Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Setiorini
"ABSTRAK
Pada penelitian ini telah dilakukan analisis semen dan penentuan kadar prolaktin di dalam serum dan plasma semen dengan teknik Radio Immuno Assay (RIA) pada 107 pria, untuk mengetahui kadar prolaktin di dalam serum dan plasma semen serta hubungannya dengan kualitas semen yang meliputi: volume semen, jumlah spermatozoa motil total per ejakulat semen, dan persentase motilitas spermatozoa.
Hasil penentuan kadar prolaktin serum dan plasma semen pada 107 pria adalah: kelompok I, dengan jumlah spermatozoa motil > 185 juta per ejakulat semen memilki kadar prolaktin serum (median = 5,0 nanogram per mililiter), dan kadar prolaktin plasma semen (median = 7,25 nanogram per mililiter); kelompok II, dengan jumlah spermatozoa motil 80--185 juta per ajakulat semen memiliki kadar prolaktin serum (median = 6,15 nanogram per mililiter), dan kadar prolaktin plasma semen (median = 7,5 nanogram per mililiter); kelompok III, dengan jumlah spermatozoa motil < 80 juta per ejakulat semen memilki kadar prolaktin serum (median = 5,4 nanogram per mililiter), dan kadar prolaktin plasma semen (median = 7,3 nanogram per mililiter); kelompok IV, tanpa spermatozoa motil per ejakulat semen memiliki kadar prolakrtin serum (median = 6,4 nanogram per mililiter), dan kadar prolaktin plasma semen (median = 7,0 nanogram per mililiter).
Dengan uji korelasi Jenjang Spearman (Spearman's Rho) diperoleh kesimpulan, tidak ada hubungan antara kadar prolaktin serum dengan volume semen dan juga dengan jumlah spermatozoa motil total per ejakulat semen; tidak ada hubungan antara kadar prolaktin plasma semen dengan persentase motilitas spermatozoa dan juga dengan jumlah spermatozoa motil total per ejakulat semen; tidak ada hubungan antara kadar prolaktin serum dengan kadar prolaktin plasma semen. Dengan uji Kruskal-Wallis diperoleh kesimpulan bahwa kadar prolaktin serum sama pada keempat kelompok pria tersebut, dan juga kadar prolaktin plasma semen sama pada keempat kelompok tersebut. Dari 107 pria, 7 orang pria hiperprolaktinemia dengan volume semen termasuk dalam kategori semen normal, akan tetapi kadang-kadang oligo atau azoospermia. Enam orang dengan kadar prolaktin plasma semen yang ekstrim tinggi (median = 195,0 nanogram per mililiter), ternyata persentase motilitas spermatozoa dan jumlah spermatozoa motil total per ejakulat semen termasuk dalam kategori semen normal."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1985
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andhyni Eriel Tombe
"LATAR BELAKANG: Regulasi fungsi spermatozoa bergantung pada modifikasi paska translasi yang dapat diaktivasi melalui serangkaian tranduksi sinyal. Berbagai hormon telah diketahui mengatur aktivasi serangkaian transduksi sinyal dalam spermatozoa matang. Pemberian prolaktin pada spermatozoa normal telah diketahui dapat berperan sebagai faktor ketahanan hidup melalui aktivasi jalur transduksi sinyal PI3K/AKT ? anti apoptosis, sehingga spermatozoa dapat mempertahankan motilitas dan viabilitas. Namun efek pemberian prolaktin terhadap kondisi spermatozoa lainnya seperti astenozoospermia (motilitas rendah dan marker apoptotik tinggi) masih belum diketahui. Inkubasi in vitro pada spermatozoa pasien infertil sebelum dilakukannya fertilisasi berbantuan dapat menyebabkan penurunan viabilitas dan motilitas sperma akibat proses apoptosis. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian prolaktin terhadap fosforilasi AKT dari spermatozoa pasien infertil astenozoospermia.
