Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shita Dewi Ratih Permatasari
"Kumpulan sajak Priangan Si Jelita merupakan sajak-sajak yang indah dan
melalui pembacaan sepintas lalu sajak-sajak tersebut tampak gamblang Timbul
pertanyaan apakah dibalik keindahan dan kegamblangan sajak-sajak tersebut
menyimpan makna yang belum terungkap. Dalam tesis ini, dipilih sembilan dari
dua puluh satu sajak yang terdapat dalam kumpulan Priangan Si Jeiita. lvlelalui
analisis struktural terbukti bahwa Tema kesedihan dan kepahitan mewarnai
kesembilan sajak yang terhimpun dalam Priangan Si Jelita.
Selain itu hasil analisis membuktikan pula bahwa judul kumpulan sajak,
Priangan Si Jeiita yang sepintas Ialu menyiratkan keindahan atau kegembiraan
ternyata gambaran kesedihan mendominasi sajak-sajak di dalamnya. Begitu pula
hasil analisis ketiga subjudul yaitu "Tanah Kelahiran? _ "Dendang Sayang", dan
?Pembakaran" memberi gambaran yang kontradiktif yaitu kegembiraan dan
kesedihan Dengan kata lain ketiga subjudul tersebut tidak mewakili isi sajati.

Abstract
Priangan Si Jelita is a collection of beautiful poems. Reading the poems at
glance the present writer finds out that the language used by the poet is straight
forward and simple. The simpleness of its language makes the present writer
curious to uncover the deeper meaning of the poems. ln this thesis, the present
writer picks out nine of the twenty one poems in the collection. After analysing
the poems, the present writer concludes that the theme of the nine poems in
Priangan Si Jeliia is about the sadness and bitterness of life.
The analysis also proves that the title of Priangan Si Jeiita, which has the
meaning of beauty and happiness of life, is not reflected in the poems.
Nleanwhile, the subtitles of "Tanah KeIahiran?, "Dendang Sayang", and
?Pembakaran? give us contradictory meanings of sadness and happiness. ln the
other words, the subtitles of the poems do not represent the content of each
poem."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2001
T5973
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Maulinda
"ABSTRAK
Sejarah Priangan banyak menyebut tokoh-tokoh dan angka-angka tahun serta peristiwa sejarah. Oleh sebab itu penelitian ini ingin melihat nilai historis yang ada di dalamnya. Di samping itu penelitian ini juga dimaksudkan untuk menyuguhkan karya yang tersimpan ini kepada masyarat yaitu dengan membuat transliterasi agar mudah dibaca oleh masyarakat.
Sesuai dengan tujuan di atas, penelitian ini mempergunakan dua metode. Untuk transliterasi naskah dipergunakan edisi biasa, dan untuk melihat nilai historisnya dipergunakan metode deskriptif komparatif. Yang dimaksud dengan metode deskriptif komparatif yaitu memberikan gambaran mengenai isi naskah disertai perbandingan isi naskah dengan sumber-sumber lain di luar naskah.
Setelah melakukan perbandingan antara isi teks Sejarah Priangan dengan sumber-sumber lain di luar naskah, seperti buku-buku dan arsip, maka terlihat bahwa sebagian besar peristiwa yang terdapat pada teks ditemukan kembali dalam catatan-catatan sejarah. Oleh sebab itu sesuai dengan pendapat Djajadiningrat (1983:50) Dahwa sebuah karya sastra sejarah mempunyai nilai historis yang tinggi sebagai sastra sejarah jika di dalamnya banyak ditemukan peristiwa sejarah, maka, menurut hemat saya, naskah Sejarah Priangan ini dapat digolongkan sebagai suatu karya sastra sejarah yang mempunyai nilai historis yang tinggi. Saya yakin bahwa pendapat tersebut masih memerlukan penelitian yang lebih mendalam lagi.

