Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fauziah M. Asim
Abstrak :
Latar Belakang: Berbagai penelitian menyebutkan terdapat hubungan antara penyakit periodontal dengan kelahiran bayi prematur KBP , namun belum ada kajian hubungan keparahan periodontitis kronis dan proporsi Porphyromonas gingivalis dalam plak subgingiva dengan KBP. Metode: Penelitian retrospektif dengan metode wawancara, kuesioner, dan pemeriksaan klinis periodontal pada subjek maksimum 48 jam paska persalinan. Penentuan keparahan periodontitis kronis berdasarkan kriteria gabungan CAL, PPD, BOP, dan penyebaran. Pengambilan sampel plak subgingival dari poket terdalam untuk P. gingivalis dengan metode qPCR. Analisis statistik Chi-square dan Regresi Logistik menggunakan SPSS. Hasil: Ada hubungan antara keparahan periodontitis kronis dengan KBP p=0,002 ; dan antara proporsi P. gingivalis dengan keparahan periodontitis kronis p=0,015 dengan distribusi terbanyak pada periodontitis kronis berat. Tidak ada hubungan antara proporsi P. gingivalis dengan KBP p=0,466. Kesimpulan: KBP berhubungan dengan keparahan periodontitis kronis, namun tidak dengan proporsi P. gingivalis. Perlu penelitian lanjutan yang mengkaji hubungan bakteri periodontopatogen kuat lainnya dengan KBP.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhitia Nugrahanto
Abstrak :
Latar Belakang: Kelahiran preterm adalah kelahiran sebelum usia kehamilan 37 minggu lengkap. Secara global, kelahiran preterm menyebabkan morbiditas dan mortalitas bayi yang tinggi. Laporan World Health Organization (WHO) tahun 2010, Indonesia saat ini termasuk dalam 10 besar negara dengan jumlah kelahiran preterm terbanyak yaitu 15,5 per 100 kelahiran hidup. Berbagai faktor dihubungkan dengan penyebab terjadinya kelahiran preterm, termasuk salah satunya adanya defisiensi asam lemak tidak jenuh rantai panjang selama kehamilan. Tujuan: Mengetahui kadar asam lemak tidak jenuh rantai panjang (ALA, EPA, DHA, LA dan AA) pada ibu hamil dengan kelahiran preterm dan aterm. Metode: Penelitian dilakukan dengan uji potong-lintang dengan subjek penelitian ibu hamil preterm dan aterm yang melakukan persalinan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dan RS Budi Kemuliaan Jakarta pada Juli hingga Desember 2019. Hasil: Diperoleh 60 subjek penelitian dengan 30 subjek pada masing-masing kelompok. Hasil dengan kategori rendah didapatkan pada kelompok preterm dengan median kadar ALA 47 μmol/L, AA 491 μmol/L dengan perbedaan yang bermakna dengan kelompok aterm (p=0,03 dan p=0,01). Indeks omega-3 pada masing-masing kelompok juga rendah yaitu 2,5% pada preterm dan 3% pada aterm. Kesimpulan: Terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar ALA dan AA pada ibu yang mengalami kelahiran preterm dan aterm. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna kadar EPA, DHA, LA, indeks omega-3, rasio omega-6/ omega-3, dan rasio AA/EPA pada ibu yang mengalami kelahiran preterm dan aterm.
