Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lina Revilla Malik
"Penelitian ini bertolak dari adanya kesenjangan antara kemajuan yang pesat di era globalisasi dengan pengembangan sumher daya manusia di Indonesia, karena pendidikan formal di sekolah tidak dapat mengejar kemajuan ilmu pengetahuan dan teknnlogi yang demikian cepatnya. Oleh karena itu, peran Kelompok ilmiah Remaja
(KIR), sebagai kegiatan ekstrakudkuler diperlukan untuk mengisi kekurangan materi pelajaran yang diterima siswa di kelas. Di samping itu KIR juga memiliki peran terhadap peningkatan prestasi belajar siswa, karena KIR memiliki tiga bidang kajian
dalam kegiatannya, yaitu bidang matematika dan ilmu pengetahuan alam (MIPA),
ilmu pengetahuan sosial (IPS), dan aplikasi teknologi (Aptek). Melihat pentingnya manfaat partisipasi siswa dalam kegiatan KIR, membuat pengkajian tentang peran
partisipasi siswa dalam KIR terhadap prestasi belajar menjadi perlu.
Penelitian ini untuk mengkaji beberapa faktor psikologis yang dianggap
memberi sumbangan terhadap prestasi belajar. Dari beberapa faktor psikologis yang perlu mendapat perhalian adalah inteligensi dan motivasi berprestasi. Inteligcnsi penting diteliti karena adanya angggapan bahwa siswa yang berpanisipasi dalam KIR
adalah siswa-siswa yang memiliki prestasi yang baik di kelasnya dan memiliki inteligensi yang tinggi. Adapun motivasi berprestasi juga dianggap panting karena melalulkegiatan KIR siswa memperoleh kegiatan yang positif dan bermanfaat bagi pengembangan dirinya. Pengalaman dan hasil yang mereka peroleh dalam kegiatan
tersebut akan internalisasikan dalam dirinya, yang pada akhirnya ditujukan untuk mencapai prestasi yang baik. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk meneliti
sumbangan inteligcnsi, motivasi berprestasi dan partisipasi siswa dalam KIR terhadap prestasi belajar siswa remaja.
Penelitian dilakukan terhadap siswa kelas l dan II SMUN di wilayah Jakarta Timur yang berpartisipasi dalam kegiatan KIR Sampel berjumlah 83 omng yang diperoleh dengan teknik accidental sampling. Data tentang kemampuan tes inteligensi
diperoleh dari hasil tes Standard progresive Marrics (SPM). Adapun data tentang motivasi berprestasi dan partisipasi siswa dalam KIR diperoleh dari kuesioner motivasi bcrprcstasi dan partisipasi siswa dalam KIR. Sedangkan data tentang prestasi
belajar siswa diperoleh dari nilai rata-rata evaluasi hasil belajar (EI-IB) cawu II.
Analisis data dilakukan dengan memanfaatkan program Statistic Package for Social Science (SPSS).
Penelitian ini menunjukkan bahwa inteiigensi memberikan sumbangan yang
signihkan terhadap prestasi belajar. Adapun motivasi berprestasi dan partisipasi siswa dalam KIR tidak memberikan sumbangan signifikan terhadap prestasi belajar, baik pada saat dihitung sendiri maupun bersama-sama.
Walaupun tidak ditemukan sumbangan yang signifikan dari motivasi
berprestasi dan partisipasi siswa terhadap prestasi belajar, namun ditemukan hubungan yang positif antara motivasi berprestasi dan partisipasi siswadalam KIR.
Motivasi berprestasi ini pada gilirannya memberikan sumbangan terhadap prestasi belajar Oleh karena itu, peneliti menyarankan agar kegiatan KIR dikelola secara
optimal, sehingga dapat digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan mengembangkan motivasi berprestasi para siswa remaja.
