Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 22 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nazwirman
Abstrak :
Investasi pasar modal memberikan earning yang lebih tinggi dibandingkan dengan menyimpan uang di bank misalnya dalam bentuk deposito yang rata-rata hanya 6 persen pertahun. Namun demikian investor harus juga jeli dalam menganalisis dalam pembelian sahamnya. Dengan menggunakan salah satu teknik analisis saham metode Price Earning Ratio (PER), maka investor akan mudah mendapatkan mengenai saham mana yang harus mereka beli. Metode Price Earning Ratio dalam menganalisis saham perusahaan industri makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia menggunakan tiga alternatif (k*= 11%, k*=16%, dan k*=21%). Dari 15 perusahaan yang listing hanya ada 6 perusahaan yang konsisten memberikan deviden kepada investornya setiap tahun. Saham perusahaan yang layak dibeli hanya saham satu perusahaan karena pada tiga alternatif tersebut PER < PER* yang berarti tingkat earning dari saham tersebut lebih tinggi dari 11%, 16% atau 21 % dan harga dari saham tersebut murah. Saham perusahaan yang lain tidak layak dibeli ada 5 perusahaan, tetapi layak untuk dijual oleh investor, karena pada tiga alternatif tersebut PER > PER* yang berarti tingkat keuntungan dari saham tersebut lebih kecil dari 11%, 16% atau 21%.
Abstract
Stock exchange investment gives return more than saving money in bank. For instance, in form of a deposit with average of 6 % per annum. But investor must be analyze carefully in buying shares. Using one analytical share techniques, the price earning ratio (PER) method. Investor will easily know which share they should buy. Price earning ratio method in analyzing the share of food and beverage company in Indonesian stock exchange use three alternative (k*= 11%, k*=16% and k*=21%). From 15 company on listing, only 6 companies give dividend to investor every year. Company share to buy only one share company, because for three alternative PER < PER* so the return from the share to more than 11%, 6% or 21% and price from the share is cheap. There are share 5 companies that are not good to buy, but good to sell to investor, because three alternative PER>PER* meaning advantage from share smaller than 11%, 6% or 21%.
Bina Sarana Informatika, 2008
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Satmoko
Abstrak :
Penelitian ini menyangkut tentang penilaian harga saham yang berdasarkan pada analisis fundamental dengan pendekatan PER. Model yang digunakan tetap mengacu pada multiple regression model yang dipergunakan para peneliti sebelumnya, baik yang dilakukan di dalam maupun luar negeri.

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kestabilan faktor penentu harga saham blue chip atau saham dari perusahaan besar, well establihed and mature. Sejalan dengan itu, maka penelitian ini menggunakan sampel saham perusahaan-perusahaan dengan peringkat berdasarkan nilai penjualan terbesar yang dapat dianggap sebagai saham blue chip. Penggunan sampel perusahaan dengan nilai penjualan terbesar, dianggap bahwa perusahaan yang mencapai penjualan besar merupakan perusahaan yang besar, well estabished and mature. Dengan penggunaan sampel tesebut, maka hasil yang dicapai dalam peneltian ini kurang cocok untuk diaplikasikan pada perusahaan yang nilai penjualannya relatif sedang atau kecil. Tujuan penelitian ini kemudian dirinci, untuk mengetahui: (1) apakah earnings growth rate, dividend payout ratio dan proksi risiko (earning instability atau financial Leverage) mempengaruhi besarnya PER; (2) variabel manakah di antara earnings instability dan financial leverage yang paling berpengaruh dan lebih mampu menjelaskan variabilitas PER; (3) apakah pertgaruh masing-rnasing variabel eksplanatori tersebut tetap konsisten dari tahun ke tahun.