Background: Approximately 15 million babies were born prematurely every year with one million of them dying from preterm birth complications. Indonesia was among the top 10 countries worldwide with the highest number of preterm births, which was 15.5 preterm births per 100 live births. In recent years, several studies have been investigating the role of nutrition in reducing the risk of preterm birth, one that seems promising is long-chain unsaturated fatty acids (LCPUFA). This study was conducted to determine LCPUFA status in pregnant women who undergo preterm and term births in Jakarta, Indonesia. Objective: To determine the levels of long-chain unsaturated fatty acids (ALA, EPA, DHA, LA dan AA) in pregnant women undergoing preterm and term birth. Method: A descriptive study was conducted on 30 pregnant women in each group who experienced preterm and term births at Cipto Mangunkusumo and Budi Kemuliaan Hospital Jakarta between July and December 2019. Maternal blood plasma was examined by measuring the concentration of alpha-linolenic acid (ALA), eicosapentaenoic acid (EPA), docosahexaenoic acid (DHA), linoleic acid (LA), arachidonic acid (AA), omega-3 index, omega-6/ omega-3, and AA/ EPA ratio. Result: The median levels of ALA and AA were low in the preterm birth group with significant differences between the two groups (p= 0,03 and p= 0,01). The median total concentrations of ALA, EPA, DHA, LA, AA, omega-3 index, omega-6/ omega-3, and AA/EPA ratio in preterm birth group were as follows: 47 μmol/L, 18,5 μmol/L, 262 μmol/L, LA 3382 μmol/L, 491 μmol/L, 2,5%, 13 and 26,5. While in the term birth group were as follows 58,5 μmol/L, 19 μmol/L, 262 μmol/L, LA 3382 μmol/L, 491 μmol/L, 2,5%, 13 and 26,5. The median concentration of EPA and DHA on both groups were in a normal range. Most of the subjects had a low omega-3 index, 86,7% from total subjects in preterm and 66,7% in term group. Conclusion: There are significant differences between ALA and AA concentration in women who experienced preterm and term birth. There were no significant differences in levels of EPA, DHA, LA, omega-3 index, omega-6/ omega-3 ratio, and AA/EPA ratio between the two groups.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Handi Suryana
Abstrak :
Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu lengkap. Bayi prematur yang dilahirkan merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas . Di negara maju kelahiran preterm merupakan penyebab 70% kematian perinatal, dan 50% kelainan neurologi jangka panjang. Meskipun telah dilakukan penelitian selama hampir empat dekade namun penyebab dan alur mekanisme sesungguhnya persalinan preterm masih belum jelas seluruhnya. Dari serangkaian penelitian-penelitian yang dilakukan baik secara in vivo maupun secara in vitro disimpulkan bahwa persalinan preterm merupakan suatu sindrom akibat dari berbagai penyebab balk yang telah diketahui maupun yang tidak. Suatu fenomena yang menonjol adalah bergesernya dominasi sitokin Yh2 (IL-10) ke dominasi sitokin Th1 pada interface koriodesidua yang pada akhimya mengaktifkan kaskade proinflamasi yang rnencetuskan proses persalinan. Angka kejadian persalinan preterm sandhi dari tahun ke tahun tidak mengalami penurunan, bahkan menurut beberapa penelitian ada kecenderungan meningkat. Kenyataan bahwa angka bertahan hidup bayi prematur telah jauh meningkat dibandingkan sebelumnya adalah berkat kemajuan perinatologi, manfaat pematangan paru dengan kortikosteroid dan pencegahan infeksi GBS dengan antibiotik. Masalah yang ditimbulkan oleh persalinan preterm ini setiap tahunnya menghabiskan sumber daya pelayanan kesehatan yang luar biasa besamya, dan merupakan beban tersendiri