Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ekanesti Ruswidia Sari
Abstrak :
Untuk mempertahankan daya saing di era kompetisi global, adanya inovasi produk dalam industri pertahanan menjadi faktor kunci yang sangat menentukan. Mayoritas industri pertahanan diketahui mengalami masalah dengan lemahnya daya serap hasil inovasi produk sehingga banyak hasil penelitian yang menumpuk saja dan tidak ada nilai komersialisasinya. Keadaan ini memaksa industri pertahanan untuk terus menemukan dan meningkatkan kemampuan dalam inovasi produknya. Pemerintah telah mengimplementasikan banyak program untuk meningkatkan industri pertahanan di Indonesia, namun untuk memenuhi kebutuhan alutsista Indonesia masih tergantung pada impor. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh strategi peningkatan inovasi industri pertahanan dengan menggunakan Analisis Kebijakan, terutama pada aspek politik, ekonomi, sosial, teknologi, legal dan lingkungan (PESTLE). Pemodelan kualitatif menggunakan Causal Loop Diagram (CLD) dipilih untuk memetakan hubungan antar elemen yang terkait. Penelitian dilakukan dengan observasi langsung, wawancara semi-terstruktur, dan webinar terkait industri pertahanan. Causal Loop Diagram menunjukkan bahwa di dalam sistem teridentifikasi lima buah loop yang terbagi atas dua loop penyeimbang/ balancing dan empat loop saling memperkuat / reinforcing. Penelitian ini menghasilkan konseptual model untuk mensimulasikan alternatif strategi peningkatan inovasi produk industri pertahanan berdasarkan pada Analisa Kebijakan terhadap fenomena yang ada sekarang dan beberapa sistesis hasil penelitian terdahulu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan Analisis Kebijakan untuk Pengembangan Defence Innovation Product / DIP dalam industri pertahanan perlu dana yang sangat besar, waktu pengembangan yang panjang, kepakaran dan teknologi yang canggih. Inovasi kebijakan yang diusulan untuk mendukung DIP yaitu adanya keharusan membeli DIP dari dalam negeri untuk produk alutisista yang sudah diproduksi dalam negeri, pembelian DIP dari luar negeri harus didukung dengan kerjasama dengan DIP local dan offset (transfer teknologi), DIP impor dikenakan pajak tinggi, Pemerintah membantu pemasaran DIP local untuk ekspor dengan kerjasama G to G. Implikasi hasil penelitian juga didiskusikan lebih lanjut agar dapat dijadikan salah satu rujukan untuk penelitian-penelitian selanjutnya untuk sektor industri lainnya. ......To maintain competitiveness in the era of global competition, product innovation in the defense industry is a very decisive key factor. The majority of the defense industry is known to have problems with the weak absorption of product innovation results so that many research results are accumulated and have no commercialized value. This situation forces the defense industry to continue to discover and improve capabilities in product innovation. The government has implemented many programs to improve the defense industry in Indonesia, however, to meet the demand for defense equipment, Indonesia still depends on imports. The purpose of this research is to obtain a strategy to increase defense industry innovation by using Policy Analysis, especially in the political, economic, social, technological, legal and environmental aspects (PESTLE). Qualitative modeling using the Causal Loop Diagram (CLD) was chosen to map the relationships between related elements. The research was conducted by direct observation, semi-structured interviews, and webinars related to the defense industry. The Causal Loop Diagram shows that in the system five loops are identified which are divided into two balancing loops and four mutually reinforcing loops. This study produces a conceptual model to simulate an alternative strategy to increase innovation in defense industrial products based on a policy analysis of current phenomena and several syntheses of previous research results. The results of this study indicate that the Defense Innovation Product/DIP development in the defense industry requires very large funds, long development time, expertise and sophisticated technology. The proposed policy innovation to support DIP, namely the necessity to buy DIP from within the country for equipment products that have been produced domestically, the purchase of DIP from abroad must be supported in cooperation with local DIP and offset (technology transfer), import DIP is subject to high taxes, the Government assisting the marketing of local DIP for export with the G to G cooperation. The implications of the research results are also discussed further so that they can be used as a reference for further research for other industrial sectors.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional, Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia, 2011