BAHAN DAN CARA KERJA: Sampel penelitian ini berjumlah 30 pasien yang dibagi dalam kelompok perlakuan dengan prolaktin dan tanpa prolaktin (Kontrol). Status astenozoospermia, data motilitas sebelum dan sesudah perlakuan didapatkan dari analisis data CASA oleh staff laboratorium androlog Klinik IVF Yasmin, RSCM Kencana Jakarta. Analisis ekspresi protein, fosforilasi dan apoptosis dilakukan dengan teknik imunositokimia dan western blot kemudian dilanjutkan dengan analisis densitometri dengan Image J.
HASIL : Berdasarkan hasil uji anova one way dan t test independent, terdapat peningkatan motilitas yang bermakna antara kelompok sebelum inkubasi dan sesudah inkubasi dengan prolaktin serta antara kelompok inkubasi dengan prolaktin dan tanpa prolaktin (kontrol) (p<0,05), meskipun tidak terdapat perbedaan fosforilasi tirosin yang bermakna antara kelompok perlakuan dengan prolaktin dan kontrol. Pada kelompok perlakuan terdapat peningkatan fosforilasi AKT yang bermakna dibandingkan kelompok kontrol (p<0,05), akan tetapi tidak terdapat perbedaan aktivasi kaspase 3 yang bermakna antara kelompok perlakuan dengan prolaktin dan kelompok kontrol.
KESIMPULAN : Pemberian prolaktin pada spermatozoa astenozoospermia dapat meningkatkan motilitas dan tingkat ketahanan hidup pada spermatozoa astenozoospermia melalui induksi fosforilasi AKT meskipun tidak memberi perubahan signifikan pada tingkat apoptosis (aktivasi kaspase 3).

BACKGROUND: The regulation of sperm cell function depends on post translation modification that can be activated through several signal transduction pathways. Those transduction pathways can be activated by several hormones. It has been reported that prolactin exerts a prosurvival effect on human spermatozoa via mechanisms that involved the stimulation of akt phosphorylation and suppression of caspase activation and capacitation, so that it could preserves viability and motility of spermatozoa. However, prolactin effect on asthenozoospermic sperm has not been investigated. Asthenozoospermia, or low sperm motility, is a common cause of human male infertility. Apoptosis markers appeared significantly higher in asthenozoospermia as compared with normozoospermia. Studies have revealed that apoptosis markers tend to increase in spermatozoa following cryopreservation and thawing or others preparation before assisted reproductive technology treatment. The aim of this research was to evaluate any possible effect of prolaktin as prosurvival factor to induce AKT phosphorylation on spermatozoa of patients with asthenozoospermia.
METHODS: Human spermatozoa of asthenozoospermic patients (n=30) were divided into two groups, one with prolactin treatment and one as control (without prolactin. Determination of asthenozoospermic condition, sperm motility parameters were assessed using CASA System at Andrology Laboratorium, Yasmin IVF Clinic, RSCM Kencana,Jakarta. Analysis of prolactin receptor, tyrosine phosphorylation and apoptosis were performed with immunocytochemistry and western blot analysis at Molecular biology Laboratorium FK University of Indonesia and continued with densitomtry analysis using Image J (NIH) program.
RESULT : The result of anova one way dan t test independent show that there was a significant increase of motility in the group of sample after incubation with prolactin compare togroup of sample before treatment and control (p<0,05), even though there was no significant difference of tyrosine phosphorilation in both group tratment with prolactin and control. Incubation of spermatozoa with prolactin showed a significant increase in AKT phosphorylation compare with control group (p<0,05), however there was no significant difference of Caspase 3 activation between treatment group and control.
CONCLUSION: Prolactin treatment on spermatozoa of asthenozoospermic patient has increase survival rate by induction of AKT phosphorylation, however the high level of proapoptosis factor caused a failure to prevent caspase 3 activation."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ina Refina
"Tujuan penelitian ini untuk memperoleh informasi tentang peran IMD dengan breast crawl. Informan penelitian ini II orang ibu, bayi, suami, dan bidan, menggunakan pendekatan kualitatif. Mengikuti mulai bayi lahir, hingga berakhirnya masa neonatal dan tidak mendapat ASI eksklusif. Rentang waktu IMD dengan breast crawl paling lama 1,5 jam. Pengarnbilan data dengan wawancara mendalam, observasi, dan penelusuran dokumen.