Hasil analisis dari tahun 1992-1995 menunjukkan bahwa hasil model persamaan regresi secara keseluruhan mempunyai nilai F -test yang signifikan untuk 5 (lima) versi model (modl-94, modl-95, mod2-93, mod2-94 serta mod2-95), sedangkan pada periode observasi tahun 1992 model tidak signifikan (modl-92 dan mod2-92). Secara parsial berdasarkan hasil t-test, variabel earnings growth rate menunjukkan signifikan pada periode observasi tahun 1994 (modl-94 dan mod2-94), variabel dividend payout ratio menunjukkan signitikasi pada periode observasi tahun 1993-1995 (mod2-93, modl-94 dan modl-95), sedangkan variabel pengganti risiko menunjukkan signifikasi pada observasi tahun 1992 dan 1995 (modl-92, mod2-92 dan mod2-95).

Berdasarkan pemilihan model persamaan regresi antar proksi risiko (earnings instability atau financial leverage), menunjukkan bahwa faktor financial leverage lebih mampu menjelaskan variabilitas PER dibanding dengan faktor earnings Instability, di samping itu terdapat keterkaitan hubungan yang signifikan berdasar uji koefisien korelasi parsial antara PER dengan financial leverage pada periode observasi tahun 1992-1995. Dengan menganggap model hasil persamaan regresi yang dipilih mampu menjelaskan variabilitas PER, maka dapat diketahui faktor yang mendominasi pengaruh terhadap variabilitas PER berdasarkan nilai koefsien beta. Pada umumnya faktor deviden payout ratio merupakan faktor yang dominan dari tahun observasi 1993-1995, sedangkan dominasi pengaruh pada periode observasi tahun 1992 ada pada variabel financial leverage.

Bertolak dari hasil penelitian, maka dapat diketahui besamya PER rata-rata dengan anggapan bahwa faktor eksplanatori konstan (=0), yaitu 13,06 kali (1992-FL), 28,04 kali (1993-FL), 17,18 kali (1994-FL) dan 7,36 kali (1995-DevEG). Dengan keadaan ini himbauan Bapepam yang menetapkan batas PER tidak boleh melebihi 15 kali kiranya perlu ditinjau kembali.

Akhirnya, dengan menggunakan analisis PER dapat diketahui saham-saham yang kemahalan (overprice) dan yang kemurahan (underprice), dengan membandingkan PER aktual dan PER hasil regresi. Dengan mempertimbangkan frekuensi perdagangan saham, maka dapat diketahui saham-saham mana yang cocok untuk pemodal sejati maupun pemodal pedagang.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmat Bahagio
Abstrak :
ABSTRAK
Seperti investasi yang dilakukan pada jenis asset yang lain, tujuan dan investasi saham adalah untuk memperoleh keuntungan. Keuntungan yang diharapkan diperoleh dari investasi saham yaitu dalam bentak kenaikan harga saham yang sering disebut sebagai capital gain dan dalam bentuk pembayaran deviden yang diperoleh dari perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut. Dalam usahanya untuk memperoleh keuntungan dan investasi saham tersebut, seorang investor harus melakukan pemilihan pada saham-saham yang diperkirakan akan memberikan deviden dan capital gain yang besar selama periode investasi tertentu. Dalam proses pemilihan saham tersebut diperlukan adanya suatu alat yang dapat digunakan sebagai acuan dalam penilaian saham. Terdapat beberapa alat analisis yang dapat digunakan sebagal acuan dalam peniililian saham tersebut. Dalam karya tulis ini akan dilakukan pengujian terhadap penggunaan analisis Price Earning Ratio (FER) sebagai alat untuk melakukan pemilihan saham tersebut.

Strategi yang digunakan dalam investasi saham adalah dengan melakulcan pembelian pada saham-saham yang harga pasarnya lebih rendah dari harga wajar menurut persepsi investor. Saham-saham yang dikategorikan undervalued tersebut diperkirakan akan mengalami koreksi kenaikan harga dimasa mendatang sehingga dengan melakukan investasi pada saham-saham yang undervalued tersebut, diharapkan akan menghasilkan tingkat keuntungan (return) yang abnormal.

Model yang digunakan dalam analisis P/E ratio ini diderivasikan dan dividend discount model yang dinyatakan sebagai berikut:

P/Eratio = 1-b/ k-ROExb,

dimana:

b = Plow back ratio, yaitu besarnya bagian dan laba yang direinvestasikan untuk tambahan modal perusahaan

k = Tmgkat biaya modal (cost of equity), ROE = Besarnya prosentase laba yang dihasilkan terhadap modal perusahaan.