343.075 IND a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sunarto
Abstrak :
Industri pertanian umumnya adalah industri kecil, dimana tenaga kerja yang bekerja pada industri tersebut tingkat pendidikannya sangat rendah sehingga sulit untuk berkembang dan kesadaran akan mutu sangat rendah. Dalam penelitian ini peningkatan kualitas dilakukan dengan perlakuan panas yang pemanasannya dilakukan bersama-sama dengan proses pembentukan pegangan cangkul. Perlakuan panas dilakukan dengan pemanasan sampai suhu austenit dengan variasi suhu, 900°C, 1000°C dan 1100°C, variasi penahanan 30 menit, 45 menit dan 60 menit. Proses pendinginan dengan menggunakan media pendingin air dan oli serta metode pendinginan dicelup sebagian dan dicelup seluruhnya. Berdasarkan hasil penelitian diatas dilakukan percobaan tahap dua yaitu dengan pemanasan pada arang batok kelapa selama 60 menit, 75 menit, 90 menit dan 105 menit, kemudian dicelup kedalam media air. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dengan pemanasan sampai 900°C, dan penahan selama 30 menit kemudian dicelupkan kedalam air mendapat kekerasan 171 BHN atau naik 50 %. Pemanasan menggunakan dapur listrik dengan suhu penahanan 1000°C, selama 45 menit kemudian didinginkan dengan oli menghasilkan kekerasan tertinggi 143 BHN, dan dengan pemanasan di arang kayu selama 75 menit mendapatkan kekerasan tertinggi yaitu 187 BHN atau naik sebesar 64 %. Biaya yang diperlukan untuk perlakuan panas Rp.890,- tiap cangkul. Proses perlakuan panas dilakukan sebelum pengerjaan akhir.
Agriculture industry is generally a small industry that the labors who work in the industry have low education so that wake difficultly to develop and have low consideration in quality. In this research quality increases done by heat treatment which is conducted together with process of hoe handle forming. Heat treatment is performed variously with heating at austenite temperature of 900°C, 1000°C and 1100°C for 30, 45, 60 minutes. Cooling process is done in cool water and oil. The cooling method is done by sinking partly and wholly. Based on the above research, the second try is conducted by heating on coconut shell for 60,75, 90 and 105 minutes. Then, it is cooled in cool water. The research result that heating at approx, 900 °C for 30 minutes, then cooled in cool water is gained a hardness of 171 BHN or 50 % increases. Heating using an electric furnace at 1000 °C for 45 minutes, then cooled with oil result a highest hardness of 143 BHN. Heating using charcoal for 75 minutes is gotten a highest hardness of 187 BHN or 64 % increases. Cost spent for this heat treatment is Rp 890,- each hoe. Process of heat treatment is done when the finishing work will end.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
T8968
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Suryawan
Abstrak :
Penelitian ini membahas mengenai pengaruh strategi komunikasi pemasaran terpadu (IMC) terhadap minat beli kembali produk industri pada perusahaan B2B. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan responden adalah pelanggan B2B yang berjumlah 100 orang. Metode analisa data dilakukan dengan metode statistik deskriptif dan regresi linier untuk membuktikan hipotesa dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan strategi IMC berpengaruh dalam menumbuhkan Minat Beli Kembali. Dari faktor-faktor IMC yang digunakan oleh PT. Surya Sarana Dinamika didalam memasarkan produk Toshiba Robot, faktor IMC yang memiliki pengaruh paling besar adalah variabel Event and Experience sedangkan faktor yang memiliki pengaruh paling kecil adalah Interactive Marketing. ......This thesis discusses the effect of integrated marketing communication strategies (IMC) on re-purchase intention of industrial products at B2B companies. This research is a quantitative research, with respondents are B2B customers totaling 100 people. Method of data analysis was conducted using descriptive statistics and linear regression to prove the hypothesis in this study. The results showed an effect of IMC strategy in growing re-purchase intention. IMC factors used by PT. Surya Sarana Dinamika in marketing products of Toshiba Robot that has the most impact is variable Event and Experience while the factors that had the least impact is Interactive Marketing.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
T45797
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tatok Prijobodo
Abstrak :
ABSTRAK
Industri rollformer untuk amp dan dinding belakangan ini sudah menjadi industri dengan tingkat halangan masuk /entry barrier yang cukup rendah. Hal ini ditandai beberapa hal : teknologi perangkat keras yang tidak begitu tinggi (mesin), bahan baku dan tenaga kerja yang rnelimpah, investasi awal yang tidak tergolong besar, Industri ini menawarkan jenis barang yang serupa satu sama lain.