bagi negara berkembang. Permasalahan dalam penanganan persalinan preterm: Yang menjadi fokus permasalahan dalam penanganan persalinan preterm dari dulu sampai sekarang adalah : 1. Masih belum dipahaminya sebagian penyebab dan alur mekanisme persalinan preterm. Dari penelitian-penelitian dekade terakhir timbul pemahaman bahwa kelangsungan suatu kehamilan, atau dengan kata lain kelangsungan keberadaan janin-plasenta sebagai semiallograf dalam badan ibu (uterus), sangat tergantung pada apa yang disebut Immunology privilege dari janin-plasenta, yang dicapai melalui pencapaian dominasi sitokin Th2 pada interface ibu-janin (koriodesidua). Persalinan akan terjadi bila terjadi "pembatalan" immunology privilege tersebut, yang ditandai dengan pergeseran dari dominasi sitokin antiinflamasi Th2 ke dominasi sitokin proinflamasi Th1. Sementara persalinan preterm terjadi bila terjadi "pembatalan dini" immunology privilege tersebut yang dipicu oleh berbagai sebab. 2. Sulitnya penegakan diagnosis persalinan prematur yang tepat. Umumnya dalam penelitian secara klinis dikatakan persalinan prematur terjadi bila (7.8'9) a.Kontraksi uterus > 4 kali dalam 30 menit, dengan durasi > 30-40 detik dan b.Perubahan servik berupa: * Dilatasi 1-3 cm (0-3 cm untuk nullipara) dengan penipisan 75% atau * Dilatasi 3 cm dengan penipisan > 50% atau * Pemeriksaan servik berulang mendapati perubahan dilatasi 1 cm dan perubahan penipisan servik 50%. Dalam kenyataannya dengan kriteria tersebut di atas didapatkan angka positif palsu yang tinggi, di mana 50-80% wanita yang didiagnosa mengalami persalinan preterm yang hanya diberi plasebo pada akhirnya melahirkan setelah 37 minggu lengkap. Angka positif palsu yang tinggi ini telah menyebabkan pengobatan yang tidak perlu dengan obat tokolitik yang potensial berbahaya bagi ibu dan janin. 3. Belum adanya pengobatan/pencegahan persalinan preterm. Hal ini dikarenakan persalinan preterm adalah suatu sindrom kejadian akhir bersama dari berbagai penyebab yang sangat bervariasi.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T58463
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fika Minata Wathan
Abstrak :
Latar Belakang: Kelahiran preterm merupakan penyebab tertinggi kematian neonatal. Indonesia menduduki posisi tertinggi di ASEAN dan kelima di dunia untuk kelahiran preterm. Rumusan masalah: Belum adanya model prediksi kelahiran preterm yang memperlihatkan prediktor yang berguna untuk mengembangkan program pencegahan. Tujuan: Menemukan model prediksi kelahiran preterm berbasis machine learning untuk deteksi dini kelahiran preterm di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP). Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi case control dengan menggunakan data rekam medis Rumah Sakit (RS) di Palembang yaitu RS YK Madira, RSMH, RS Bunda, RS Ar Rasyid, RS Muhammadiyah, dan RS Bhayangkara tahun 2019 dengan jumlah sampel 1758 responden yang terdiri dari 879 preterm dan 879 aterm. Faktor risiko yang digunakan pada penelitian ini didapatkan dari Systematic Literature Review yang terdiri dari faktor sosiodemografi (10 variabel), faktor perilaku/gaya hidup (5 variabel), faktor maternal/kondisi ibu sebelum kehamilan (8 variabel), faktor kehamilan/obstetri ginekologi (21 variabel), faktor biologis (3 variabel), faktor pelayanan kesehatan (2 variabel) dan faktor janin (4 variabel). Pemodelan dilakukan dengan menggunakan machine learning dengan menggunakan algoritme decision tree, K-Nearest Neighbour (KNN), naïve bayes, logistic regression, Support Vector Machine (SVM) dan neural network (CNN1D, multilayer perceptron dan backpropagation). Hasil: Ditemukan 21 variabel penelitian dari 53 variabel yang