutupi kekurangan dengan kelebihan masing-masing. Setelah dikombinasikan, perlu ditentukan besar proporsi quota-share dan besar retensi stop-loss yang optimal agar perusahaan asuransi dapat memperhitungkan secara pasti besar risiko yang ditanggungnya. Salah satu kriteria penentuan besar proporsi dan retensi yang optimal adalah berdasarkan optimisasi Value-at-Risk (VaR). Semakin minimum nilai VaR yang dihasilkan, maka semakin kecil pula kerugian dari klaim yang harus dibayarkan perusahaan asuransi. Dengan kendala premi reasuransi, masalah optimisasi ini diselesaikan untuk masing-masing jenis kombinasi reasuransi, baik itu stop-loss setelah quota-share ataupun quota-share setelah stop-loss. Dari masing-masing jenis kombinasi ini, didapatkan hasil optimisasi berupa besar proporsi quota-share dan besar retensi stop-loss yang optimal, sehingga menghasilkan nilai VaR yang minimum dari risiko yang ditanggung perusahaan asuransi. Dengan membandingkan hasil optimisasi VaR dari kedua jenis reasuransi ini, didapat bahwa kombinasi quota-share setelah stop-loss menghasilkan nilai VaR yang lebih minimum.


Every insurance companies certainly have a capacity limit related to the maximum claim that can be borne. Therefore, insurance companies need to reinsure risks that cannot be borne to reinsurance companies. Types of reinsurance contracts that commonly used are quota-share and stop-loss. In quota-share reinsurance, the reinsurance premium is proportional by the proportion of amount claim that is covered, but this reinsurance is not safe against a large claim. While for stop-loss reinsurance, the reinsurance premium is relatively large but safe for a large claim. So, this undergraduate thesis will combine both types of reinsurance, in the hope that both can cover each other's shortcomings with their respective strengths. After being combined, it is necessary to determine the optimal quota-share proportion and stop-loss retention so insurance companies can calculate surely the number of risks they bear. One criterion of determines optimal proportion and retention is based on Value-at-Risk (VaR) optimization. The more minimum VaR value produced, the loss from claims that must be approved by the insurance company is getting smaller. With the reinsurance premium as a constraint, this optimization problem is solved for each type of reinsurance combination, be it stop-loss after quota-share or quota-share after stop-loss. From each of these types combinations, the result is optimal quota-share proportion and stop-loss retention, so as produce a minimum VaR value from the borne risk by insurance companies. By comparing the results of VaR optimization of these types of reinsurance, a combination quota-share after the stop-loss is obtained resulting in a more minimum VaR value.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewita Rahmayana
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas penggunaan dana sukuk dan proporsi sukuk korporasi sebagai alternatif pendanaan perusahaan melalui laporan realisasi penggunaan dana hasil penawaran umum dan persentase alternatif pendanaan perusahaan dalam komponen liabilitas jangka panjang berdasarkan laporan keuangan. Teknik analisis yang dilakukan adalah deskriptif kualitatif dengan metode wawancara dan content analysis.
Hasil analisis menunjukkan bahwa penyerapan dari sukuk korporasi masih belum efektif jika dibandingkan dengan obligasi konvensional. Sedangkan, proporsi dari sukuk yang diterbitkan oleh perusahaan masih kurang dibandingkan dengan alternatif pendanaan perusahaan lainnya.

This study was conducted to determine the effectiveness and reliability of corporate sukuk as a funding alternative of companies through the analysis of fund realization of public offering report and percentage composition of company's funding accounts on long-term liabilities component based on financial statement. The analysis technique of this study is qualitative descriptive using content analysis method.
The result of the analysis showed that the fund spending of corporate sukuk is less efective compared with conventional bonds. Meanwhile, the reliability of corporate sukuk issued by company is still less reliable than other company's financing alternatives."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
S60127
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library