"
1995
S11334
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramadhan Karta Hadimadja, 1927-2006
Magelang: Indonesia Tera, 2003
899.223 2 RAM p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Maitsa Hanifa Setyadi
"Penelitian ini akan melihat awal mula penanaman kina secara spesifik di Priangan beserta perkembangannya. Penjelasan akan dimulai dari awal penanaman kina di Priangan pada 1854 hingga adanya pembatasan produksi karena Perjanjian Kina tahun 1913. Penelitian mengenai budidaya kina di Hindia Belanda sudah pernah dilakukan. Seperti pada Belenggu Ilmuwan dan Pengetahuan oleh Andrew Goss dan Science and Scientist in The Netherlands Indie oleh Van Gorkom. Tulisan-tulisan tersebut hanya membahas budidaya kina di Hindia Belanda secara umum. Proses penelitian dimulai dengan pencarian sumber atau heuristik. Sumber primer berupa arsip untuk penelitian ini didapatkan dari Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI). Sedangkan sumber gambar berupa foto didapatkan dari Leiden University Libraries Digital Collections dan koleksi digital Nationaal Museum van Wereldculturen (NMVW). Adapun sumber-sumber sekunder diperoleh dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI), serta laman jurnal daring seperti JSTOR dan Science Direct. Proses penelitian dilanjutan dengan kritik internal dan eksternal. Selanjutnya dilakukan interpretasi dan historiografi atau penulisan sejarah. Hasil penelitian memperlihatkan keberhasilan budidaya kina di Priangan dan menjadikan Hindia Belanda sebagai produsen kina terbesar di dunia.

This study will look at the beginning of the cultivation of quinine specifically in Priangan and its development. The explanation will start from the beginning of the cultivation of quinine in Priangan in 1854 until there were production restrictions due to the Quinine Agreement in 1913. Research on quinine cultivation in the Dutch East Indies had already been carried out. Such as The Floracrats by Andrew Goss and Science and Scientist in The Netherlands Indie by Van Gorkom. These writings only discuss the cultivation of quinine in the Dutch East Indies in general. The research process begins with the search for sources or heuristics. The primary source in the form of archives for this research was obtained from the National Archives of the Republic of Indonesia (ANRI). While the source of the image in the form of photos is obtained from Leiden University Libraries Digital Collections and the digital collection of the National Museum van Wereldculturen (NMVW). The secondary sources were obtained from the National Library of the Republic of Indonesia (PNRI), as well as online journal pages such as JSTOR and Science Direct. The research process is continued with internal and external criticism. Furthermore, interpretation and historiography or historical writing are carried out. The results showed the success of quinine cultivation in Priangan and made the Dutch East Indies the largest quinine producer in the world."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Paliwal, Chandra Dutt
"Priangan Si Djelita dibagi dalam 3 bagian:1. Tanah kelahiran 2. Dendang sajang 3. Pembakaran. Ini dengan sadar dilakukan Ramadhan karena dalam periode ini ia diliputi perasaan kagum atas keindahan alam (I) dan kehidupan di tanah Priangan, tapi lama diganggu oleh ketidak amanan, terutama didesa (II) sehingga dia mendapatkan bagian Pembakaran sebagai protes untuk djalan keluar..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1968
S10822
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tanda Rizky Gani
"Skripsi ini membahas tentang dampak dari beroperasinya jalur kereta api dan dampaknya terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat di Priangan (1921-1930). Karya penelitian ini berbeda dengan karya sebelumnya yang hanya membahas pembangunan jalur kereta api Banjar-Cijulang. Sementara itu, karya penelitian ini lebih memfokuskan kepada dampak dari beroperasinya jalur kereta api Banjar-Cijulang terhadap sosial ekonomi masyarakat di Priangan. Dari hasil penelitian ini dapat menjelaskan bahwa beroperasinya kereta api berdampak langsung terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat di Priangan. Hal tersebut tidak dapat dilepaskan dari masyarakat yang kemudian mulai terbiasa menggunakan moda transportasi kereta api. Setelah jalur kereta api Banjar-Cijulang selesai dibangun dan mulai beroperasi, daerah yang sebelumnya terisolasi di sekitar Timur dan Tenggara Priangan dapat terhubung dengan daerah-daerah lainnya di pulau Jawa. Pada penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian sejarah. Skripsi ini menggunakan data yang didapatkan oleh penulis melalui studi literatur berupa arsip, koleksi terjilid, buku, karya yang belum diterbitkan, koran, gambar, dan peta.