dibutuhkan, dan menemukan 6 variabel yang menjadi prediktor utama kelahiran preterm di antaranya pre-eklamsia, perdarahan dalam kehamilan, riwayat ketuban pecah dini, jarak antar dua kehamilan, paritas, dan anemia. Pada penelitian ini ditemukan algoritme terbaik yaitu decision tree dengan nilai akurasi 95% untuk training dan 96% untuk testing dan telah dibuat prototype berupa aplikasi berbasis web untuk deteksi dini di FKTP. Kesimpulan: Ditemukan research novelty yaitu diperoleh model prediksi kelahiran preterm, dimana model ini potensial untuk digunakan di FKTP sebagai upaya deteksi dini. Model prediksi ini akan mendeteksi ibu hamil akan berisiko preterm atau tidak berisiko. Apabila diketahui ibu berisiko kelahiran preterm, maka ibu dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan di RS, agar tidak terjadi keterlambatan penanganan yang menyebabkan kematian ibu maupun bayi. Dibandingkan tidak ada model prediksi, maka risiko kelahiran preterm tidak dapat dicegah, sehingga keterlambatan penanganan akan terjadi. ......Background: Preterm birth is the highest cause of neonatal death. Indonesia occupies the highest position in ASEAN and fifth in the world for preterm births. Formulation of the problem: There is no predictive model of preterm birth that provides a useful predictor for developing prevention programs. Objective: To find prediction model of preterm birth based on machine learning for early detection of preterm birth in First Level Health Facilities (FKTP). Methods: This study uses a case control study design using medical record data at the Hospital (RS) in Palembang that isYK Madira Hospital, RSMH, Bunda Hospital, Ar Rasyid Hospital, Muhammadiyah Hospital, and Bhayangkara Hospital in 2019 with a total sample of 1758 respondents consisting of 879 preterm and 879 term. The risk factors used in this study were obtained from a Systematic Literature Review consisting of: sociodemographic factors (10 variables), behavioral/lifestyle factors (5 variables), maternal factors/mother's condition before pregnancy (8 variables), pregnancy/gynecological factors (21 variables), biological factors (3 variables), health service factors (2 variables) and fetal factors (4 variables). The modeling is done using machine learning using decision tree algorithms, K-Nearest Neighbor (KNN), nave Bayes, logistic regression, Support Vector Machine (SVM) and neural networks (CNN1D, multilayer perceptron and backpropagation). Results: Found 21 research variables from 53 variables were needed, and found 6 variables that were the main predictors of preterm birth including pre-eclampsia, bleeding in pregnancy, history of premature rupture of membranes, distance between two pregnancies, parity, and anemia. In this study, the best algorithm was found, namely decision tree with an accuracy value of 95% for training and 96% for testing and a prototype was made in the form of a web-based application for early detection in FKTP. Conclusion: It was found that the research novelty obtained a predictive model of preterm birth, which is the main cause of AKN, where this model has the potential to be used in FKTP as an early detection effort. This predictive model will detect pregnant women will be at risk of preterm or not at risk. If it is known that the mother is at risk of preterm birth, the mother is recommended to do an examination at the hospital, so that there is no delay in handling that causes the death of both mother and baby. Compared to no predictive model, the risk of preterm birth cannot be prevented, so that delays in treatment will occur.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Regina Tatiana
Abstrak :