Hasil penelitian menunjukkan ASI eksklusif gaga! diberikan. 2 jam setelah lahir, bayi diberi susu formula. IMD dengan breast crawl bukanlah satu-satunya faktor pencegah perdarahan dan pengeluaran plasenta karena bidan juga melakukan intervensi. Tidak dapat dibuktikan manfaat IMD dengan breast crawl dalam mencegah perdarahan, meningkatkan pemberian ASI eksklusif dan mencegah kematian neonatus, dihubungkan dengan tahap yang dilakukan bayi. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengctahui manfaat lain IMD dengan breast Crawl.

The purpose of the study is to find-out the information regarding to the role of Early Initiation Breastfeeding (EIB) with breast crawl. The study is using the qualitative approach, which have informant consists of 11 mothers, babies, the husband and midwives. The babies are followed from the beginning they were born until the end of post-partum period and never received exclusive breastfeeding. The longest time range of the Em with breast crawl is 1.5 hours. Data were collected by using the in-depth intaview, observation, and document assessment.
The study found that exclusive breastfeeding are being failed to perform until 2 hours post delivery, and the baby is given the formula milk The EIB is not tbe only factors that can prevent the bleeding and placenta expelled as the midwives are also do intervention. The advantage of the EIB with breast crawl is cannot be proven as the prevention factors on bleeding, increasing the administering of exclusive breastfeeding, and preventing the neonatal death, in correlation with the baby performance stages. There is a subsequently research in order to find out more about the advantage of EIB with the breast crawl.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T32443
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Gemiana
"Pada usia subur terjadi banyak perubahan hormon salah satunya adalah prolaktin. Kadar prolaktin dipengaruhi berbagai faktor, salah satunya adalah estadiol. Estradiol meningkatkan kadar prolaktin dengan memengaruhi transkripsi gen prolaktin. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbandingan kadar prolaktin berdasarkan kadar estradiol pada perempuan usia subur, yang mengalami gangguan menstruasi.
Metode penelitian dengan cross-sectional analitik dengan subjek sebanyak 80 orang perempuan usia subur (15-45 tahun) yang mengalami gangguan menstruasi. Penelitian merupakan subanalisis penelitian "Peranan Adiponektin terhadap Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) dan Hubungannya dengan Faktor Genetik, Endokrin, dan Metabolik". Analisis data dilakukan dengan SPSS for Windows versi 18.0 dengan menggunakan analisis bivariat uji Mann-Whittney.
Berdasarkan analisis, didapatkan bahwa kadar prolaktin pada perempuan dengan kadar estradiol abnormal memiliki median yang lebih tinggi 9,30 (7,8; 25,3) dibandingkan perempuan dengan kadar estradiol normal 7,55 (3,2; 23,8). Perbedaan tersebut bermakna secara statistic dengan nilai p = 0,023. Sementara tidak terdapat perbedaan bermakna kadar prolaktin dengan usia, aktivitas fisik, status gizi, dan gejala mental emosional pada perempuan yang mengalami gangguan menstruasi. Dapat disimpulkan ,terdapat peran kadar estradiol dalam perbedaan kadar prolaktin pada perempuan yang mengalami gangguan menstruasi.

In reproductive age, there are many hormonal changes, one of which is prolactin. Prolactin level influenced by many factors, on of which is estradiol. Estradiol increases prolactin levels by affecting prolactin gene transcription. The purpose of this study to compare the levels of prolactin according to levels of estradiol in reproductive age women, especially those with abnormal cycle menstruation.