Untuk penelitian lebih lanjut disarankan melakukan pengontrolan terhadap aspek sekolah (guna metode, sarana sekolah) agar hasil penelitian dapat digeneralisir
secara lebih luas Di samping itu, untuk mendapatkan hasil yang layak untuk keperluan generalisasi hendaknya penelitian juga dilakukan di beberapa SMUN di berbagai wilayah Jakarta."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
T38348
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joseph Kedang
"ABSTRAK
Semenjak pemberlakuan kurikulum 1975, sistem pendidikan dan
pengajaran di sekolah mengacu kepada ?Tendidikau Berdasrkan
Kompetensi" (PBK) atau ?Competency Based Educationi Strategi
pembelajaran yang dianut dalam sistem tersebut adalah ? belajar
tuntas? (mastery leaming), dengan kompetensi minimal, yang mengacu
kepada taksonomi Bloom. Optimasi strategi tersebut dilakukfm mclalui
evaluasi formatjf dan evaluasi sumatif. .
Berlatar taksonomi Bloom, pada penelitan ini diterapkan empat
perlakuan. Pedakuan BI, yakni evaluasi formatif tertulis disusul
umpan balik MULTI DIMENSI. Perlakuan B2, yaitu efvaluasi fonnatif
tertulis clisusul umpan balik UNI DIMENSI (benar-sa1a.h). Perlakurrn B3,adalah eveluasi formatif tertulis tetapi TIDAK ADA umpan halik.
Perlakuan B4, yakni TIDAK ADA evaluasi fonnatif tertulis dan
(tergtunya juga) TIDAK ADA umpan balik.
Pada setiap perlakuan di atas terdapat siswa-siswi berinteligensi
ICURANG (Al = < 90), siswa berinteligensi SEDANG (A?2,= 90 -110), dan
siswa berinte1igensi TINGGI (A3 = > 110).
Permasalahan pokok adalah ? apakah perlakuan evaluasiformatif
tertulis dan umpan balik mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
prestasi belajar kelompok siswa yang berbeda inteligensinya
Untuk menjawab pertanyaan pokok di atas, diketengahkan
sembilan hipotesis yakni (1) ada pengaruh perlakuan evaluasi formafif
tertulis dan umpan balik yang signifikan terhadap prestasi belajar
kelompok siswa yang berbeda inteligensinyag (2) umpan balik MULTI
DIMENSI [Bl] memberi pengaruh paling tinggi; (3) UMPAN BALIK
[B1+B2) mempunyei pengaruh lebih tinggi dari pada TANPA umpan
balik (B3+B4); (4) evaluasi formatif tertulis (BS) lebih unggul dari pada tanpa evlauasi formatif (B4); (5) ada interaksi yang signifikan
evaluasi formatif tertulis dan umpan balik dengan inteligensi; [6]
umpan balilc MULTI DIMENSI [Bl] lebih menguntungkan kelompok
siswa berinteligensi KURANG [A 1] dan SEDANG (AQ) dari panda
kelompok siswa berinteligensi TINGGI (A3); (7) UMPAN BALIK (BU-BQ)
lebih menguntungkau kelompok siswa bcriuteligensi KU RANG (A 1) dan
SEDANG (A2) dari pada kelompok inteligensi TINGGI (A3); (8) umpan
balik MULTI DIMENSI (Bl) membantu lebih banyak siswa mencapai
kompctensi minimal 70.0% pada evaluasi sumatif; (9) UMPAN BALIK
(B1+B2) membantu lebih banyak siswa mencapai kompetensi minimal
70.0% pada evaluasi sumatif.
Dari sembilan hipotesis penelitian, lima hipotesis cliterima yakni
(1) ada pengaruh evaluasi formatif tertulis dan umpan balik terhadap
prestasi belajar siswa ( hipotesis ke 1; hal. 149; 168) ; (2) umpan balik
MULTI DIMENSI (B 1) memberi pengaruh optimal terhadap prestasi
belajar siswa (hipotesis ke 2; hal. 15},'168) ; (3) UMPAN BALIK ( B1+
B2] Iebih unggul pengaruhnya dari pada TANPA uzcnpan balik (B3+
B4) (hfporesis ke 3; ha1.15s,~169; (4) umpan balik MULLT1 DIMENSI
memberi manfaat lebih besar kepada kelompok siswa berinteligensi
KURANG (A1) aan SEDANG (AQ) am pada kelompok siswa
berinteligensi TINGGI (A3) (h)hipetensis ke 6; ha.160,'169]; (5) frekuensi siswa yang mendapat UMPAN BALIK (B\+B2) lebih banyak mencapai kompetensi minimal 70.0% padn eveduasi sumatif dari pada frekuensi siswa. yang tidak medapat umpan 'balik (B3-+B4) (hipotesi ke 9; hal. 166;17o).