Berdasarkan model tersebut dilakukan analisa regresi dengan menggunakan data historis tahunan untuk saham-saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta pada tahun 1993 dan 1994. Analisa regresi dilakukan dengan menjadikan variabel PER sebagai variabel terikat dan variabel plowback ratio, tingkat biaya modal dan ROE sebagai vaniabel bebas. Hasil dan analisa regresi yang diperoleh menunjukkan hasil yang tidak seperti yang diharapkan yaitu terdapat adanya korelasi negatif yang kuat antara variabel PER dengan ROE, sedangkan untuk variabel-variabel yang lain menunjukkan korelasi yang lemah.

Dari hasil persamaan regresi tersebut, dilakukan penilaian saham yaitu menentukan dari saham-saham yang diniai apakah termasuk kategori undervalued, fair atau overvalued. Untuk memastikan keakuratan hasil penilaian saham tersebut, dilakukan pengujian atas besarnya return yang dihasilkan pada periode 1 tahun berikutnya dan masing-masing kelompok yaitu kelompok saham undervalued dan overvalued. Hasil pengujian menunjukkan bahwa penggunaan model tersebut dalani analisis P/E ratio yang digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan strategi investasi saham di Bursa Efek Jakarta ternyata kurang akurat, karena ternyata besarnya return dan kelompok saham overvalued tidak lebih rendah dan return yang dihasilkan oleh kelompok undervalued.

Sebagai perbandingan dalam analisis ini juga digunakan alat analisis lain yaitu rasio PER/ROE yang ternyata memberikan hasil yang lebih akurat sebagai acuan dalam pelaksanaan strategi investasi saham. Kegagalan model regresi tersebut kemungkinan disebabkan oleh ketidaktepatan model dalam menjelaskan hubungan antara variabel PER dengan ROE. Dalam model tersebut ditunjukkan bahwa hubungan antara dua variabel tersebut adalah negatif padahal yang seharusnya adalah bersifat positif.

Bertolak dali basil pengiijian tersebut, maka disarankan bahwa dalam melakukan analisis P/E ratio perlu dipertimbangkan hal-hal berikut agar basil yang diperoleh lebih akurat, yaitu:

- Agar suatu model dapat menggambarkan kondisi fundamental yang sifatnya spesifik dimiliki oleh penrusahaan secara individual, maka disarankan untak melakukan analisa regresi berdasarkan data time series secara individual daƱ masing-masing saham yang akan di observasi.

- Agar dapat dihasilkan suatu hasil regresi yang meimiliki nilai R2 yang lebih tinggi, disarankan untuk mempertimbangkan beberapa faktor faktor lain ke dalam model yang diperkirakan memiliki korelasi yang kuat terhadap besarnya nilai P/E ratio yaitu seperti: stabilitas (standar deviasi) dan earning yang diperoleh perusahaan, tingkat pertumbuhan dari earning selama beberapa tahun terakhir dan lain sebagainya.

- Perlu dilakukan penyesuaian terhadap besarnya current earning sebagai prediksi besarnya future earning, antara lain dengan mempertimbangkan tingkat persaingan usaha, prospek industrL kondisi ekonorni secara makro dimasa yang akan datang, siklus usaha untuk perusahaan yang bersifat musiman dan Iain lain. Dengan dilakukan penyesuaian, prediksi future earning diharapkan dapat meuggambarkan keadaan sebenarnya.

