Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 67 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Herda Adryani Lidya
"Skripsi ini membahas prevalensi dan determinan hipertensi di propinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2007. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Riset Kesehatan Dasar 2007. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan disain studi cross sectional. Hasil penelitian menemukan prevalensi hipertensi di Prop. Babel tahun 2007 sebesar 39,6%. Terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan hipertensi (p=0,000; OR=3,749, 95% CI: 2,345 - 5,996); pekerjaan dengan hipertensi (p=0,020; OR=0,591, 95% CI: 0,386 -0,905); kegemukan dengan hipertensi (p=0,000; OR=2,516, 95% CI: 1,594 -3,973); dan diet (pola makan) buah - buahan segar dengan hipertensi (p=0,033; OR=0,618; 95% CI: 0,405 -0,943). Tidak terdapat hubungan yang bermakna pada variabel jenis kelamin, perilaku merokok, aktivitas fisik, diet (pola makan), dan konsumsi alkohol. Prevalensi hipertensi di Prop. Babel dikategorikan tinggi (39,6%). Instansi - instansi kesehatan di Prop. Babel perlu melakukan promosi kesehatan mengenai hipertensi guna meningkatkan awareness masyarakat terhadap hipertensi. Masyarakat perlu memeriksakan tekanan darahnya dan memperhatikan pola makan, aktivitas fisik, berat badan, dan mengubah perilaku merokok untuk melindungi dirinya dari resiko menderita hipertensi.

This thesis discussed about prevalency and determinant of hypertension in Province of Bangka Belitung Archipelago year 2007. The data was secondary data (Riset Kesehatan Dasr 2007). This research was a quantitative research with study design cross sectional. The result of this research found that hypertension prevalency in Prov. Bangka Belitung year 2007 is 39,6%. There were significant relationship between age and hypertension (p=0,000; OR=3,749, 95% CI: 2,345 - 5,996); job and hypertension (p=0,020; OR=0,591, 95% CI: 0,386 -0,905); overweight and hypertension (p=0,000; OR=2,516, 95% CI: 1,594 - 3,973); and diet pattern of fresh fruits and hypertension (p=0,033; OR=0,618; 95% CI: 0,405 - 0,943). There were no significant relationship between gender, smoking behavior, physical activities, diet pattern, and alcohol consumption with hypertension. The prevalency of hypertension in Prov. Bangka Belitung is categorized as high (39,6%). Health institutions in Prov. Bangka Belitung should do health promotion about hypertension to improve community awareness of hypertension. The community need to check their blood pressure, aware about their diet pattern, physical activities and weight, and also change their smoking habit to protect themselves from the risk of hypertension."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hirzi Salsabil Zulkarnain
"Prevalensi skabies di Indonesia tinggi terutama di tempat padat penduduk seperti pesantren. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui prevalensi skabies dan hubungannya dengan karakteristik santri di Pondok Pesantren X, Jakarta Timur. Penelitian cross-sectional ini dilakukan di pesantren X, Jakarta Timur pada tanggal 10 Juni 2012. Kuesioner dibagikan untuk mengidentifikasi perilaku subjek, diikuti dengan anamnesis dan pemeriksaan dermatologi untuk menegakkan diagnosis. Subjek adalah semua santri madrasah aliyah dan madrasah tsanawiyah yang hadir pada waktu pengambilan data. Data dianalisis dengan chi-square test.
Hasil menunjukkan bahwa prevalensi skabies di Pesantren X adalah 50%. Ada perbedaan signifikan antara prevalensi skabies dan tingkat pendidikan para santri namun tidak ada perbedaan signifikan dengan jenis kelamin dan perilaku. Lesi kebanyakan ditemukan di daerah sela-sela jari tangan, abdomen, kaki, bokong, dan daerah genital. Area yang paling sering terkena lesi skabies adalah daerah sela-sela jari tangan. Kesimpulannya, ada hubungan antara prevalensi skabies dan tingkat pendidikan, namun tidak dengan tingkat pendidikan dan jenis kelamin. Juga bisa disimpulkan bahwa lesi paling banyak menetap di sela-sela jari tangan.

