Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eben Kalemben
Abstrak :
Latar Belakang: Obat kumur propolis 5% mengandung ekstrak propolis yang memiliki bahan bioaktif yang bersifat antibakteri. Propolis diketahui memiliki kemampuan dalam menghambat pertumbuhan bakteri gram negatif dan gram positif. Akan tetapi penelitian mengenai sensitivitas bakteri gram negatif dan gram positif terhadap obat kumur propolis, belum pernah dilakukan. Tujuan:. Mengamati sensitivitas Porphyromonas gingivalis dan Staphylococcus aureus pada biofilm dual-spesies, terhadap obat kumur propolis 5%. Metode: Pembuatan biofilm dilakukan dengan menggunakan metode 96-well plate dengan inkubasi selama 24 jam. Biofilm dual spesies yang diberikan aquades, digunakan sebagai kontrol negatif. Ekstraksi DNA dilakukan pada sampel biofilm, dan konsentrasi DNA sampel, distandarisasi dengan Qubit fluorometer untuk real-time polymerase chain reaction (qPCR). Gen target dalam penelitian ini adalah Porphyromonas gingivalis dan Staphylococcus aureus. Selanjutnya, nilai Ct dikuantifikasi dengan menggunakan metode Livak (2-∆∆Ct) dan analisis statistik dilakukan menggunakan Graph pad dan SPSS. Hasil: Porphyromonas gingivalis dan Staphylococcus aureus pada biofilm dual spesies yang diberikan obat kumur propolis 5%, memiliki nilai Ct rata-rata yang lebih rendah dibandingan dengan sampel yang diberikan akuades. Lebih lanjut, setelah dilakukan kuantifikasi dengan metode Livak, Porphyromonas gingivalis memiliki proporsi yang lebih tinggi dibandingkan dengan Staphylococcus aureus. Proporsi Porphyromonas gingivalis sebesar 9.70929% dari total bakteri. Sedangkan Staphylococcus aureus diperoleh dengan proporsi sebesar 1.24081% dari total bakteri. Pembahasan: Adanya bahan aktif dalam obat kumur propolis 5%, serta adanya perbedaan struktur sel pada biofilm dual-spesies, dapat memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan Porphyromonas gingivalis dan Staphylococcus aureus. Kesimpulan: Staphylococcus aureus lebih sensitif terhadap obat kumur propolis 5% dibanding Porphyromonas gingivalis. ......Background: Propolis Mouthwash 5% contains propolis extract which has bioactive ingredients that are antibacterial. Propolis is known to have the ability to inhibit the growth of gram-negative and gram-positive bacteria. However, studies on the sensitivity of gram-negative and gram-positive bacteria to propolis mouthwash have never been carried out. Objective: Observing sensitivity Porphyromonas gingivalis and Staphylococcus aureus in dual-species biofilm, to Propolis Mouthwash 5% Methods:. Biofilms were made using the 96-well method in 24 hour incubation. Dual species biofilm provided with distilled water was used as a negative control. DNA from samples was extracted and standardized using a Qubit fluorometer for real-time polymerase chain reaction (qPCR). Target genes used in this study were Porphyromonas gingivalis and Staphylococcus aureus. Furthermore, the value of Ct was quantified using the Livak method (2-∆∆Ct) and statistical analysis was performed using Graph pad and SPSS. Results: Porphyromonas gingivalis and Staphylococcus aureus in biofilm dual species, which given propolis mouthwash 5%, had a lower average Ct value compared to samples given distilled water. Furthermore, after quantification using the Livak method, Porphyromonas gingivalis had a higher proportion than Staphylococcus aureus. The proportion of Porphyromonas gingivalis is 9.70929% of the total bacteria. While Staphylococcus aureus was obtained with a proportion of 1.24081% of the total bacteria. Discussion: The presence of the active ingredient in 5% propolis mouthwash and differences in cell structure in dual-species biofilms, could influence the growth of Porphyromonas gingivalis and Staphylococcus aureus. Conclusion: Staphylococcus aureus was more sensitive to 5% propolis mouthwash than Porphyromonas gingivalis.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laura Riske Winola
Abstrak :