Dua hipotesis diterima sebagian, yakni (1) kelompok siswa
berinteligensi KURAN G (A 1) dan kalompok siswa berinteligensi
SEDANG (A2) , yang mendapat UMPAN BALIK (B 1+B2), mendapat
memfaat lebih besar berupe. peningkatan prestasi belajar yang
sigfiniken; ternyata hanya kelompok siswa berinteligensi KURANG
(Al) yang mendapat memfaat tersebut (hipotesis ke 7; hal- 1603715 (2)
frekuensi siswa yang mendapat umpan balik MULTI DIMENSI (131)
lebih banyak mencapai kompetensi minimal 70.0?% pada eveduasi
sumatif, dari pada feekuensi siswa dari perlakufm B2, Bl), B4;
kenyataannya frekuensi Bl hanya mengungguli frekuensi dari
kelompok B4, tetapi tidak lebih banyak dari kelompok B2 dam E33
(hipotesis ke 8; hal. 165,171 )
Dua hipotesis ditolak yalni (1) kelompok siswa yang mengikuti
evaluasi formaiif tertulis (B3) mempunyai presemtasi belajar lebih. tinggi secara signifikan dari pada kelompok siswa yang TIDAK mengikuti
evaluasi formatif` tertulis (B4) (hipotensis ke 4; hal.152:169). (2) Ada pengaruh intereksi yang signifikan antara evaluasi formatif tertu tulis dan umpan balik dengan inteligensi terhadap prestasi belajar kelompok siswa (hipotesrls ke 5; hal. 150,169 ).
Penelitian ini mengetengahkan Sejumlah saran untuk
Departemen terkait dan sekolah sehubungan dengan pelaksanaan
?secara murni dan konsekuen? dari sistern Pendidikcm Berdasakan
Kompetensi (PKB) dengan ?strategi belajar' tuntas? beracuan kriteria.
Rangkuman pendapat para pakar tentang evaluasi dan umpem balik
diketengahkan juga untuk mempertinggi daya guna penelitian ini dan
memperluas cakrawala pandang. Beborapa pokok terkait yang bulum
dapat dihadirkan pada penelitian ini, diutarakan sebagai ve1riabel
penelitian lanjutan bagi yang berkepentingan

"
1995
T37973
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tazkya Amany
"Oi Indonesia, kondisi status gizi anak usia sekolah tergolong buruk sehingga
menempatkan lndonesia sebagai negara dengan peringkat Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) yang rendah. Masalah status gizi yang sering terjadi pad a anak
usia sekolah di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti asupan nutrisi
dan aktivitas fisiko Status gizi merupakan salah satu faktor yang dapat
berpengaruh terhadap prestasi belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan an tara status gizi dengan prestasi belajar siswa SON 03 Pondok Cina,
Oepok. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 20 15 sampai dengan
September 2016 dengan desain potong lintang analitik dan jumlah subjek
penelitian sebesar 179 siswa (7-12 tahun). Pengambilan data dilakukan melalui
pengukuran BB dan TB, pengisian kuesioner faktor sosiodemografi, dan
pendataan niJai rapor. Hasilnya menunjukkan bahwa berdasarkan indeks BBrrB,
sebagian besar siswa memiliki status gizi normal (46,40%), dilanjutkan dengan
obesitas (21 ,20%), gizi kurang (20,10%), dan gizi lebih (12,30%). Terdapat lebih
banyak siswa dengan prestasi belajar yang rendah pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia (50,80%), Matematika (53,60%), dan IPA (50,30%). Oengan
menggunakan uji Chi-Square, status gizi (dibagi menjadi normal dan tidak
normal) menunjukkan hubungan yang bermakna secara statistik dengan prestasi
belajar Bahasa lndonesia (p=0,0 19) dan IP A (p=0,029), semen tara tidak terdapat
hubungan yang bermakna secara statistik dengan prestasi belajar matematika
(p=O,051). Pendapatan ayah menunjukkan hubungan yang bermakna secara