This thesis discusses the impact of the railway and its impact on the socio-economic life of the people in Priangan (1921-1930). This research is different from the previous which only discussed the construction of the Banjar-Cijulang railway line. Meanwhile, this research focuses more on the operation of the Banjar-Cijulang railroad on the socio-economic community in Priangan. From the results of this study can be discussed that the operation of the railroad has a direct impact on the socio-economic life of the people in Priangan. This can not be separated from the people who then start using railroad transportation modes. After the Banjar-Cijulang railroad was built, East and Southeast Priangan can connect with other regions on the island of Java. In the discussion of this thesis, the author uses historical research methods. This thesis uses data obtained by the author through literature studies consisting of archives, bound collections, books, unpublished research works, newspapers, images, and maps."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia,
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Wahyuning Mudaryanti Soedarsono
"Skripsi yang bertopik PRIANGAN SHU ini disusun berdasarkan data-data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan dan wawancara terhadap tokoh-tokoh sejaman yang dipandang mengetahui permasalahan yang dibahas dalam skripsi PRIANGAN SHU adalah aparat pemerintahan daerah yang wewenang dan kekuasaannya meliputi daerah Priangan, Jawa Barat. PRIANGAN SHU dibentuk dalam sistim pemerintahan militer Jepang di Jawa-Madura yang dikuasai oleh tentara Angkatan Darat ke-XVI, yang bermarkas besar di Jakarta.
Ditinjau dari segi hadirnya suatu organisasi pemerintahan daerah, maka pembentukan PRIANGAN SHU dapat dikatakn berhasil. Tetapi bila ditinjau lebih lanjut lagi sebetulnya PRIANGAN SHU telah gagal menanamkan pan_dangan yang berorientasi kepada Jepang serta tidak berhasil memobilisasi semua potensi setempat, yang diarahkan bagi terciptanya ambisi Jepang untuk membentuk suatu imperium di Asia. Masyarakat PRIANGAN SHU pada akhirnya menyadari bahwa ambisi Jepang tersebut tidak lain adalah merupakan satu bentuk penjajahan versi Jepang. Sejalan dengan kesadaran mereka maka cita-cita kemerdekaan yang telah ada sebelum masa pendudukan Jepang kini."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1979
S12562
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kevina Graciela Dris
"Kopi Priangan pernah mencapai puncak pada abad 17-18. Pada abad ke-19 komoditas kopi mengalami penurunan karena beberapa faktor, tetapi salah satu yang paling besar adalah serangan dari hama hemileia vasatrix
pada beberapa tanaman kopi arabika sehingga melumpuhkan varietas kopi arabika di Jawa. Kota Bandung memiliki perkembangan yang pesat terlihat dari infrastruktur dan pengaruh dari Eropa yang cukup pesat. Hal ini dinilai mendukung usaha kopi yang mulai bermunculan di kota Bandung sehingga melahirkan sebuah pertanyaan penelitian apa dampak perkembangan kota Bandung terhadap kemunculan usaha kopi pada awal abad ke-20. Penelitian ini menggunakan metode sejarah dari Kuntowijoyo. Perkembangan kota Bandung yang pesat
dalam hal ini seperti pembangunan stasiun, munculnya Pasar Baru, dan terpaparnya kota Bandung dengan gaya hidup Eropa mendukung usaha kopi terbentuk dalam bentuk pabrik dan kedai kopi.