Prevalence of scabies in Indonesia is very high, especially in crowded places such as Islamic boarding schools. The purpose of this research is to study the prevalence of scabies and its association with the characteristics of students in Pesantren X, Jakarta Timur. This cross-sectional study was conducted in pesantren X, Jakarta Timur on June 10th, 2012. Diagnosis was performed by anamnesis and dermatological examination, followed by handing out questionnaires to identify subjects? behavior. Research subjects including all madrasah tsanawiyah and madrasah aliyah patients who were present at the time of study. Data was analyzed using chi-square test.
The results show that the prevalence of scabies in Pesantren X is 50%. There is a significant difference between the prevalence of scabies and educational level of the santri but not with gender and behavior. Most lesions are found in interdigital space of the hand, abdomen, leg, buttocks, and genital area. Interdigital space of the hand is the most frequent location infested with scabies lesion. In conclusion, there is an association between the prevalence of scabies with the educational level of the subjects, but not with other characteristics such as gender and behavior. It is also found that interdigital space is the most frequent area in which scabies lesion can occur.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gracia Jovita Kartiko
"Latar Belakang: Filariasis limfatik merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh cacing nematoda dan ditularkan melalui gigitan nyamuk. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan proporsi filariasis berdasarkan status IgG4 antifilaria antara dua daerah endemis dan mengukur distribusi faktor risiko yang berhubungan signifikan dengan kejadian filariasis pada kedua daerah tersebut.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan desain studi cross-sectional. Analisis dilakukan terhadap proporsi filariasis berdasarkan status IgG4 antifilaria dan distribusi faktor risiko filariasis pada kedua daerah. Analisis menggunakan uji proporsi kelompok tidak berpasangan Chi-Square.
Hasil: Prevalensi filariasis berdasarkan status IgG4 antifilaria pada penduduk kelurahan Jati Karya (73.9%) secara signifikan (p<0.001) lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk kelurahan Jati Sampurna (53.2%). Analisis distribusi faktor risiko menunjukkan faktor risiko yang signifikan (p=0.001) menentukan perbedaan prevalensi filariasis berdasarkan status IgG4 antifilaria antara kedua daerah adalah status kependudukan, yang dibedakan menjadi penduduk asli dan pendatang.
Kesimpulan: Prevalensi filariasis berdasarkan status IgG4 antifilaria signifikan lebih tinggi pada penduduk kelurahan Jati Karya dibandingkan dengan penduduk kelurahan Jati Sampurna. Tingginya prevalensi filariasis pada penduduk kelurahan Jati Karya dipengaruhi penduduk asli yang secara signifikan lebih tinggi menyebabkan risiko pajanan filariasis lebih tinggi pada penduduk kelurahan Jati Karya dibandingkan dengan penduduk pada kelurahan Jati Sampurna.

Background: Lymphatic filariasis is an infectious disease caused by nematode and transmitted by mosquito?s bite. This research aims to compare filariasis proportion based on IgG4 antifilaria status between two endemic areas and to measure filariasis risk factors distribution in these two endemic areas.
Method: The method used in this research is observational analitic with cross-sectional design. The number of filariasis based on IgG4 antifilaria in the two regions was then compared, and the distribution of the risk factors of filarial infection affecting the difference of filariasis prevalence between the two regions were analyzed. Data analysis was made using Chi-Square test.
Result: Filariasis status based on IgG4 antifilaria in subjects living on kelurahan Jati Karya (73,9%) was significantly (p < 0.001) higher than subjects living on kelurahan Jati Sampurna (53.2%). Analysis of distribution of filariasis risk factors showed that the most important risk factors affecting the difference of IgG4 antifilaria status between the two regions was the demographic profile (p = 0.001), which was divided into indigenous and migrants.
Conclusion: Filariasis prevalence based on IgG4 antifilaria status was significantly higher in the residents of kelurahan Jati Karya than in the residents of kelurahan Jati Sampurna. The high prevalence of filariasis in kelurahan Jati Karya was affected by demographic profile, where indigenous people in kelurahan Jati Karya had significantly higher filarial status than those in kelurahan Jati Sampurna. As a result, compared to the residents of kelurahan Jati Sampurna, there was an increase in filariasis exposure to the residents of kelurahan Jati Karya.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emilina Faradila Cornain
"Obesitas didefinisikan sebagai kondisi meningkatnya berat badan individu akibat penumpukan jaringan lemak berlebih di dalam tubuh. Gaya hidup kurang gerak (sedentary) disertai dengan pola makan yang tidak sehat, turut meningkatkan kemungkinan terjadinya kelebihan gizi dan obesitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi obesitas serta faktor risiko obesitas terkait lainnya, seperti faktor demografik (umur, jenis kelamin, jenjang pendidikan, pekerjaan), dan gaya hidup (merokok, olahraga, konsumsi alkohol).
Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional yang dimulai dari bulan April 2011 dengan melakukan anamnesis dan pengukuran antropometri pada penduduk Kelurahan Kayu Putih, Jakarta Timur. Kriteria obesitas yang digunakan adalah kriteria IMT yang dipakai oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Analisis hubungan antara faktor-faktor yang terkait dengan obesitas di studi ini dilakukan melalui uji Chi-square bila syarat terpenuhi. Didapatkanlah prevalensi obesitas di Kelurahan Kayu Putih sebanyak 35.2% dan ditemukanlah hubungan yang bermakna (p=0.043), antara prevalensi obesitas dan tingkat pendidikan responden sementara faktor-faktor yang lain tidak menunjukkan hubungan yang bermakna dengan obesitas.

Obesity, a condition of excessive accumulation of body fat beyond physical requirements and skeletal limitation, has now become a public health concern. The condition of having a sedentary lifestyle where physical exercise is lacking and a healthy-balanced diet are neglected, increases the possibility of being overweight and obese. The aim of this study is to identify the prevalence of obesity and its related factors, such as demographical factors (age, gender, level of education, occupation) and lifestyle (smoking, physical activity, and alcohol consumption).
Starting from April 2011, this cross sectional research design was done by performing history taking and anthropometry measurements to the citizens. The criteria of obesity are based on the Body Mass Index (BMI) classification used by Indonesia's Ministry of Health. Analysis of the related risk factors with obesity is done using the Chi-square test, when the required conditions are met. The prevalence of obesity in Kelurahan Kayu Putih was 35.2%. Chi square analysis showed a significant relationship (p=0.043), between the prevalence of obesity and the respondents? level of education; whereas, other factors did not.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jackson Kamaruddin
"Peningkatan prevalensi tuberkulosis (TB) telah membawa kekhawatiran karena merupakan salah satu penyakit mematikan yang utama di Indonesia. Berbagai faktor risiko diidentifikasi memiliki beberapa kontribusi terhadap peningkatan prevalensi TB dan kegagalan pengobatan TB, termasuk kontrol infeksi yang kurang baik di fasilitas perawatan kesehatan yang dapat menyebabkan ?Multi-Drug Resistant TB (MDR-TB)?. Selanjutnya, kebanyakan pasien dengan MDR-TB diobati dan dirawat di rumah sakit.
Penelitian ini bertujuan untuk mengamati dan menyelidiki kontrol infeksi di fasilitas kesehatan, tempat pasien TB diobati. Penelitian ini merupakan studi cross-sectional yang mendata fasilitas perawatan kesehatan, termasuk rumah sakit utama dan puskesmas di Jakarta Timur dan Pusat, dan angka kesembuhan TB di fasilitas kesehatan tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa empat dari tujuh rumah sakit utama yang diamati di Jakarta Timur dan Pusat tidak terorganisir dengan baik, dengan rata-rata kontrol infeksi 55,71%. Sedangkan untuk delapan puskesmas yang diamati, rata-rata kontrol infeksi adalah 72.32%, yang menunjukkan bahwa puskesmas memiliki kontrol infeksi yang lebih baik dibandingkan dengan rumah sakit. Angka kesembuhan TB di puskesmas (71,42%) juga lebih tinggi dibandingkan dengan rumah sakit (42,43%).
Studi ini menunjukkan bahwa terdapat tren asosiasi antara kontrol infeksi dengan angka kesembuhan TB. Sebagai tambahan, kebanyakan rumah sakit dan puskesmas yang diobservasi pada studi ini perlu mengorganisasi faktor-faktor lingkungan mereka agar dapat menjamin hasil pengobatan yang lebih baik. Studi-studi lanjut disarankan untuk mempunyai subjek yang lebih banyak sehingga dapat melakukan studi analitik.