statistik dengan prestasi belajar Bahasa Indonesia (p=O,028), Matematika
(p=O,032), dan IPA (p=O,003). Oapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna secara statistik antara status gizi dengan prestasi belajar Bahasa
Indonesia dan IPA pada siswa SON 03 Pondok Cina."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70385
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferry Firdaus
"Pada umumnya sampai saat ini orang berpendapat bahwa siswa yang memiliki tingkat intelegensi tinggi biasanya akan memperoleh prestasi belajar yang tinggi pula, karena intelegensi merupakan bekal utama yang akan memudahkan dalam proses belajar yang akhimya akan menghasilkan prestasi belajar yang maksimal. Walaupun demikian dalam kenyataan sering ditemukan siswa yang prestasi belajarnya tidak sesuai dengan tingkat intelegensinya. Ada siswa yang memiliki kemampuan intelegensi relatif tinggi tetapi relatif rendah prestasi belajamya, balikan ada siswa yang walaupun intelegensinya relatif rendah dapat meraih prestasi belajar yang relatif tinggi. Prestasi belajar hanya dapat dilihat dari indikator prestasi akademik pada bidang studi sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhinya umumnya hanya dikaitkan dengan Intelligence Quotient (IQ). IQ dipandang oleh banyak praktisi pendidikan sebagai faktor utama penentu keberhasilan proses belajar. Daniel Goleman penulis buku Emotional Intelligence (El) menjelaskan bahwa manusia mempunyai dua jenis intelegensi, yaitu intelegensi rasional (IQ) dan intelegensi emosional (El). Dua intelegensi itu sangat berperan besar dalam kehidupan termasuk dalam keberhasilan belajar. El diperlukan untuk mengatasi tantangan dan hambatan yang muncul baik dari dalam diri siswa maupun dari luar siswa yang dapat secara langsung mempengaruhi kesejahteraan psikologis siswa. Dalam proses belajar siswa ke 2 jenis intelegensi ini sangat diperlukan. IQ tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa partisipasi EI. Siswa tidak akan dapat belajar dengan baik tanpa antisipasi penghayatan emosional akan mata pelajaran yang disajikan di sekolah. Selama ini dalam pengukuran IQ kemampuan emosi tidak diperhitungkan dan ini tampak pada sistem pendidikan di Indonesia. Sistem pendidikan yang ada lebih menitikberatkan pada upaya mencerdaskan rasional anak dibanding merangsang kemampuan emosi. Dengan kata lain sistem pendidikan yang kurang merangsang kemampuan emosi mengakibatkan siswa yang tidak dapat menghimpun kendali tertentu atas kehidupan emosionalnya akan mengalami pertarungan batin yang merampas kemampuan mereka untuk berkonsentrasi pada pelajaran atau untuk memiliki pikiran yang jernih. Obyek penelitian kali ini adalah siswa sebuah SMU di Jakarta Timur yaitu SMU 14. Sampel yang diambil sebesar 223 siswa atau 30% dari 741 siswa yang tersebar dari kelas 1 hingga kelas 3 yang umumnya berusia sekitar 15 hingga 18 tahun. Teknik sampling yang dipakai adalah stratified random sampling. Responden terdiri dari 106 siswa dan 117 siswi. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar dengan nilai korelasi pearson sebesar 0,693 dan koefisien determinasi 0,48 atau 48%. Pengaruh positif tersebut menunjukkan bahwa semakin baik kecerdasan emosional maka semakin baik pula prestasi belajarnya. Sebaliknya semakin lemah kecerdasan emosional maka semakin menurun pula prestasi belajarnya. Koefisien determinasi sebesar 48% menunjukkan adanya pengaruh faktor-faktor lain atau variabel variabel lain selain kecerdasan emosional sebesar 52%.