Tujuan : Mengetahui efektivitas terapi besi intra vena sebagai terapi anemia defisiensi besi dalam kehamilan. Tempat : Bagian Kebidanan dan Kandungan Universitas Indonesia, RSUPN Cipto Mangunkusumo dan RS Budi Kemuliaan Jakarta. Rancangan penelitian : Uji klinis cara random tanpa pendekatan tersamar. Metode : Penelitian dilakukan selama kurun waktu November 2004 hingga Maret 2006 terhadap 21 pasien dengan usia gestasi 14 - 36 minggu yang didiagnosis sebagai anemia defisiensi besi. Dilakukan randomisasi secara blok sehingga terdapat dua kelompok, yaitu kelompok pertama yang mendapat terapi besi oral sulfas ferosus 3 x 300 mg selama 30 hari dan kelompok kedua mendapat terapi besi intra vena iron sucrose. Penilaian hasil pengobatan dilakukan satu bulan setelah terapi dimulai dengan pemeriksaan Hb, Retikulosit dan Feritin, Dilakukan Pula penilaian efek samping dan kepatuhan pasien. Data dikumpulkan, ditabulasi dan dilakukan analisa statistik dengan uji t tidak berpasangan dan uji Mann Withney. Hasil : Peningkatan nilai Hb yang didapatkan pada kelompok pasien yang mendapat terapi iron sucrose adalah 1.6 gr/dl ± 0.92 gr/dl, dengan nilai maksimum peningkatan Hb yang dicapai adalah 3.8 gr/dl. Sedangkan peningkatan nilai Hb pada kelompok yang mendapat terapi oral adalah 1 gr/dl ± 0.85 gr/dl dengan nilai maksimum peningkatan Hb 2.2 gr/dl. Perbandingan kedua kelompok ini secara statistik tidak didapatkan perbedaan yang bermakna. Perbedaan yang bermakna secara statistik ( p = 0.041 ) didapatkan pads perbandingan nilai feritin akhir, di mana nilai feritin akhir pada kelompok oral adalah 29.71 ug/L ±18.37 ug/L, sedangkan nilai Feritin pada kelompok iron sucrose sebesar 68.21 ug/L ± 55.69 ug/L. Tidak didapatkan efek samping yang serius pada saat pemberian iron sucrose. Kesimpulan : Iron sucrose merupakan terapi alternatif untuk anemia defisiensi besi dalam kehamilan yang dapat mengembalikan simpanan besi tubuh dengan cepat tanpa efek samping yang serius.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T58485
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jasmine Iskandar
Abstrak :
Latar Belakang: Mortalitas neonatus global terjadi pada 19/1000 kelahiran hidup dan 35% diakibatkan komplikasi prematuritas dan ketuban pecah dini (KPD) preterm terjadi pada 30-40% dari seluruh kasus. Manajemen KPD preterm memerlukan ketepatan diagnosis, rujukan, dan intervensi agar tidak terjadi morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. Di RS Cipto Mangunkusumo terdapat 737 persalinan preterm dari 1524 total kelahiran tahun 2017. Tujuan: Mengetahui hubungan proses rujukan terhadap luaran neonatus pada kasus ketuban pecah dini pada kehamilan preterm. Metode: Kohort retrospektif di RS Cipto Mangunkusumo pada pasien rujukan KPD preterm bulan Januari 2016-September 2017. Analisis statistik dengan SPSS 20.0. Hasil: Terdapat 214 kasus KPD preterm. Asal rujukan terutama dari rumah sakit dan 36 kasus dirujuk karena tidak ada NICU dan 66 kasus karena fasilitas yang ada tidak mencukupi. Pemeriksaan sesuai standar pada 91 kasus, pemberian antibiotika pada 161 kasus dan pemberian kortikosteroid di tempat rujukan 143 kasus. Terdapat 94 neonatus dengan komplikasi; korioamnionitis klinis(18.69%), APGAR skor menit 1<7(19.16%), APGAR skor menit 5<7 (9.8%), RDS(32.34%), sepsis(37.38%) dan mortalitas(9.8%). Dari analisis multivariat, hubungan didapatkan antara asal rujukan dengan APGAR skor menit 1, usia kehamilan dan kortikosteroid dengan RDS, usia kehamilan, lama rujukan, kortikosteroid dan korioamnionitis klinis dengan sepsis neonatus. Kesimpulan: Alur rujukan KPD preterm berlangsung sesuai alur rujukan berjenjang. Terdapat hubungan antara proses rujukan dengan luaran neonatus.