The increased prevalence rate of tuberculosis (TB) has brought concerned as it is one of main deadly diseases in Indonesia. Various risk factors are identified to have some contribution to the increased prevalence of TB and failure of TB treatment which can lead to multi-drug resistant TB (MDR-TB), including inappropriate infection controls in health care facilities. Furthermore, most MDR-TB patients are treated and hospitalized in hospitals.
This study aims to observe and investigate the infection controls in which patients with tuberculosis are treated. This is a cross-sectional study by observing health care facilities, including main hospitals and primary healthcare centers in East and Central Jakarta, as well as their TB recovery rates.
Results show that four of the seven hospitals observed in East and Central Jakarta are not organized well enough as they should be, with infection control means of 55.71%. As for the eight primary health centers observed, the mean infection control is 72.32%, showing that primary healthcare centers have better infection controls compared to the hospitals in East and Central Jakarta. Also, they have better TB recovery rates, with mean of 71.42% compared to 42.43% in hospitals.
This study shows that there is a trend of association between the infection controls and TB recovery rates. In addition, most hospitals and primary healthcare centers need to reorganize their environment factors to warrant better treatment outcomes. Further studies are suggested to have more subjects so that the analytical study can be undertaken.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wanda Gautami
"Pendahuluan: Penyakit respirasi merupakan masalah kesehatan dengan angka kejadian tinggi di Indonesia. Penyakit respirasi kronik seperti asma, pneumonia, tuberkulosis, dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) juga merupakan penyebab mortalitas yang tinggi di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kondisi lingkungan rumah terhadap prevalensi penyakit respirasi kronik yaitu PPOK, batuk kronik, tuberkulosis paru, asma, pneumonia, dan infeksi fungal pada penghuni rumah susun di Jakarta.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional dengan alat ukur berupa kuesioner. Penelitian dilakukan terhadap 120 keluarga yang tinggal di rumah susun menengah kebawah di Jakarta pada tahun 2012. Variabel lingkungan yang diteliti meliputi ventilasi, pencahayaan, kepadatan hunian, sarana sanitasi, suhu udara, dan kelembaban udara.
Hasil: Dari 120 keluarga, didapatkan 513 data penghuni rumah susun dengan prevalensi penyakit respirasi secara total sebesar 41,9%, secara rinci yaitu prevalensi tuberkulosis paru sebesar 7,6%, PPOK sebesar 1,8%, asma sebesar 1,0%, infeksi fungal sebesar 0,8%, pneumonia sebesar 0,2%, batuk kronik sebesar 0,6%, dan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) sebesar 32,9%. Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara prevalensi penyakit respirasi kronik dengan ventilasi rumah susun (p=0,042) , dan dengan pencahayaan dalam rumah susun (p=0,003).
Kesimpulan: Penyakit respirasi kronik memiliki hubungan dengan keadaan lingkungan yaitu ventilasi dan pencahayaan pada penghuni rumah susun di Jakarta.

Introduction: Respiratory disease is one of the highest prevalence health problem in Indonesia. Chronic respiratory disease such as asthma, pneumonia, tuberculosis, and Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) are the top leading cause of mortality in Indonesia. The objective of this study is to know the relationship between flat environmental condition and prevalence of chronic respiratory disease, which is COPD, chronic cough, tuberculosis, asthma, pneumonia, and fungal infection of flat occupiers in Jakarta.
Method: This study was an observational research using cross-sectional design. Data was obtained through questionnaire. This study was conducted on 120 families who live in lower middle flats in Jakarta on 2012 The environmental variables of this study specifically include ventilation area, natural lighting in the house, occupancy density, basic sanitation facilities, temperature, and humidity of the flats.
Result: From 120 family, 513 data of flat occupiers in Jakarta is obtained with the prevalence of respiratory disease in a total of 41.9%, specifically tuberculosis with prevalence of 7,6%, COPD with 1,8%, asthma with 1,0%, fungal infection with 0,8%, pneumonia with 0,2%, chronic cough with 0,6%, and acute respiratory infection with 32,9%. Significant relationship was obtained between prevalence of chronic respiratory disease and ventilation area (p=0,042), and also with natural lighting in the house (p=0,003).