Research methods with crioss-sectional analytic subject in 80 women in reproductive age who have menstrual problem. The study use secondary laboratory data and SCL-90 questionnaire from ?Peranan Adiponektin terhadap Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) dan Hubungannya dengan Faktor Genetik, Endokrin, dan Metabolik? research that was conducted since year 2009 to 2011. Data analysis was performed with SPSS for Windows vesion 18.0 using bivariat analysis of Mann Whittney.
The analysis showed that prolactin levels in women with abnormal estradiol leves is higher 9,30 (7,8; 25,3) than women with normal estradiol levels 7,55 (3,2; 23,8) with a statistically significant difference (p = 0,023). However, other variables such as age, physical activity, nutritional status, and mental emotional symptomps did no have significant different prolactin levels. It can be concluded that estradiol level could be associated with prolactin level in abnormal cycling women.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Wulandari
"Spermatozoa merupakan sel inaktif dalam proses transkripsi dan translasi, sehingga pematangan spermatozoa dan kapasitasi dipengaruhi oleh perubahan atau modifikasi protein yang sudah ada sebelumnya. Studi proteomik menemukan reseptor prolaktin pada permukaan spermatozoa. Seminal plasma merupakan sumber protein yang cukup kaya, salah satunya Prolactin Inducible Protein (PIP). PIP diekspresikan secara berbeda dalam spermatozoa atau seminal plasma pada laki-laki infertil dan fertil. Dalam penelitian ini peneliti ingin menganalisa efek penambahan pemberian prolaktin pada normozoospermia untuk melihat apakah prolaktin berpengaruh terhadap aktivasi PIP, di daerah mana PIP terkespresi dengan menggunakan imunositokimia, peningkatan fosforilasi tirosin dengan menguji parameter kualitas spermatozoa berupa kinetik menggunakan CASA, dan kapasitasi melalui western blot. Hasil penelitian menunjukkan PIP pada kelompok normozoospermia diekspresikan pada permukaan nuclear membran, mid piece, dan tail spermatozoa. Penambahan prolaktin pada kultur spermatozoa kelompok normozospermia tidak terdapat perbedaan secara signifikan dalam mengaktivasi PIP. Penambahan prolaktin pada kelompok normozoospermia tidak terdapat perbedaan secara signifikan dalam meningkatkan kinetik spermatozoa. Penambahan prolaktin kelompok normozoospermia tidak terdapat perbedaan secara signifikan dalam meningkatkan fosforilasi tirosin.

Spermatozoa are inactive cells in the processes of transcription and translation, so spermatozoa maturation and capacitation are influenced by changes or modifications of pre-existing proteins. A proteomic study found prolactin receptors on the surface of spermatozoa. Seminal plasma is a rich source of proteins, one of which is prolactin-inducible protein (PIP). PIP is expressed differently in spermatozoa or seminal plasma in infertile and fertile men. In this study, the researchers wanted to analyze the effect of adding prolactin to normozoospermia to see whether prolactin influenced PIP activation, in which areas PIP was expressed using immunocytochemistry, increased tyrosine phosphorylation by testing spermatozoa quality parameters in the form of kinetics using CASA, and capacitation via western blot. The results showed that PIP in the normozoospermia group was expressed on the surface of the nuclear membrane, midpiece, and tail spermatozoa. The addition of prolactin to the spermatozoa culture of the normozoospermia group did not show a significant difference in activating PIP. The addition of prolactin in the normozoospermia group did not show a significant difference in increasing the kinetics of spermatozoa. The addition of prolactin in the normozoospermia group did not show a significant difference in increasing tyrosine phosphorylation."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Hagia Lestari
"Latar Belakang: Pencucian spermatozoa dengan metode Swim-Up SU dan Density Gradient Centrifugation DGC untuk menyeleksi spermatozoa motil telah lama dilakukan, akan tetapi angka keberhasilan masih tergolong rendah. Alpha lipoic acid ALA merupakan antioksidan biologis poten yang berperan dalam regulasi serangan radikal bebas dan pencegahan terhadap kerusakan oksidatif yang disebabkan oleh peroksidasi lipid yang dapat berkontribusi pada integritas DNA spermatozoa. Selain itu, prolaktin PRL adalah salah satu hormon peptida yang juga merupakan faktor prosurvival spermatozoa melalui mekanisme supresi terhadap aktivasi protein kaspase, sehingga berperan dalam proteksi terhadap integritas DNA spermatozoa. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian ALA dan PRL terhadap indeks fragmentasi DNA IFD dan status apoptosis spermatozoa deteksi protein kaspase setelah dilakukan pencucian spermatozoa dengan metode SU dan DGC.
