Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Juferdy Kurniawan
"Tujuan: mendapatkan kesintasan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan mortalitas pada pasien ikterus obstruktif dengan etiologi maligna. Metode: penelitian kohort retrospektif dan prospektif dilakukan dengan data sekunder pasien ikterus obstruktif yang dirawat di RS. Cipto Mangunkusumo, Jakarta antara Januari 2010-Desember 2013. Faktor-faktor yang dinilai meliputi umur, jenis kelamin, sepsis, hipoalbumin, tingkat bilirubin serum, tingkat CA 19-9 serum, drainase bilier, keganasan non ca ampula Vater, dan komorbid dengan hasil keluaran berupa mortalitas pasien.
Hasil: sebanyak 181 dari 402 pasien ikterus obstruktif dengan etiologi maligna memenuhi kriteria penelitian dengan proporsi laki-laki sebesar 58,6 % dengan pasien berumur ≥50 tahun sebesar 57,5%. Analisis multivariat menunjukkan bahwa sepsis, riwayat drainase bilier sebelumnya dan skor komorbid Charlson ≥4 merupakan prediktor independen terhadap mortalitas. Median kesintasan pasien dengan faktor prognosis bermakna adalah 14 hari sedangkan median kesintasan keseluruhan 26 hari. Ambang skor prognostik terbaik didapatkan pada skor ≥2 dengan sensitivitas 68% dan spesifisitas 75%. AUC pada kurva ROC 0.769.
Kesimpulan: kesintasan pasien dengan faktor prognosis sepsis, drainase bilier tidak berhasil/tidak ada, dan skor indeks komorbid Charlson ≥4 lebih pendek dibandingkan kesintasan keseluruhan pasien. Skor prognostik ≥2 termasuk dalam risiko tinggi kematian dan kemampuan prediksi mortalitas dari faktor prognosis bermakna adalah 76.9%.

Aim: to obtain survival rate and mortality-related factors of malignant obstructive jaundice patients.
Methods: all medical records of obstructive jaundice inpatient at Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta from January 2010 to December 2013 were reviewed retrospectively. The following factors were analyzed in terms of mortality: age, gender, sepsis, hypoalbumin, serum bilirubin level, serum CA 19-9 level, billiary drainage, non-ampulla Vateri carcinoma, and comorbid factors.
Results: total 181 out of 402 patients were enrolled in this study with male proportion was 58.6%, and patients aged 50 years or above was 57.5%. Multivariate analysis showed that only sepsis, unsuccessful or no prior biliary drainage and Charlson comorbid score ≥4 were independent predictors of mortality. Patients with significant prognostic factors had median survival 14 days compared with overall median survival 26 days. Score ≥2 identified as the highest prognostic score threshold with sensitivity 68%, specificity 75%, and AUC on ROC curve 0.769.
Conclusion: sepsis, unsuccessful or no prior bilirary drainage, and Charlson comorbid score ≥4 are factors significantly associated with shortened survival in malignant obstructive jaundice patients. Prognostic score ≥2 was determined to classify patients into high risk mortality group. Mortality of patients with those significant prognostic factors can be predicted in 76.9%."