Background:  Neonatal mortality rate is 19/1000 live birth worldwide with 35% mortality due to complication of prematurity. Preterm premature ruptured of membrane caused 30-40% preterm birth. In Cipto Mangunkusumo hospital, total of peterm birth in 2017 was 737 cases from 1524 total birth. To prevent neonatal and maternal morbidity and mortality, prompt diagnosis, referral process and obstetric intervention are needed. Purpose: To evaluate the correlation between referral process and neonatal ocutcome in preterm premature ruptured of membrane. Method: This research was conducted in Cipto Mangunkusumo hospital on January 2016 to September 2017 with retrospective cohort study. Referral data and neonatal outcomes who fulfilled the inclusion criteria were collected and analyzed. Result: From data collection from January 2016 to July 2017, 334 cases with preterm premature ruptured of membrane and 214 cases fulfilled the inclusion criteria. Patients most  reffered from hospital due to limited facility (35.29%) and due to NICU was full (64.71%). Administration of antibiotic was found in 75.23% cases and 66.82% cases with corticosteroid administration from the first referral provider. Newborn with complication was found in 43.93%; clinical chorioamnionitis (18.69%), APGAR score minute 1 <7 (19.16%), APGAR score minute 5 <7 (9.8%), RDS (32.34%), neonatal sepsis (37.38%) and early neonatal mortality (9.8%). From bivariate analysis, first care provider has correlation with APGAR score minute 1 < 7 (p=0.00 1), RDS (p=0.003), and neonatal sepsis (p=0.01). Administration of corticosteroid correlated significantly with APGAR score minute 1 < 7 (p=0.003, RR 0.4, CI95% 0.23-0.96), RDS (p=0.002, RR 0.46, CI95% 0.27-0.79) and neonatal sepsis (p=0.001, RR 0.46, CI95% 0.28-0.75). Time of referral correlated significantly with neonatal sepsis (p=0.014, RR 1.7, CI95% 1.2-1.26). After multivariate analysis, correlation found in: first care provider with APGAR score minute 1, gestational age and corticosteroid administration with RDS, gestational age, length of referral and corticosteroid administration with neonatal sepsis. Conclusion: There is correlation between referral process and neonatal outcome.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Haikal Irsyadi Hasbillah
Abstrak :
Latar Belakang Defek septum atrium (DSA) adalah kelainan jantung bawaan yang memengaruhi efisiensi jantung saat septum atrium tidak menutup saat lahir. Umum terjadi pada anak-anak dan terkait dengan faktor risiko seperti Sindrom Down, kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, usia ibu muda, riwayat keluarga penyakit jantung bawaan, paparan rokok dan paparan alkohol ibu. Meskipun berbagai profil klinis anak dengan DSA terisolasi telah diteliti namum faktor risiko DSA di RSCM belum banyak diteliti. Metode Penelitian potong lintang ini melibatkan 39 pasien DSA terisolasi berusia 0-18 tahun di RSCM, bersama dengan 39 pasien pediatrik umum sebagai kontrol. Rekam medis dipilih secara acak, dan wawancara dilakukan untuk melengkapi data. SPSS versi 27 digunakan untuk analisis data melalui uji statistik, termasuk analisis univariat dan bivariat. Hasil Kelompok DSA terisolasi umumnya terdiri dari perempuan muda dengan berat badan rendah dan bising jantung derajat-III, dan berasal dari keluarga berpenghasilan menengah-rendah. Sindrom Down (nilai-p=0,007) dan kelahiran prematur (nilaip= 0,001) merupakan faktor risiko yang signifikan secara statistik untuk DSA terisolasi dalam populasi ini. Kesimpulan Sindrom Down dan kelahiran prematur terdapat hubungan signifikan dengan DSA. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar untuk memperkuat bukti faktor risiko yang tidak signifikan secara statistik. ......Introduction Atrial septal defect is a congenital heart defect that affects the efficiency of the heart when the atrial septum does not close at birth. It is common in children and is associated with risk factors such as Down Syndrome, premature birth, low birth weight, young maternal age, family history of congenital heart disease, smoking exposure and maternal alcohol exposure. Although various clinical profiles of children with isolated ASD have been studied, the risk factors for ASD in dr.Cipto-Mangunkusumo Hospital have not been widely studied. Method This cross-sectional study involved 39 isolated ASD patients aged 0-18 years at dr.Cipto- Mangunkusumo Hospital, along with 39 general pediatric patients as controls. Medical records were selected randomly, and interviews were conducted to complete the data. SPSS version 27 was used for data analysis through statistical tests, including univariate and bivariate analysis. Results The isolated ASD group generally consisted of young women with low body weight and grade-III heart murmurs, and came from middle/low-income families. Down syndrome (p-value=0.007) and preterm birth (p-value=0.001) were statistically significant risk factors for isolated ASD in this population. Conclusion Down syndrome and premature birth are significantly associated with isolated ASD. Further research with a larger sample is needed to strengthen the evidence for risk factors that are not statistically significant.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ruswantriani
