Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Rahimsyah
Abstrak :
Baja galvanis bake hardenable merupakan terobosan teknologi dalam pengembangan baja untuk aplikasi pada bidang industri otomotif. Dengan kelebihan mempunyai sifat mampu bentuk yang baik, material ini juga memiliki kelebihan pada ketahanannya terhadap korosi. Selain itu, material ini mempunyai efek bake hardening dimana meningkatnya kekuatan baja tersebut setelah proses paint baking treatment pada proses manufaktur industri otomotif. Peningkatan kekuatan baja ini berdampak positif karena peningkatan kekuatan terjadi setelah panel badan kendaraan tersebut telah dilakukan stamping sehingga proses stamping tersebut tidak memerlukan gaya yang cukup besar untuk membentuk panel kendaraan yang bervariasi.Dalam penelitian ini akan telah dilakukan penelitian untuk menganalisis perbedaan mampu bentuk dari baja galvanil dan material sebelum proses galvanil dengan metode Erichsen Cupping Test, dimana menunjukkan material setelah proses galvanil mempunyai nilai IE yang lebih besar dibandingkan sebelum proses galvanil karena proses annealing menghilangkan tegangan sisa dari material. Selain itu telah dilakukan analisis nilai optimum dari regangan awal 2 adalah dengan temperatur aging 1500C dan waktu aging 60 menit. Sedangkan regangan awal 4 memperlihatkan hasil yang lebih bervariatif, yaitu pada temperatur 1350C dan 1500C diperlukan waktu aging 60 menit, pada temperatur 1700C diperlukan waktu aging selama 30 menit. ...... Bake hardenable galvannealed steel is a technological breakthrough in steel development for application in automotive industry. With advantage of good formability, this material also have corrosion resistance. Furthermore, this material have bake hardening effect which increase steel strength after paint baking treatment in manufacturing process on automotive industry. Increment of strength make positive impact because the increment of strength occured after body has been stamping, so that stamping process does not require high load to form the body of the vehicle varies.In this research, the research already done analyze the difference of formability galvannealed steel and raw material before galvannealed process by Erichsen Cupping Test, which showed material after galvannealed process have bigger IE value than before galvannealed process because there are annealing process which remove residual stress in material. In addition, the optimum value of all parameter has been analyze, for 2 prestrain the optimum temperature aging is 1500C with time aging 60 minutes. While 4 prestrain shows more varied results, which for temperature 1350C and 1500C the necessary aging time is 60 minutes, while for temperature 170oC it necessary to have aging time for 30 minutes.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T48696
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Badaruddin
Abstrak :
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh prestrain terhadap perilaku korosi retak tegang stainless steel AISI 304 dalam larutan H2SO4 konsentrasi 10% dengan pembebanan kantilever statis (ASTM E-1681). Prestrain dilakukan dengan meregangkan spesimen hingga mencapai regangan merata 5% dan 10% diatas tegangan luluh bahan, menggunakan servopulser UTM 9506 dengan kontrol kecepatan 0,3 mm/sec. Hasil pengujian menunjukan bahwa spesimen dengan 5% prestrain lebih cepat mengalami kegagalan daripada spesimen 10% prestrain dan tanpa prestrain. Hal ini disebabkan menurunnya keuletan dan periode inkubasi yang singkat. Perubahan defleksi hanya dapat diamati pada pembebanan 20% tegangan luluh bahan. Retak intergranular ditemukan pada spesimen 10% prestrain pada pembebanan statis 616 MPa. Sedangkan pada specimen 10% prestrain ditemukan retak transgranular pada pembebanan statis 554,4 MPa. Retak kombinasi ditemukan pada specimen 5% prestrain pada pembebanan statis 369,6 MPa. Semakin tinggi densitas dislokasi pada lapisan permukaan akibat deformasi plastis, semakin sulit difusi hidrogen pada ujung retak. Konsekuensinya, periode inkubasi dapat diperlama.
Stress Corrosion Cracking Behavior of Stainless Steel 304 in the Sulfuric Acid Environment Due to Prestrain. The aim of research is to investigate the effect of prestrain on the stress corossion cracking behavior of AISI 304 stainless steel in the sulfuric acid of 10% concentration under the static cantilever loading according to ASTM E-1681 standart. The specimen of 304 Stainless steel was strain up over the yield strength until reaching the uniform strain of 5% and 10% using servopulser UTM 9506 under the displacement control of 0,3 mm/sec. The results of test show that the prestrain of 5% specimen is faster failure than both of the prestrain of 10% and unprestrain specimen. It was caused by both of the decrease of ductility and the short incubation period. The change of deflection could be only recorded under the loading 20% of yield strength. Intergranular crack was the prestrain of 10% specimen under the static loading of 616 MPa. Whereas, for the prestrain of 10% specimen transgranular crack was found under the static loading of 554,4 MPa. The prestrain of 5% specimen was mixed crack under the static loading of 369.6 MPa. Higher dislocation density on the layer surface due to plastic deformation with increasing the percentage of pre-strain, so more difficult hydrogen diffused into the crack tip. Consequently, The incubation period can be prolonged.
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2006
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library