Akibat dari tingkat ?halangan masuk? yang demikian rendah adalah anis ?pendatang haru? rol Iformer yang tenis bertambah dan tahun ke tahun. hingga saat ini tercatat paling sedikit ada 30 pemain yang berkecimpung dalam industri ini. Diperkirakan jumlah tersebut masih akan terus bertambah pada tahun tahun yang akan datang.

Reaksi alamiah yang selalu akan terjadi untuk Industri yang sudah cukup jenuh adalah terbentuknya price driven market, hal ini dapat dicermati dan tingkat margin rata - rata industri yang tidak pernah membaik bahkan terus menurun darii tahun ke tahun. PT X yang sudah beroperasi sejak tahun 1973 di Indonesia mempunyai target market Top End Industrial market. Kelebihan dan segmen ini adalah pada faktor harga yang relatif Iebih baik dibanding dengan dua segmen pasar yang lain yaitu Middle and Low End industrial Market. Kelebihan ini disebabkan karena dukungan teknis dan kualitas produk menjadi faktor penentu untuk mendapatkan order pekerjaan dari segmen tersebut. PT X adalah satu dari sangat sedikit pemain industri ini yang sangat menguasai kedua hal tersebut diatas. Kelemahan dari industri ini ada pada volumenya yang kecil (hanya 30 % dari jumlah total pasar yang tersedia), dimana untuk pasar ini PT X telab mampu menggaet 25 % market share. Sementara pasar terbesar untuk industri ini adalah Middle dan Low End Industrial Market yang mencakup 70 % dari total volume pasar, dimana PT X hanya mampu Meraih 9,5% dari total vlume pasar yangtersedia, Ciri utama dari market ini adalah Price Driven Market, pasar dimana faktor harga menjadi penentu yang sangat dominan. PT X secara alamiah kurang cocok untuk bertarung dipasar ini karena standard Roc yang sangat tinggi sebagai persyaratan dari para pemegang sahamnya (20 %). Sementara margin rata - rata industri untuk middle and Low end Industrial Market berkisar antara 5- 12.5%. Keadaan ini sangat memberatkan PT X untuk mengbadapi persaingan di kemudian han sejalan dengan pertum buhan investasi asing atau swasta besar di Indonesia (yang merupakan customer utama Top End Industrial Market) tidak banyak mengalami kemajuan sejak krisis 1998.

PT X mengalami penurunan kinerja operasionalnya pada tahun 1997 berupa penurunan volume penjualan (dalam metrik ton) sebesar 53 % dibanding tahun sebelumnya (1996). Penjualan masih terus menurun sebesar Iebih kurang 37.5% pada tahun 1998 dibandingkan dengan tahun 1997 (dalam metrik ton). Dan pada tahun 1999 dan 2000 rnengalami kenaikan berturut turut sebesar 40 % dan 30 %. Tetapi bila dibandingkan, kondisi penjualan pada tahun 2000 hanya berkisar 53% (dalam metnik ton) terhadap total Volume penjualan pada tahun 1996.

Beberapa faktor selain ekonomi yang juga cukup menambah intensitas persaingan dalam jndustri ini adalah bahan baku import dan lemahnya market development dan PT X. Hal ini bisa terlihat dengan jelas dan product range dan distribution channel yang mereka miliki. PT X mempunyai product range yang sama hiugga tulìsan ini dibuat bila dibandingkan dengan product range mereka 27 tahun Lalu ketika perusahaan ini pertama kali berdiri. Bila dilihat secara [ebih detail perusahuan ini sebenarnya hampir tidak memiliki customer data base yang berbeda 3 tahun belakangan ini. Hal ini dapat dimengerti karena pasar sasaran merekapun tidak pernah berubah selama ini.

Dengan kata lain product/market development adalah kelemahan yang paling menonjol dari PT X yang harus segera dibenahi agar perusahaan bisa tetap survive.

Pengembangan pasar, terutama untuk segment middle and low end industrial plus residential market akan sangat menentukan kelangsungan hidup ke depan dari perusahaan ini. Peluang terbuka masih cukup lebar untuk kedua pasar tersebut (middle and low end industrial) dengan cara mensiasati jenis ketebalan dan brand name yang lain dari standar produk yang ditawarkan, sehingga seccara volume (dalam metric ton) akan segera ada perubahan, tanpa harus merusak pasar yang selama ini dikuasai oleh PT X.