Abstrak :
Pendahuluan: Prediksi persalinan preterm penting untuk menunda terjadinya kelahiran preterm dan merujuk ke fasilitas dengan perawatan neonatal intensif. Hal ini penting guna menurunkan mortalitas dan morbiditas neonatal. Beberapa metode untuk memprediksi persalinan preterm adalah menggunakan prediksi klinis yaitu indeks persalinan preterm atau prediksi biofisik dengan mengukur panjang servik. Tujuan: Membandingkan nilai risiko indeks persalinan preterm dan panjang servik terhadap kejadian kelahiran preterm pada kasus persalinan preterm tanpa ketuban pecah. Metode: Desain penelitian ini adalah case- control menggunakan data dari rekam medis, dilakukan di RS Dr. Cipto Mangunkusumo sejak Agustus 2013 ? Februari 2014. Semua pasien persalinan preterm tanpa ketuban pecah pada periode tersebut ditelusuri. Dilakukan pengamatan data demografik dan klinis, setelah itu dilakukan penilaian indeks persalinan preterm dan panjang servik. Kemudian selanjutnya pasien ditentukan apakah mengalami kelahiran preterm atau tidak. Hasil: Dari bulan Agustus 2013 - Februari 2014 terdapat 127 kasus persalinan preterm tanpa ketuban pecah, tetapi hanya 57 subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Karakteristik demografik dan klinis pada kelompok indeks persalinan preterm dan panjang servik tidak berbeda bermakna saat dibandingkan. Duapuluh dari 57 subjek mengalami kelahiran preterm (35.1%). Dari hasil analisis bivariat, variabel yang bermakna mempengaruhi kejadian kelahiran pretem adalah indeks persalinan preterm dan panjang servik. Pasien dengan indeks persalinan preterm ≥ 4 memiliki kemungkinan 4 kali lipat (OR = 4,024) untuk mengalami kelahiran preterm. Sementara itu, pasien dengan panjang serviks ≤ 25 mm memiliki kemungkinan hingga 38 kali lipat (OR = 38,00) untuk mengalami kelahiran preterm. Kesimpulan: Indeks persalinan preterm dan panjang servik merupakan variabel yang baik untuk menilai risiko terjadinya kelahiran preterm pada persalinan preterm tanpa ketuban pecah. ...... Introduction: Prediction of preterm labor is important to delay the incident of preterm birth and refers to the facility with a neonatal intensive care. It is important to reduce neonatal mortality and morbidity. Several methods for predicting preterm labor are using clinical prediction : preterm labor index or biophysical prediction with measurement cervical length. Objectives: comparing risk value of preterm labor index to cervical length on preterm birth incident in preterm labor without rupture of membrane cases. Methods: the research was a case control study using data from medical records in Dr. Cipto Mangunkusumo hospital since August 2013 ? February 2014. All preterm labor without rupture of membrane cases were traced. Demographic and clinical data were observed. After that preterm labor index and cervical length were assessed. Then patients were determined whether they had experienced preterm birth or not. Results: From August 2013 - February 2014 there were 127 cases of preterm labor without rupture of membrane, but only 57 research subjects who meet the inclusion and exclusion criteria. The demographic and clinical characteristics of the index group of preterm labor and cervical length did not differ significantly when compared. Twenty from 57 subjects were experience preterm birth (35.1%). From the results of the bivariate analysis, the variables that significantly affect the incidence of preterm birth are preterm labor index and cervical length Patients with preterm labor index ≥ 4 has a possibility of 4-fold (OR = 4.024) to experience preterm birth. Meanwhile, patients with a cervical length ≤ 25 mm have the possibility of up to 38-fold (OR = 38.00) to experience preterm birth. Conclusions: Preterm labor index and cervical length is a good variable for assessing the risk of preterm birth in preterm labor without rupture of membrane cases.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library