- Untuk menghindari kemungkinan kesalahan yang ditimbuikan dari penggunaan data harga saham per akhir tahun, sebaiknya digunakan data harga saham pada tanggal setelah diumumkannya laporan keuangan perusahaan emiten.
Depok: 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Basuki
Abstrak :
Tesis ini disusun untuk meneliti pengaruh beberapa faktor fundamental terhadap Price Earning Ratio pada industri properti di Bursa Efek Jakarta. Terdapat beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini. Pertama, untuk meneliti pengaruh Debt to Equity Ratio (DER), Return on Equity (ROE), dan pertumbuhan earning Per-Share (g.EPS) terhadap nilai Price Earning Ratio (PER) dalam industri properti. Kedua, untuk meneliti pengaruh faktor fundamental yang paling dominan terhadap Price Earning Ratio (PER) dalarn industri properti. Metode yang digunakan untuk melakukan pengujian hipotesis-hipotesis yang terdapat di dalam tesis ini adalah Metode regresi berganda dengan SPSS 12.0. Hipotesis yang akan diuji adalah apakah DER, ROE, dan pertumbuhan EPS mempunyai pengaruh terhadap PER. Penelitian ini menghasilkan beberapa hal. Pertama, Debt to Equity Ratio merupakan faktor fundamental yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap nilai PER. Kedua, Return on Equity (ROE) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap PER. Ketiga, Pertumbuhan EPS tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap PER.
This thesis is made arrangements for to check influence some fundamental factor to Price Earning Ratio at industry of property in Jakarta Stock Exchange (JSX). There are some target of which will reach in this research. First, to check influence of Debt Equity Ratio (DER), Return on Equity (ROE), and growth of Earning Per-Share (g.EPS) to value of Price Earning Ratio ( PER) in industry of property. Second, to check influence of basal factor which most dominant to Price Earning Ratio ( PER) in industry of property. Method used to examination of hypothesiss which there are in this thesis is Method of regression doubled with SPSS 12.0. Hypothesis to test what is DER, ROE, and growth of EPS have influence to PER. This research yield several things. First, Debt To Equity Ratio represent fundamental factor which have influence most dominant to value PER. Second, Return on Equity ( ROE) do not have influence which signifikan to PER . Third, Growth of EPS do not have influence which signifikan to PER.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T20365
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Artati
Abstrak :
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari struktur modal yang diproksikan kepada leverage terhadap Cumulated Annual Abnormal Returns CAAR , dengan variabel kontrol berupa rasio price earning, rasio market to book, risiko risk , dan ukuran perusahaan size . Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 115 perusahaan non keuangan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia dengan periode penelitian yaitu tahun 2012 sampai dengan tahun 2016. Metode penelitian yang digunakan adalah regresi data panel. Berdasarkan hasil olah data yang telah dilakukan pada masing-masing variabel, dapat disimpulkan bahwa variabel leverage dan variabel risk memiliki pengaruh negatif terhadap CAAR, sedangkan variabel rasio price earning, variabel rasio market to book, dan variabel size memiliki pengaruh positif terhadap CAAR.
ABSTRACT This research is aimed to determine the effect of capital structure proxied with leverage to Cumulated Annual Abnormal Returns CAAR , and adding some control variables such as price earning ratio, market ratio to book, risk, and firm size. This study uses a sample of 115 non financial companies listed on the Indonesia Stock Exchange with the study period of 2012 until 2016. The research method used is panel data regression. Based on the results of panel data regression model test on each variable, it can be concluded that leverage and risk have a negative effect on CAAR, while price earning ratio, market to book ratio, size have a positive effect on CAAR.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Permata Adha