Depok: Faculty of Medicine University of Indonesia, 2016
610 IJIM 48:4 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Pangaribuan, Flora Dameria
"Limfoma merupakan seluruh kasus limfoma Hodgkin (LH) umumnya mengalami relaps dan rekuren, terutama pada stadium lanjut dengan international prognostic score (IPS) tinggi. Jenis kelamin, usia, stadium, kadar hemoglobin dan albumin, jumlah leukosit dan limfosit merupakan komponen IPS. Penelitian tentang tumor microenvironment (TME) pada LH sedang berkembang. Cytotoxic T-lymphocyte-asssociated protein 4 (CTLA-4) merupakan salah satu komponen TME pada LH yang berperan dalam immune escape. Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif analitik yang bertujuan untuk melihat hubungan antara ekspresi CTLA-4 pada LH stadium lanjut dengan IPS. Populasi penelitian yaitu sediaan LH di Departemen Patologi Anatomik FKUI/RSCM. Pengambilan sampel penelitian dilakukan secara konsekutif dari kasus yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dengan jumlah sampel sesuai dengan perhitungan besar sampel. Pemeriksaan imunohistokimia menggunakan antibodi primer monoklonal CTLA-4. Data dievaluasi untuk menentukan ekspresi CTLA-4 (rerata sel/LPB) pada tiap kelompok dan dianalisis secara statistik. Nilai rerata ekspresi CTLA-4 pada LH stadium lanjut dengan IPS tinggi yaitu 303,33±113,52, sedangkan pada kasus IPS rendah yaitu 210,11±52,41 (p=0,003). Kelompok kasus dengan kadar hemoglobin <10,5 g/dl, leukosit >15000/μL, limfosit <8%, albumin<4 g/dl, stadium 4, memiliki nilai rerata CTLA-4 yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok sebaliknya. Ekspresi CTLA-4 pada setiap subtipe nodular sclerosis yaitu 239,84±76,36, mixed cellularity yaitu 293,95±147,94, lymphocyte depleted yaitu 271,4±23,56, dan lymphocyte rich yaitu 225,2. Ekspresi CTLA-4 memiliki hubungan bermakna dengan IPS pada LH stadium lanjut, sehingga dapat direkomendasikan untuk membantu memprediksi kejadian relaps/rekuren pada LH stadium lanjut.

Lymphoma is a malignant tumor of the hematopoietic system. Twenty percent of all Hodgkin lymphoma (LH) cases mostly relapse and reccurence, especially in advanced stage with high international prognostic score (IPS). Gender, age, stage, haemoglobin (hb) and albumin level, leukocyte and lymphocyte count are IPS factors. The cytotoxic T-lymphocyte-associated protein 4 (CTLA-4) is a tumor microenvironment component in HL. This study is an analytic retrospective study to examine the relationship between CTLA-4 expression in advanced stage HL and IPS. The research population was the HL cases at the Department of Anatomical Pathology medicine faculty of Univesitas Indonesia/Cipto Mangunkusumo hospital. Sampling was carried out consecutively that fulfil the inclusion and exclusion criteria according of the sample size. The immunohistochemistry examination using CTLA-4. Calculation of CTLA-4 expression in mean (cells/HPF) in all cases, then associated with IPS statistically. The mean value of CTLA-4 expression in advanced stage HL with high IPS was 303.33±113.52 and with low IPS was 210.11±52.41 (p=0.003). The group with hb level <10.5 g/dl, leukocyte count >15000/µL, lymphocyte count <8%, albumin level <4 g/dl, stage 4, have higher CTLA-4 expression than the other group. Cytotoxic T-lymphocyte-associated protein 4 expression was 239.84±76.36 for nodular sclerosis, 293.95±147.94 for mixed cellularity, 271.4±23.56 for lymphocyte depleted, 225.2 for lymphocyte rich. Cytotoxic T-lymphocyte-associated protein 4 expression can be recommended to predict the incidence of relapse/recurrence in advanced HL."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Juferdy Kurniawan
"ABSTRAK
Latar belakang: Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan mortalitas pada pasien ikterus obstruktif dengan etiologi maligna merupakan hal penting untuk membantu membuat perencanaan optimal dalam melakukan pendekatan terapi yang tepat untuk masing-masing etiologi dan faktor terkait guna membantu meningkatkan kesintasan dan kualitas hidup pasien.
Tujuan: Mendapatkan kesintasan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan mortalitas pada pasien ikterus obstruktif dengan etiologi maligna di RSCM.
Metode: Penelitian kohort retrospektif dan prospektif dilakukan dengan data sekunder pasien ikterus obstruktif yang dirawat di ruang perawatan RSCM antara Januari 2010 ? Desember 2013. Faktor-faktor yang dinilai meliputi umur, jenis kelamin, sepsis, hipoalbumin, tingkat bilirubin serum, tingkat CA 19-9 serum, drainase bilier, keganasan non ca ampula Vater, dan komorbid dengan hasil keluaran berupa mortalitas pasien. Kesintasan kumulatif terjadinya mortalitas dalam 3 bulan setelah diagnosis dinyatakan dengan kurva Kaplan Meier. Analisis bivariat dan multivariat dilakukan dengan Cox Proportional Hazards Regression Model untuk mendapatkan Hazard Ratio (HR) dari setiap faktor prognosis. Skor prognosis dari setiap faktor bermakna ditentukan berdasarkan model akhir regresi.