Conclusion: In conclusion, the ventilation area and natural lightning in the house are the environmental factors contributing for the prevalence of chronic respiratory disease of flat occupiers in Jakarta."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Randy Sarayar
"Skabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan Sarcoptes scabiei, merupakan penyakit kulit ketiga terbanyak di Indonesia. Pada komunitas padat penduduk tanpa kebersihan yang baik, seperti asrama, pesantren, dan barak tentara, skabies hampir menyerang seluruh individu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara prevalensi skabies dengan perilaku kebersihan di sebuah pesantren, di Jakarta Timur.
Desain penelitian berupa cross sectional study dan semua santri dijadikan subyek penelitian. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 10 Juni 2012 dengan menggunakan kuesioner yang berisi 7 pertanyaan mengenai perilaku kebersihan. Data prevalensi skabies diperoleh berdasarkan pemeriksaan kulit. Data diolah dengan SPSS versi 20 dan dianalisis dengan uji fischer exact.
Hasilnya menunjukkan 149 (79%) dari 188 santri menderita penyakit kulit dan penyakit kulit terbanyak yang diderita adalah skabies (50%). Perilaku kebersihan umumnya buruk dan hanya 8 (6%) santri yang berperilaku baik. Uji fischer exact menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara prevalensi skabies dengan perilaku santri, nilai p=0,567. Disimpulkan bahwa perilaku kebersihan santri tergolong buruk dengan prevalensi skabies adalah 50%, dan tidak terdapat hubungan antara prevalensi skabies dengan perilaku kebersihan.

Skabies is a skin disease caused by Sarcoptes scabiei, the third most prevalent skin disease in Indonesia. In densely populated communities without good hygiene, such as dormitories, boarding schools, and military barracks, skabies infests almost all of the individuals. This study aims to determine the prevalence of skabies and its relationship with hygiene behavior in an Islamic boarding school (pesantren), in East Jakarta.
The research is a cross-sectional study and total sampling is used. Data were collected on June 10, 2012 using a questionnaire containing seven questions regarding hygiene behavior of the students. Physical examination is performed to obtain the prevalence of skin disease among the students, in which skabies has the highest prevalence. The data were processed with SPSS version 20 and analyzed by Fischer?s exact test.
The results showed that 149 out of the 188 students (79 %) suffer some form of skin diseases, in which skabies is the majority (50 %). Hygiene behavior is generally poor where only 8 (6 %) students were considered having good hygiene behaviour. Fischer's exact test showed no significant difference between the prevalence of skabies with the hygiene behavior of students, p value=0,567. It is concluded that the hygiene behavior of students is relatively poor as the prevalence of skabies was 50 %,and there was no relationship between the prevalence of skabies with hygiene behavior.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Veronika Cahya Wijaya
"Pendahuluan: Masalah kesehatan respirasi merupakan salah satu gangguan kesehatan dengan prevalensi cukup tinggi di dunia. Penyebabnya erat kaitannya dengan perilaku merokok. Selain itu, tingkat pengetahuan, sikap, perilaku serta lingkungan juga berperan serta. Tujuan dari penelitian ini ialah mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan prevalensi masalah kesehatan respirasi pada penghuni rumah susun di Jakarta.
Metode: Desain penelitian yang dipilih ialah cross-sectional. Data diperoleh dengan mengisi kuesioner yang ditanyakan melalui wawancara. Pengambilan data dilakukan pada bulan Agustus 2012 dengan melibatkan 120 responden. Data yang dikumpulkan akan diuji dengan chi-square dan fisher untuk melihat nilai probabilitas (p).
Hasil: Sebanyak 36% responden pernah mengalami masalah kesehatan respirasi dan 64% lainnya menunjukkan status kesehatan respirasi yang baik. Tingkat pengetahuan responden didapatkan 40,8% dengan pengetahuan di bawah rata-rata dan 59,2% dengan pengetahuan di atas rata-rata. Tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan dengan status kesehatan respirasi (p=0,879).
Kesimpulan: Prevalensi masalah kesehatan respirasi pada penghuni rumah susun di Jakarta ialah 36% Tingkat pengetahuan tidak memiliki hubungan dengan masalah kesehatan respirasi.

Introduction: Respiratory health problems is one of the health problems with a high prevalence in the world. The cause is closely associated with smoking behavior. In addition, knowledge level, attitude, behavior and environment also have a role as well. The purpose of this study is to determine the relationship between knowledge level with the prevalence of respiratory health problems in flats occupants in Jakarta.