In general, to this day, people are of the opinion that students who have a high level of intelligence will usually obtain high learning achievements, because intelligence is the main provision that will facilitate the learning process which will ultimately result in maximum learning achievements. However, in reality it is often found that students whose learning achievements do not match their level of intelligence. There are students who have relatively high intelligence abilities but relatively low learning achievements. Conversely, there are students who, even though their intelligence is relatively low, can achieve relatively high learning achievements. Learning achievement can only be seen from indicators of academic achievement in the field of study, while the factors that influence it are generally only associated with Intelligence Quotient (IQ). IQ is seen by many educational practitioners as the main factor determining the success of the learning process. Daniel Goleman, author of the book Emotional Intelligence (El), explains that humans have two types of intelligence, namely rational intelligence (IQ) and emotional intelligence (El). These two intelligences play a big role in life, including success in learning. El is needed to overcome challenges and obstacles that arise both from within the student and from outside the student which can directly affect the student's psychological well-being. In the student learning process these two types of intelligence are very necessary. IQ cannot function properly without the participation of EI. Students will not be able to learn well without anticipating emotional appreciation of the subjects presented at school. So far, when measuring IQ, emotional abilities are not taken into account and this can be seen in the education system in Indonesia. The existing education system focuses more on efforts to educate children's rational abilities rather than stimulating emotional abilities. In other words, an education system that does not stimulate emotional abilities results in students who cannot muster a certain amount of control over their emotional lives, experiencing inner battles that rob them of their ability to concentrate on lessons or to have a clear mind. The objects of this research were students from a high school in East Jakarta, namely SMU 14. The sample taken was 223 students or 30% of 741 students spread from class 1 to class 3, generally aged around 15 to 18 years. The sampling technique used was stratified random sampling. Respondents consisted of 106 students and 117 female students. The results obtained from this research are that there is a positive and significant relationship between emotional intelligence and learning achievement with a Pearson correlation value of 0.693 and a coefficient of determination of 0.48 or 48%. This positive influence shows that the better the emotional intelligence, the better the learning achievement. On the other hand, the weaker the emotional intelligence, the lower the learning achievement will be. The coefficient of determination of 48% indicates the influence of other factors or variables other than emotional intelligence of 52%."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
S10564
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ganefi Evita Syaftari
1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisya M. Safri
"ABSTRACT
Pendahuluan: Kekerasan emosional atau kekerasan psikologis merupakan tindak penganiayaan secara emosional pada seseorang yang berlangsung lama sehingga menimbulkan efek samping pada perkembangan emosi dan kognitifnya. Tindakan kekerasan emosional pada anak sering tidak terdeteksi baik disebabkan oleh faktor individu, keluarga, dan lingkungan. Metode: Desain penelitian cross-sectional digunakan dalam penelitian ini dengan total subjek adalah 209 subjek. Subjek mengisi data demografi dan Childhood Trauma Questionnaire sebagai alat skrining perlakuan salah pada anak dan selanjutnya dinilai apakah anak terebut memiliki riwayat kekerasan emosional atau tidak. Setelah itu nilai rapor individu tahun ajaran 2016/2017 pada semester genap dikumpulkan untuk mengukur prestasi belajar. Hasil: Hasil dari proses pengisian data demografi didapatkan sebaran usia, jenis kelamin, suku, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, penghasilan orang tua, dan jumlah tanggungan orang tua. Uji Chi-square antara riwayat kekerasan emosional dan prestasi belajar memberikan hasil berupa nilai p = 0.176 dan RR = 1,135 (95% CI 0,850-1,516). Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara riwayat kekerasan emosional dengan prestasi belajar siswa sekolah menengah atas di Kecamatan Beji, Depok. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor perancu yang dapat memengaruhi prestasi belajar siswa Sekola Menengah Atas.

ABSTRACT
Introduction: Emotional or psychological violence is an act of emotional abuse to a person that lasts a long time, causing side effects on his emotional and cognitive development. Acts of emotional abuse in children are often not detected either due to individual, family, and environmental factors. Method: A cross-sectional study design was used in this study with a total of 209 subjects. Subjects filled out demographic data and Childhood Trauma Questionnaire as a screening tool for mistreatment of children and then assessed whether the child had a history of emotional abuse or not. After that, the individual report cards of the 2016/2017 school year in the even semester are collected to measure learning achievement. Results: The results of the demographic data filling process obtained the distribution of age, gender, ethnicity, parental education, parental occupation, parental income, and the number of dependent parents. Chi-square test between the history of emotional abuse and learning achievement gave the results in the form of p = 0.176 and RR = 1.135 (95% CI 0.850-1.516). Conclusion: There is no relationship between the history of emotional violence with the high school student achievement in Beji District, Depok. Further research is needed to find out the confounding factors that can affect the learning achievement of senior high school students."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dwi Indar Koeswoyo
"ABSTRAK
Reformasi daiam tubuli Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI)
bertujuan membentuk suatu lembaga penegak hiikum yang mandiri dan
profesional uiituk dapat melaksanakan tugas dan fiingsi pokoknya sebagaimana
digariskan dalam Undang Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia. Untuk mewujudkan tujuan tersebiit, dukungan
kiialitas siimber daya manusia POLRI mutlak diperliikan. Salali satu sisi yang
menarik untuk dicermati dan akan dijadikan dasar penelitian ini adalali aspek well
educated dan well trained. Hal itu dikarenakan pendidikanlah yang mencetak
sosok polisi seperti yang diliarapkan oleh masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada hubungan antara minat
menjadi Bintara Sabhara Polisi dengan prestasi belajar siswa Pendidikan Pertama
Bintara Polisi Sekolah Kepolisian Negara (SPN) Lido dan kontribusi aspek minat
terhadap prestasi belajar. Sampel diambil mengunakan metode insidental
sampling dari 100 siswa Bintara Polisi Sekolah Kepolisian Negara (SPN) Lido.