Latar Belakang: Periodontitis merupakan akibat dari respon immune-inflamatory yang dipicu salah satunya oleh Porphyromonas gingivalis. Sel makrofag merupakan sel pelaksana dalam sistem imun bawaan dengan kemampuan fagositosis serta berfungsi sebagai mediator proinflamasi dan antiinflamasi. Respon inflamasi tikus memiliki kesamaan fisiologis dengan manusia, semakin tua usia maka terjadi penurunan fungsi fisiologis sehingga kurang adaptif. Saat ini, obat kumur antiinflamasi yang sering dipakai adalah klorheksidin glukonat dan ibuprofen, tetapi penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan efek samping lokal. Propolis merupakan salah satu bahan alami yang dapat menjadi alternatif karena teruji sifat antiinflamasinya. Perlu dilanjutkan dengan uji sitotoksisitas. Tujuan: Mengetahui tingkat sitotoksisitas obat kumur propolis (Heterotrigona itama) terhadap sel makrofag peritoneal yang diinfeksi bakteri Porphyromonas gingivalis secara in vitro serta perbandingannya dengan klorheksidin glukonat 0,2% dan ibuprofen 2%. Metode: Dilakukan uji sitotoksisitas in vitro secara semi kuantitatif dengan melihat morfologi sel melalui gambaran mikroskopis. Skoring berdasarkan standar ISO 10993-5:2009. Hasil: Obat kumur propolis memiliki tingkat reaktivitas sitotoksisitas moderate terhadap sel makrofag dengan tidak lebih dari 70% lapisan sel yang lisis dan terdapat pertumbuhan sel yang terhambat pada lebih dari 50%. Kesimpulan:  Obat kumur propolis 5% (Heterotrigona itama) memiliki tingkat sitotoksisitas yang tinggi terhadap sel makrofag yang diinfeksi Porphyromonas gingivalis serta lebih tinggi dibandingkan klorheksidin glukonat 0,2% dan ibuprofen 2%. ...... Background: Periodontitis is the result of an immune-inflammatory reaction, one of which is triggered by Porphyromonas gingivalis. Macrophages are implementing cells in the innate immune system with the ability to phagocytose and function as pro-inflammatory and anti-inflammatory mediators. Mouse has physiological similarities with humans, as they get older, their physiological function decreases, making them less adaptive. Currently the golden standards for anti-inflammatory mouthwash are chlorhexidine gluconate and ibuprofen, however long-term use can cause local side effects. Propolis is a natural ingredient that can be an alternative because of its proven anti-inflammatory properties. It’s necessary to continue with cytotoxicity test. Aim: To determine the level of cytotoxicity of propolis (Heterotrigona itama) mouthwash against peritoneal macrophage cells infected with Porphyromonas gingivalis bacteria in vitro and compare it with 0.2% chlorhexidine gluconate and 2% ibuprofen. Methods: Using a semi-quantitative in vitro cytotoxicity test by looking at cell morphology through microscopic images. Scoring is based on the ISO 10993-5:2009 standard. Results: Propolis mouthwash has a moderate grade of cytotoxic reactivity with not more than 70 % of the macrophage cell layers are lysed and cell growth being inhibited in more than 50%. Conclusion: 5% propolis mouthwash (Heterotrigona itama) has a moderate grade of cytotoxicity on macrophage cells infected with Porphyromonas gingivalis and is higher than 0.2% chlorhexidine gluconate and 2% ibuprofen.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anissa Permatadietha Ardiellaputri
Abstrak :
Propolis dan kurkumin telah terbukti sebagai herbal yang memiliki aktivitas antibakteri. Keduanya dapat dikembangkan menjadi bahan aktif obat kumur yang diperuntukkan untuk pencegahan oral biofilm. Untuk menghantarkan aktivitas biologis tersebut, obat kumur dibuat dalam bentuk sediaan nanoemulsi yang akan bekerja secara efektif melewati permukaan lapisan biofilm dan berpenetrasi secara cepat menuju sel target. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan formula obat kumur yang memiliki sifat fisik dan stabilitas terbaik serta teruji kemampuannya sebagai agen antibiofilm. Propolis A.mellifera dan kurkumin Curcuma domestica Val., masing-masing akan diformulasikan menjadi sebuah sediaan obat kumur menggunakan metode homogenisasi gabungan, pengadukan dan ultrasonikasi. Pada masing-masing formula, dilakukan jumlah variasi surfaktan dan kosurfaktan untuk mengetahui penga-ruhnya terhadap stabilitas sediaan. Formula yang lulus uji stabilitas kemudian akan diuji kemampuan antitbofilmnya secara in vitro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formula dengan perbandingan tween 80 dan gliserin 2:1 (v/v) merupakan formula dengan stabilitas fisik terbaik. Tween 80 dan gliserin terbukti tidak mampu bekerja secara tunggal untuk menghasilkan sediaan nanoemulsi yang stabil. Secara in vitro, obat kumur propolis dan obat kumur kurkumin teruji mampu menghambat pertumbuhan koloni primer Streptococcus mutans pada lapisan biofilm. Obat kumur propolis dilaporkan bekerja lebih efektif dengan kadar optimum 5% (v/v) dan persentase penghambatan biofilm sebesar 48,54%. ...... Propolis and curcumin have been reported to have antibacterial activity. Both of those herbs can be developed as anti oral biofilm mouthwash. In order to deliver the biological activity, mouthwash is