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini menguji pengaruh karakteristik fundamental perusahaan terhadap return saham individual maupun return portofolio pada perusahaan-perusahaan di Indonesia. Sampel yang digunakan adalah perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia sejak periode tahun 2010 sampai 2016. Berdasarkan hasil model regresi, terdapat pengaruh antara size, market-to-book, price-to-earning, price-to-sales, dan leverage sebagai karakteristik fundamental perusahaan terhadap return saham individual dan return portofolio. Tidak ditemukan size effect di Indonesia dan market-to-book merupakan faktor yang memiliki pengaruh terkuat dibandingkan dengan variabel lainnya dalam penelitian ini.
ABSTRACT
This study examines the effect of firm fundamental characteristics on individual stock return and portfolio return in Indonesia. The sample used on this study is all of the companies listed on Indonesia Stock Exchange during 2010 until 2016. Based on the results of the regression model, individual stock return and portfolio return found to be determined by size, market to book, price to earning, price to sales and leverage. There is no size effect in Indonesia and market to book seems to be the strongest relation with stocks returns when compared to other variables examined.
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Sri Dutima
Abstrak :
Penelitian ini menggunakan pooled ordinary least square dengan menggunakan fixed effect model untuk menganalisis hubungan antara sentimen investor terhadap price earning ratio selama periode penelitian. Sampel penelitian adalah perusahaan non-keuangan yang membagikan dividen setiap tahun. Penelitian dilakukan pada 21 perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2008 s.d 2017. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum sentimen investor memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap price earning ratio. ......This study uses pooled ordinary least square using fixed effect model to analyze the relationship between investor sentiment with price earning ratio during the study period. The research sample is a non financial company that distributes dividends every year. The study was conducted on 21 non financial companies listed on the Indonesia Stock Exchange during the period of 2008 until 2017. The results showed that investor sentiment in general does not significantly affect the price earning ratio.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Susanti Toha
Abstrak :
Salah satu analisis fundamental yang sering digunakan untuk menilai harga saham adalah analisis PER. PER dapat dihitung dengan membagi harga saham pada suatu saat dengan laba perlembar saham (earning per share IEPS) suatu periode tertentu. PER mencerminkan seberapa besar investor bersedia membayar harga suatu saham dibandingkan dengan labanya. Analisis ini sering digunakan karena kesederhanaannya yaitu mudah menghitungnya karena informasi mengenai harga dan laba mudah diperoleh. variabel deviden payout ratio, return on equity dan risiko perusahaan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi PER, dimana variabel risiko perusahaaan diwakili oleh standard deviasi tingkat pertumbuhan EPS, standard deviasi return dan beta, penulis ingin mengetahui pengaruh variabel-variabel tersebut terhadap PER. Untuk proxy resiko akan dilihat variabel manakah dari ketiga proxi resiko tersebut yang lebih mewakili faktor risiko di Bursa Efek Jakarta. Disamping itu juga penulis mencoba untuk menilai kewajaran harga saham perusahaan-perusahaan go publik di BEJ berdasarkan analisis PER dan ingin mengetahui apakah saham-saham yang dinyatakan undervalued berdasarkan analisis PER dapat memberikan return yang lebih tinggi daripada saham-saham yang dinyatakan overvalued. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi linear berganda berdasarkan Dividend Discount Model. Periode observasi dimulai tahun 1994 sampai dengan tahun 1996 dengan mengambil sampel perusahaan go publik yang telah terdaftar di BEJ dan memenuhi beberapa kriteria yang telah ditetapkan. Perusahaan akan dimasukkan sebagai sampel jika : perusahaan membagikan deviden selama periode pengamatan, laba dan ROE perusahaan tidak negatif selama periode pengamatan dan perusahaan tidak mengeluarkan ekuiti baru. Kriteria yang terakhir adalah bahwa saham perusahaan minimal telah tercatat di BEJ selama 4 tahun sebelum periode pengamatan. Berdasarkan analisis hasil penelitian diperoleh bahwa rata-rata PER tahun 1994 - 1996 adalah 11.85 - 12 kali, dengan standard deviasi 6.55 - 6.72. Secara keseluruhan dari tahun 1994 - 1996 korelasi antara PER dan ROE tidak sesuai dengan ekspektasi. Bahkan korelasi keduanya adalah negatif dan signifikan, yang berarti berlawanan dengan yang diharapkan. Sedangkan