Hasil: Sebanyak 181 dari 402 pasien ikterus obstruktif dengan etiologi maligna memenuhi kriteria penelitian dengan proporsi laki-laki sebesar 58,6 % dengan pasien berumur ≥ 50 tahun sebesar 57,5 %. Sepsis (HR 2.462 ; IK 95% 1.552 ? 3.906), drainase bilier tidak berhasil/tidak ada (HR 1.604 ; IK 95% 0.988 ? 2.603), serta skor indeks komorbid Charlson ≥ 4 (HR 2.476 ; IK 95% 1.562 ? 3.923) merupakan faktor prognosis yang bermakna terhadap mortalitas pasien. Median kesintasan pasien dengan faktor prognosis bermakna 14 hari; IK 95% 9.66 ? 18.34 sedangkan median kesintasan keseluruhan 26 hari; IK 95% 20.82 ? 31.19 (p < 0.01). Ambang skor prognostik terbaik didapatkan pada skor ≥ 2 dengan sensitifitas 68% dan spesifisitas 75%. AUC pada kurva ROC 0.769.
Kesimpulan: Kesintasan pasien dengan faktor prognosis sepsis, drainase bilier tidak berhasil/tidak ada, dan skor indeks komorbid Charlson ≥ 4 lebih pendek dibandingkan kesintasan keseluruhan pasien. Skor prognostik ≥ 2 termasuk dalam risiko tinggi kematian dan kemampuan prediksi mortalitas dari faktor prognosis bermakna sebesar 76.9%.

ABSTRACT
Background: Understanding any related factors affecting mortality in patients with malignant obstructive jaundice will better guide to an approriate and optimal planning in making theurapetic approach for each etiological and relating factors thus improving survival and patients? quality of life.
Aim: To obtain survival rate and mortality-related factors of malignant obsructive jaundice patients in Cipto Mangunkusumo Hospital.
Methods: Retrospective-prospective cohort study was conducted with medical records of obstructive jaundice inpatient from January 2010 to December 2013 were reviewed. Suggested mortality-related factors include age, gender, sepsis, hypoalbumin, serum bilirubin level, serum CA 19-9 level, billiary drainage, non-ampulla Vateri carcinoma, and comorbid were analyzed. Three-month cumulative overall survival was calculated by Kaplan-Meier curve. Bivariat and multivariat analysis was done with Cox Proportional Hazards Regression Model to obtain Hazard Ration (HR) of each prognostic factor. Prognosis score from each mortality-related factor was calculated based on the last regression model.
Results: 181 from 402 patients were enrolled in this study with male proportion was 58.6% and patients aged 50 years or above was 57.5%. Sepsis (HR 2.462 ; CI 95% 1.552 ? 3.906), unsuccessful / no prior billiary drainage (HR 1.604 ; CI 95% 0.988 ? 2.603), and Charlson comorbid score ≥ 4 (HR 2.476 ; CI 95% 1.562 ? 3.923) were mortality-related factors with significant difference. Patients with significant prognostic factors had median survival 14 days; 95% CI: 9.66 ? 18.34 compared with overall median survival 26 days; 95% CI: 20.82 ? 31.19 (p < 0.01). Score ≥ 2 identified as the highest prognostic score threshold with sensitivity 68%, specificity 75%, and AUC on ROC curve 0.769.
Conclusion: Patients with significant prognostic factors which were sepsis, unsuccessful / no prior billiary drainage, and Charlson comorbid score ≥ 4 had shorter survival than overall survival. Prognostic threshold ≥ 2 quite good to classify malignant obstructive jaundice inpatient into high risk mortality population. Mortality of patients with those significant prognostic factors can be predicted in 76,9%.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library