produced as nanoemulsion that promotes wide distribution throughout oral biofilm and effectively penetrates to target cell. This study aims to create the best mouthwash formulation with great physical characteristics and stability, and also proved as antibiofilm agent. Each propolis A.mellifera and curcumin Curcuma domestica Val. was formulated into a mouthwash using the combined method of homogenization, mixing and ultrasonication. There was a variation amount of tween 80 and glycerine in each formulation to investigate its effect on stability. The proven formula with greatest stability was continued to undergo antibiofilm assay. Result of this study showed that formula with ratio of tween 80 and glycerine 2:1 (v/v) was found to be the best. Tween 80 and glycerin was investigated can‘t work as a single surfactant to produce stable nanoemulsion. Propolis and curcumin mouthwash showed in vitro antibiofilm activities against Streptococcus mutans, the primer colony in biofilm. Propolis mouthwash reported has a better effectiveness with the MIC of biofilm formation was 5% v/v and % inhibition of 48,54%, respectively.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55211
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila
Abstrak :
Hubungan sinergistik antara bakteri etiologi karies Streptococcus mutans dan jamur patogen Candida albicans merupakan salah satu faktor yang berperan dalam memperparah penyakit karies. Ekstrak propolis memiliki kandungan fenolat dan flavonoid yang tinggi dan menunjukkan aktivitas antibakteri yang lebih kuat. Telah diobservasi bahwa propolis mampu menginhibisi pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans dan jamur Candida albicans Tujuan: Menganalisis dan mengetahui pengaruh pemberian obat kumur propolis 5% terhadap pertumbuhan biofilm dan interaksi bakteri Streptococcus mutans dan jamur Candida albicans. Metode: Dilakukan uji pembentukan biofilm dual species Streptococcus mutans ATCC 25175 dan Candida albicans ATCC 10231. Kemudian biofilm diinkubasi dengan durasi 24 jam. Uji massa biofilm dilakukan dengan menggunakan crystal violet assay. Pengamatan inverted mikroskop setelah inkubasi 0 jam, 3 jam, dan 24 jam untuk melihat kepadatan biofilm. Hasil: Jumlah massa biofilm dual spesies Streptococcus mutans dan Candida albicans yang diukur menggunakan crystal violet pada kelompok kontrol aquades menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok perlakuan propolis. Hal ini juga didukung oleh pengamatan melalui inverted microscope yang menunjukan pembentukan biofilm yang lebih padat pada kelompok kontrol aquades dibandingkan kelompok perlakuan propolis. Kesimpulan: Terdapat indikasi jika pemberian obat kumur propolis menghambat pertumbuhan biofilm Streptococcus mutans dan Candida albicans tetapi obat kumur propolis tidak mempengaruhi interaksi sinergis antara bakteri Streptococcus mutans dan jamur Candida albicans. ......The synergistic relationship between the caries etiology bacteria Streptococcus mutans and the pathogenic fungus Candida albicans is one of the factors that play a role in exacerbating caries disease. Propolis extract has a high content of phenolics and flavonoids and shows stronger antibacterial activity. It has been observed that propolis is able to inhibit the growth of Streptococcus mutans and Candida albicans fungi. Objective: Analyze and determine the effect of 5% propolis mouthwash on biofilm growth and the interaction of Streptococcus mutans and Candida albicans fungi. Methods: Biofilm formation test of dual species Streptococcus mutans ATCC 25175 and Candida albicans ATCC 10231 was performed. Then the biofilm was incubated for 24 hours. Biofilm mass test was carried out using crystal violet assay. Inverted microscopy observations after 0 hours, 3 hours, and 24 hours of incubation to see the density of the biofilm. Results: The total mass of biofilms of dual species Streptococcus mutans and Candida albicans as measured using crystal violet in the distilled water control group showed higher results compared to the propolis treated group. This was also supported by observations through an inverted microscope which showed a denser biofilm formation in the aquades control group than the propolis treatment group. Conclusion: There are indications that propolis mouthwash inhibits Streptococcus mutans and Candida albicans biofilm growth but propolis mouthwash does not affect the synergistic interaction between Streptococcus mutans bacteria and Candida albicans fungi.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library