korelasi PER dengan variabel babas lainnya tidak signifikan. Hasil pooling regression menunjukkan bahwa ROE dan risiko yang diwakili oleh standard deviasi return adalah signifikan dan berpengaruh negatif terhadap PER dengan kesalahan duga (a) 5%, sedangkan beta adalah signifikan dan berpengaruh positif terhadap PER dengan kesalahan duga 10%. Hasil regresi juga menunjukkan bahwa rata-rata PER pada tahun 1995 adalah signifikan dan lebih rendah dari rata-rata PER pada tahun 1994. Sedangkan rata-rata PER pada tahun 1996 adalah lebih tinggi dari rata-rata PER tahun 1994, namun perbedaannya tidak signifikan. Secara keseluruhan untuk ketiga tahun pengamatan F-statistik menunjukkan hasil yang signifikan. Sedangkan Adjusted R Square untuk ketiga model dalam tahun pengamatan 1994, 1995 dan 1996 mampu menjelaskan variabilitas PER 9.25% - 18.3% oleh pengaruh-pengaruh variabel bebasnya. Keadaan ini mengindikasikan bahwa lebih dari 81.7% - 90.75% variabilitas PER dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar variabel-variabel tersebut. Regresi pertahun (annual regression) yang dilakukan juga memberikan hasil yang tidak jauh berbeda dari hasil pooling regression. Untuk menilai kewajaran harga saham penulis menggunakan dua pendekatan. Metode pertama adalah dengan membandingkan besamya rasio PER/ROE. Metode kedua membandingkan PER aktual dengan PER prediksi yang diperoleh dari hasil regresi. Untuk pengamatan 1994, hasil uji t-statistik menunjukkan bahwa rata-rata return kelompok saham yang dinyatakan undervalue adalah tidak lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok saham yang dinyatakan overvalue. Hal ini tidak sesuai dengan ekspektasi semula dimana diharapkan saham yang dinyatakan dalam kelompok undervalue akan memberikan rata-rata return yang lebih tinggi dari saham yang dinyatakan overvalu. Namun pengamatan 1995 pada kedua metode yang digunakan menunjukkan bahwa rata-rata return kelompok saham yang dinyatakan undervalue adalah lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelompok saham yang dinyatakan overvalue. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kedua metode yang digunakan tidak memberikan hasil yang konsisten dan tahun ke tahun. Ternyata kelompok saham yang dinyatakan undervalue tidak selalu memberikan return lebih tinggi dari kelompok saham yang dinyatakan overvalue. Ketidak konsistenan tersebut nampaknya dikarenakan investor di BET melakukan investasi dalam saham tidak hanya melihat faktor-faktor fundamental saja, tetapi juga dipengaruhi oleh faktorfaktor nonfundamental seperti rumor-rumor yang beredar di pasar modal, kondisi politik dan lain-lain. Disamping itu juga mungkin dikarenakan adanya factor-faktor lain yang mempengaruhi harga saham di BET yang tidak dimasukkan dalam model yang digunakan dalam analisis ini. Sehingga harga saham tidak hanya mencerminkan variabel-variabel yang termasuk dalam model saja.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Feber Suhendra
Abstrak :
Penelitian ini akan melakukan analisis pengaruh perbedaan kebijakan. makro yang terdiri atas kebijakan moneter, inflasi dan pertumbuhan ekonomi dengan aspek-aspek fundamental antara lain Deviden Payout (DPO), Debt to Equity Ratio (DER) dan Deviden Per Share (DPS) pada Price Earning Ratio (PER). Periode Penelitian yang digunakan adalah 1993 - 1996 sebagai periode sebelum krisis sedangkan 1998 - 200i sebagai periode selama krisis. Sampel yang digunakan adalah perusahaan manufaktur sebesar 88 emiten, Pada tahap awal pengujian dilakukan secara regresi dengan metode cross section untuk setiap tahun pengamatan, selanjutnya untuk melihat konsistensi nilai variabel tersebut dilakukan pengujian secara pooled section dengan metode data panel untuk periode sebelum dan selama krisis. Sebelum melakukan pengujian diatas terlebih dahulu melakukan pengujian casewisediagnostic, multikolinearitas, while heteroskedastis dan autokorelasi. Untuk menguji pengaruh perbedaan efek kebijakan makro menggunakan uji Mann-Whitney U dan regresi linear secara dummy variabel. Adapun asumsi dummy yang diajukan Kebijakan Moneter (KM) sama dengan 1 jika Bank Indonesia menurunkan tingkat diskon mulai sebelum awal tahun hingga sesudah akhir tahun pendapatan. KM sama dengan 0 jika BI menaikkan tingkat diskon mulai sebelum awal tahun hingga sesudah akhir tahun pendapatan; Inflasi tinggi sama dengan 1 jika tingkat inflasi dalam satu tahun lebih dari 10 %, dan rendah jika kurang dari 10 %; Pertuinbuhan