Priangan coffee had become the top commodities in the 17-18 centuries. In the 19th century the coffee commodity decreased due to several factors, but one of the biggest was the attack from the hemileia vastatrix pest on some arabica coffee plants, triggered the Arabica coffee commodity decreased at that time. The city of Bandung has had a fast development, seen from the infrastructure and influence from Europe which is quite fast. This is considered to support the coffee business that began to emerge in the city of Bandung, giving rise to a research
question about the impact of the development of the city of Bandung on the emergence of coffee business in the early 20th century. This study uses the historical method from Kuntowijoyo. The rapid development of the city
of Bandung in this regard, such as the construction of stations, the emergence of Pasar Baru, and the emeregence of coffee factory and coffee shop.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriani
"Sepanjang abad ke-19, seluruh wilayah Keresidenan Priangan merupakan kawasan terlarang (Verboden Kringen) bagi perdagangan opium. Segala bentuk kegiatan yang berhubungan dengan opium, seperti menjual, memiliki, mengimpor dan mendistribusikan opium, diklasifikasikan sebagai kegiatan ilegal. Hal ini justru memicu sejumlah kasus penyelundupan opium. Atas dasar pertimbangan untuk memerangi kasus penyelundupan opium dan atas dasar pertimbangan untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan konsumsi opium secara bertahap, serta meningkatkan pendapatan, memasuki awal abad ke-20 Pemerintah Kolonial mengubah kebijakan pelarangan perdagangan opium dengan menghapuskan perdagangan opium. perdagangan opium. status kawasan terlarang (Verboden Kringen) di wilayah Karesidenan Priangan. dan memperkenalkan kebijakan Opiumregie di wilayah tersebut. Dengan adanya perubahan kebijakan perdagangan candu tersebut, candu resmi menjadi komoditas perdagangan yang legal di wilayah Karesidenan Priangan dan telah memberikan sejumlah dampak baik bagi Pemerintah Kolonial maupun masyarakat khususnya di Kota Bandung dalam berbagai aspek.

Throughout the 19th century, the entire territory of the Priangan Residency was a forbidden area (Verboden Kringen) for the opium trade. All forms of opium-related activities, such as selling, possessing, importing and distributing opium, are classified as illegal activities. This has actually triggered a number of cases of opium smuggling. On the basis of considerations to combat opium smuggling cases and on the basis of considerations to reduce or even eliminate opium consumption gradually, as well as increase income, entering the early 20th century the Colonial Government changed the policy of prohibiting the opium trade by abolishing the opium trade. opium trade. the status of a prohibited area (Verboden Kringen) in the Priangan Residency area. and introduce Opiumregie policy in the region. With the change in the opium trade policy, opium has officially become a legal trading commodity in the Priangan Residency area and has had a number of impacts both for the Colonial Government and the community, especially in the City of Bandung in various aspects."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fiqrulloh Fajrin
"Priangan Tengah (Bandung Raya) merupakan salah satu arena ideal di Hindia Belanda untuk mempelajari perubahan sosial, khususnya pada paruh kedua abad ke-19 sampai awal abad ke-20. Nama Karel Albert Rudolf (Ru) Bosscha (1865–1928), atau sang “Raja Teh Priangan”, barangkali tidak asing lagi bagi masyarakat Priangan bersanding bersama perusahaan perkebunan miliknya di kaki Gunung Malabar yang mengalami kesuksesan besar selama bertahun-tahun lamanya. Penelitian ini berupaya memusatkan analisisnya pada individu, dalam hal ini Ru Bosscha, seraya menghubungkannya pada struktur sosial lebih besar yang mengikatnya demi menjelaskan strategi praktik sosial dan kuasa yang ia gunakan kala itu. Proses penelitian dilakukan melalui metode kualitatif dengan landasan teori praktik milik Pierre Bourdieu. Survei arkeologis menemukan sisa-sisa tinggalan materi berasal dari kehidupan yang dijalani oleh Ru Bosscha, dan ketika dihubungkan beserta data-data sejarah yang berkaitan dengan dirinya, semua itu memperlihatkan legitimasi dari posisi sosial tinggi Ru Bosscha sebagai pengusaha perkebunan sekaligus konglomerat di wilayah Priangan.

Central Priangan (Bandung Raya) is considered one of the ideal arenas in the Dutch East Indies to examine social changes, particularly during the second half of the 19th century until the early 20th century. Karel Albert Rudolf (Ru) Bosscha (1865–1928), the "Tea King of Priangan," is likely well-known among the people of Priangan as he owned highly successful private plantation companies at the foot of Mount Malabar for numerous years. This research aims to focus its analysis on the individual, specifically Ru Bosscha, while also connecting it to the broader social structure that bound him, in order to explain the strategies of social practice and power he utilized during that period. The research process uses a qualitative method based on Pierre Bourdieu's practice theory. Archaeological surveys have revealed material remnants derived from Ru Bosscha's life in Central Priangan, and when correlated with historical data related to him, these findings demonstrate the legitimacy of his elevated social position as both a plantation entrepreneur and a conglomerate in the Priangan region."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>