Metode: Sampel semen diperoleh dari 23 pria normozoospermia dari pasangan wanita infertil dan menjalani IUI. Analisis semen terhadap motilitas dan kecepatan dilakukan sebelum dan sesudah pencucian. Setelah pencucian spermatozoa dengan SU dan DGC, sampel kemudian diinkubasi pada berbagai konsentrasi ALA yaitu 0,625 mg ALA 1 , 1,25mg ALA 2 , 2,5 mg ALA 3 dan pada berbagai konsentrasi PRL yaitu 500 ng PRL 1 , 750 ng PRL 2 , serta 1000 ng PRL 3 . Selanjutnya dilakukan uji sperm chromatin dispersion SCD untuk mengevaluasi fragmentasi DNA spermatozoa dan uji Western Blot untuk mendeteksiprotein kaspase.
Hasil: Studi menunjukkan bahwa tingkat IFD spermatozoa setelah pemberian ALA dan PRL mengalami penurunan dibandingkan dengan sampel semen setelah dilakukan pencucian, bahkan dibandingkan dengan sampel semen sebelum pencucian.Protein kaspase ditemukan pada sampel semen sebelum pencucian maupun setelah pencucian dengan metode SU dan DGC. Metode SU dapat menyeleksi spermatozoa dengan IFD yang lebih rendah dibandingkan metode DGC pada konsentrasi optimal ALA dan PRL.
Kesimpulan: ALA dan PRL terbukti dapat menyeleksi spermatozoa dengan kualitas spermatozoa yang lebih baik ditinjau dari indeks fragmentasi DNA dan level apoptosis yang lebih rendah, setelah dilakukan pencucian.

Background: Several methods were done to improved the success rate of intra uterine insemination IUI , some of them are Swim Up SU and Density Gradient Centrifugation DGC sperm preparation, nevertheless the success rate still remain low. Alpha Lipoic Acid ALA is a potent biological antioxidant that play role in regulation of free radical attack and oxidative damage prevention caused by lipid peroxidation which ultimately contribute to DNA integrity of the sperm. Moreover, prolactin PRL is one of peptide hormones which also a prosurvival factor of sperm through suppression of activation of caspase protein mechanism, thus affecting sperm DNA integrity. This study aimed to evaluate the effect of ALA and PRL supplementation on DNA fragmentation DFI and apoptotic stateof the spermafter sperm preparation using SU and DGC methods.
Methods: Semen samples were obtained from 23 men normozoospermia from partners of women who infertile and underwent IUI. Semen analysis was performed for motility and velocity before and after sperm preparation. After SU and DGC sperm preparation, samples were incubated in concentration of ALA at 0,625 mg ALA 1 , 1,25mg ALA 2 ,2,5 mg ALA 3 and PRL at 500 ng PRL 1 , 750 ng PRL 2 , 1000 ng PRL 3 . The Sperm Chromatin Dispersion SCD test was performed to evaluate the sperm DNA fragmentation and Western Blot assay to detect the caspase protein.
Results: This study confirmed that the level of sperm DNA fragmentation index DFI of sperm after supplementation of ALA and PRL were decreased compared to the sperm after preparation even compared to the whole semen. The presence of caspase protein was detected in whole semen samples,and after sperm preparation both SU and DGC, yet SU method could select the sperm with lower level of DNA fragmentation than the DGC method, both at the optimum concentration of ALA and PRL.
Conclusions: ALA and PRL were proved to select the better sperm quality with lower level of sperm DNA fragmentation and minimum density of caspase protein after sperm preparation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library