ekonomi yang meningkat diberi kode 1 dan menurun sama dengan 0. Pada pengujian regresi yang konsisten signifikan mempengaruhi PER adalah DPO, sedangkan DER tidak signifikan pada tahun 1995, 1999, 2000 dan 2001 karena adanya pengaruh stock split. Pengujian secara pooled section baik sebelum maupun selama krisis menghasilkan DPO, DER, dan LnDPS secara bersama-sama signifikan berpengaruh terhadap PER. Hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh DPO dan DER terhadap PER adalah positif, sebaliknya pengaruh DPS terhadap PER adalah negatif. Pada pengujian Mann Whitney U, variabel PER secara konsisten selalu signifikan. Untuk pengujian regresi secara dummy variabel diperoleh apabila bank sentral menurunkan tingkat suku bunga pada periode sebelum dan selama krisis maka diperkirakan PER akan bertambah; dan apabila terjadi efek inflasi yang tinggi periode sebelum dan selama krisis maka diperkirakan PER akan turun; serta apabila terjadi efek pertumbuhan ekonomi yang meningkat pada periode sebelum dan selama krisis maka diperkirakan PER akan meningkat.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T18812
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Akbar
Abstrak :
Investasi dalam saham dinilai mempunyai risiko lebih besar dibanding investasi bentuk lain seperti obligasi, tabungan dan deposito. Hal ini disebabkan return yang diharapkan dari saham tidak pasti, di mana return saham diperoleh dari dividen dan capital gain. Kesanggupan perusahaan untuk membayar dividen ditentukan oleh kemampuan perusahaan menghasilkan laba sedangkan capital gain ditentukan oleh fluktuasi harga saham (perbedaan harga beli dan harga jual). Price earning ratio adalah model valuasi yang sering digunakan para analis untuk menentukan harga saham. Perbandingan antara harga saham dan earning per share yang ditunjukkan dengan price earning ratio adalah pertumbuhan dividen yang berarti laba. Semakin tinggi pertumbuhan dividen maka semakin tinggi price earning ratio (Husnan 1996, h. 279-280). Penelitian ini mencoba melihat berbagai faktor fundamental yang mempengaruhi price earning ratio perusahaan. Faktor-faktor tersebut diwakili oleh price hook value, dividend pay out, leverage ratio, operating profit margin, return on equity, return on asset dan current ratio. Perusahaan yang dijadikan sample adalah perusahaan yang konsisten di sektor Jakarta Islamic Index, Bursa Efek Jakarta tahun 2004. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor tersebut secara bersama-sama berpengaruh terhadap tingkat price earning ratio dan variabel price book value mempunyai pengaruh yang paling dominan. Dengan demikian keputusan untuk melakukan investasi dalam saham perusahaan dengan berpedoman pada price earning ratio hendaknya juga memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi price earning ratio.
Stock investment is predicted has bigger risk than investment in other form such as saving account, saving bond, and bank deposit, because we can not certainly expected the return of the stock which gained from dividend and capital gain. The capability of a company to pay dividend is determined by provitoutcome of company itself, while capital gain is determined by fluctuation of stockrate (differentiation of buying and selling price). Price earning ratio is valuation model which is often used by the analyst to determine of stock price. The comparison between the stockrate and earning per share which is showed by Price Earning Ratio, is the growth of dividend - means profit. The higher the growth it gains, the higher price earning ratio too (Husnaa - 19%, h 279 - 280). Through this research I try to see various fundamentally factors that influence Price Earning Ratio of a company. The factors are price book value, dividend pay out, return on asset, return on equity, current ratio, leverage ratio don operating profit margin. As the sample of this research is the company who consist in Jakarta Islamic Index sector, at Jakarta Stock Exchange period 2004. According to the result of this research showed that the factors in the same times influenced to once earning ratio, meanwhile variable price hook value has bigger influence. It means that the decision of doing investment in stock company which is based on price earning ratio, it will be better to pay attention the factors that influence of price earning ratio.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15215
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>