Method: The selected research design is cross-sectional. Data obtained by filling out a questionnaire that asked through interview. Data collected was performed in August 2012, involving 120 respondents. The data collected will be tested with chi-square and fisher to see the value of the probability (p).
Result: About 36% of respondents had experienced respiratory health problems while 64% showed good respiratory health status. The knowledge level of the respondents earned showed about 40.8% of respondents with knowledge level below average and 59.2% above average. There is no significant relationship between the level of knowledge with the respiratory health status (p=0.879).
Conlusion: Prevalence of respiratory health problems in flats occupants in Jakarta is about 36%. Knowledge level is not contributing for the prevalence of respiratory health problems."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manusita, Vembricha Nindya
"The Indonesia Regional Hydration Study THIRST tahun 2009 melaporkan tingginya prevalensi dehidrasi pada remaja di Indonesia yang mencapai 49 5 Studi tersebut juga menunjukkan rendahnya tingkat pengetahuan remaja mengenai asupan cairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan asupan cairan pada remaja usia 13 18 tahun. Dengan menggunakan desain penelitian cross sectional pengambilan data dilakukan di Yayasan Kasih Keluarga Pejaten Jakarta Selatan pada bulan Januari 2012. Subyek diberikan kuesioner berisi 10 pertanyaan dan lembar asupan cairan harian 2x24 jam untuk diisi selama hari Jumat dan Sabtu. Analisis statistik dilakukan melalui uji chi square pada SPSS versi 16 Dari 67 subyek 52 8 berjenis kelamin perempuan dan 62 7 merupakan pelajar SMK. Sebanyak 46 3 subyek memiliki tingkat pengetahuan cukup 25 4 memiliki tingkat pengetahuan baik dan 28 3 memiliki tingkat pengetahuan kurang. Nilai median jumlah asupan cairan harian subyek sebesar 2310 720 5 520 ml dan sebagian besar subyek 65 7 memiliki asupan cairan yang adekuat Sejumlah 82 4 subyek berpengetahuan baik dan 71 subyek berpengetahuan cukup memiliki jumlah asupan cairan yang adekuat. Pada kelompok tingkat pengetahuan rendah hanya 42 1 subyek yang memiliki asupan cairan yang adekuat Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dan asupan cairan subyek p 0 028.

The Indonesia Regional Hydration Study THIRST in 2009 reported high prevalence 49 5 of dehydration among teenagers in Indonesia. The study also reported poor knowledge level about fluid intake among teenagers. The purpose of this research was to determine the relationship between fluid intake and knowledge level among teenagers 13 18 years old. By using cross sectional research design data collection was conducted in Yayasan Kasih Keluarga Pejaten Jakarta Selatan on January 2012. Subjects were given questionnaire consisted of 10 questions and daily fluid intake sheet 2x24 hours which had to be filled on Friday and Saturday. Statistical analysis was done using chi square test in SPSS version 16 Among 67 subjects 52 8 were female and 62 7 were vocational school students 46 3 subjects have moderate knowledge level 25 4 have good knowledge level and 28 3 have poor knowledge level. The median value of the daily fluid intake is 2310 720 5 520 ml and most of the subjects 65 7 have adequate fluid intake 82 4 subjects with good knowledge and 71 subjects with moderate knowledge have adequate fluid intake. Meanwhile from poor knowledge group only 42 1 subjects have adequate fluid intake There is significant association between fluid intake and knowledge level p 0 028."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Backround: Hypertantion in pregnant is one of three main causes of maternal morbidity and among pregnant women in Indonesia. The purpose of this study is to obtain the prevalence of hypertension and associated factors in pregnant woman in Indonesia. Methods: This is cross sectional study within 33 provinces and 440 districts in Indonesia. sample was selected using probability proportional to size (PPS). The respondents were pregnant woman aged 15-54 years. Total sample size was 8.341. result: there were 12.7% (10620 respondents with hypertension. The highest percentage of hypertension was found in South Sumatra Province (18.0%) and not found pregnant woman in the Sounth Sulawesi. Hypertasion was found among pregnant woman aged less than 18 years and those aged more than 35 years, i.e:24.3% with OR of 2.85 (95% CI:2.47-3.28). This study concludes that hypertension in pregnant mother was associated with age, aducation and area."
BULHSR 15:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>