Dalam pengembangan produk ini perlu dicari produk dengan tingkat entry barrier yang cukup tinggi, sebagai contoh adalah pengembangan produk Roff Truss untuk residential market segment yang harus disupport dengan teknologi piranti lunak yang cukup canggih;. Kecanggihan piranti lunak ini akan menjadi kendala yang sangat berat bagi competitor untuk ikut-ikutan memasuki segmen pasar ini. Sebagai contoh lain adalah PEB (Pre Engineered Building), dimana konsep pemaarannya adalah one stop solution yang akan memberikan service secara lebih komprehensif kepada customer.
2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sirma Oktaviani
Abstrak :
Efek liberalisasi impor terhadap produktivitas industri dapat terjadi melalui peningkatan akses variasi input serta transfer teknologi yang melekat pada produk impor. Selain kegiatan impor, faktor lain yang dapat mempengaruhi produktivitas adalah kompleksitas produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh impor bahan baku terhadap produktivitas perusahaan yang lebih banyak menghasilkan produk kompleks. Dengan menggunakan data Survei Industri Besar dan Sedang tahun 2010-2014, produktivitas level perusahaan dihitung berdasarkan metode Levinshon-Petrin (2003) untuk mengendalikan bias seleksi dan simultanitas. Sedangkan Product Complexity Index (PCI) dihitung menggunakan konsep keragaman dan ubiquity produk yang dikenalkan oleh Hidalgo&Hausmann (2009). Hasil perhitungan PCI menunjukkan rata-rata kompleksitas produk pada industri ISIC 3 digit adalah 0.0946 dengan nilai minimum -2.1324 dan maksimum 2.2157. Dengan melibatkan efek tetap perusahaan dan waktu, hasil empiris menunjukkan impor bahan baku mempengaruhi produktivitas perusahaan penghasil produk kompleks secara signifikan sebesar -0.0405. Selain itu, diketahui bahwa industri manufaktur memerlukan waktu yang lebih lama (learning effect) untuk menyerap teknologi pada produk kompleks sehingga dapat meningkatkan produktivitas perusahaan.
The effect of import liberalization on industrial productivity can occur through increased access to input variations and technology transfer inherent in imported products. In addition to import activities, another factor that can affect productivity is the complexity of the products produced by firms. This study aims to look at the effect of imported raw materials on the productivity of firms that produce more complex products. By using the 2010-2014 Large and Medium Industry Survey data, firm-level productivity is calculated based on the Levinshon-Petrin (2003) method to control selection and simultaneity bias. Whereas Product Complexity Index (PCI) is calculated using the concept of product diversity and ubiquity introduced by Hidalgo & Hausmann (2009). PCI calculation results show the average product complexity in the 3-digit ISIC industry is 0.0946 with a minimum value of -2.1324 and a maximum of 2.2157. By involving the firm's fixed effects and time, empirical results show that imports of raw materials significantly influence the productivity of firms producing complex products by -0.0405. In addition, it is known that the manufacturing industry requires a longer time (learning effect) to absorb technology in complex products so as to increase firm productivity.
Depok: Universitas Indonesia, 2019
T52947
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Regina Okthory Sucianto
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1984
S17138
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuriadi Sulastomo
Abstrak :
Pertumbuhan sektor industri manufaktur Indonesia yang cukup tinggi, menyebabkan permintaan terhadap bahan baku industri, antara lain berupa besi dan baja serta barang logam lainnya juga meningkat. Baja nir karat sebagai bahan baku industri tertentu juga mengalami kenaikan permintaan yang cukup tinggi dikarenakan sifatnya yang serba guna dan sifat ketahanannya terhadap karat yang baik. Kekayaan alam Indonesia berupa hasil tambang nikel dengan jumlah cadangan yang cukup besar, menjadikan Indonesia memiliki kesempatan untuk menjadi produsen baja nir karat. Dengan memandang industri baja nir karat sebagai suatn industri manufaktur, maka perlu dilakukan suatu langkah-langkah perencanaan pembangunan industri ini berdasarkan tahapan-tahapan pada suatu proses pengembangan produk baru. Sebagai tahap awal dari proses ini adalah tahapan perumusan konsep definisi bisnis dan definisi produk yang dilakukan berdasarkan analisa pasar baja nir karat di Indonesia dan kemungkinannya untuk dapat menjadi komoditi ekspor. Definisi bisnis dan definisi produk ini menghasilkan suatu deskripsi mengenai standar dan bentuk geometri produk Ibaja nir karat yang akan dikembangkan, beserta Strategi pendirian industri ini di Indonesia. Dari tahapan perumusan konsep ini, maka dapat dilanjutkan kepada pemilihan proses produksi dan perencanaan secara lebih detil bagi pembangunan industri baja nir karat di Indonesia.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S36264
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library