Untuk melihat hubungan tersebut dilakukan analisa korelasi ( r ) Pearson Product
Momen, sedangkan untuk melihat kontribusi aspek-aspek minat terhadap prestasi
belajar dilakukan perhitungan Multiple Regression. Hipotesis yang diajukan
adalah bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara minat menjadi Bintara
Sabhara Polisi dengan prestasi belajar siswa Pendidikan Pertama Bintara Polisi
Sekolali Kepolisian Negara (SPN) Lido.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubimgan yang signifikan antara
minat menjadi Bintara Sabhara Polisi dengan prestasi belajar siswa Pendidikan
Pertama Sekolah Kepolisian Negara (SPN) Lido. Hal ini disebabkan minat
merupakan faktor perangsang untuk dapat melakukan suatu kegiatan menjadi
baik. Namun tidak selamanya minat berpengaruh langsung terhadap prestasi
belajar. Hal ini ditunjukkan dengan hasil penelitian, bahwa tidak semua aspek
minat memiliki hubungan yang signifikan terhadap prestasi belajar. Keberhasilan
seseorang juga ditentukan oleh kemampuan yang telah dimilikinya, karena minat
hanyalalr sebagai perangsang agar siswa mau belajar tetapi tidak menjamin
hasilnya baik. Sehingga dapat disimpulkan baliwa minat bisa berhubungan
dengan prestasi belajar apabila didukung dengan adanya kemampuan seseorang
atau faktor-faktor yang menunjang lainnya."
2003
S2907
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joko Suseno
"ABSTRAK
Banyak kritikan yang diungkapkan oleh masyarakat kepada Kepolisian
Negara Republik Indonesia (Polri) dalam melaksanakan tugas pokok
Kepolisian. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada beberapa kekurangan dalam
tubuh Polri. Polri sebagai organisasi telah berusaha secara maksimal
memenuhi kekurangan dalam melaksanakan tugas pokok kepolisian. Usaha
yang dilakukan adalah dengan meningkatkan profesionalisme polisi. Untuk
menghasilkan polisi yang profesional salah satunya adalah dengan cara
meningkatkan kualitas pendidikan Polri.
Pada lembaga pendidikan Polri, terutama Bintara siswa-siswa dituntut
untuk mempunyai nilai kebersamaan yang tinggi dan mempunyai prestasi yang
baik. Apabila dikaitkan dengan ilmu psikologi, nilai kebersamaan merupakan
salah satu aspek dalam motif afiliasi. Sedangkan tuntutan siswa pada lembaga
pendidikan Polri tampaknya bertentangan dengan beberapa hasil-hasil
penelitian. Dari hasil penelitian Fordham & Aqbu (dalam Gage & Berliner,
1998) ditemukan bahwa ada korelasi yang negatif antara motif afiliasi dengan
prestasi belajar. Namun demikian ada pula penelitian yang menunjukan bahwa
ada korelasi yang positif antara motif afiliasi dengan prestasi belajar Fordham
6 Aqbu (dalam Gage & Berliner, 1998). Tujuan penelitian ini ingin
mengetahui hubungan motif afiliasi dengan prestasi belajar di lembaga
pendidikan Polri.
Subyek penelitian ini terdiri dari 120 siswa SPN Lido yang diambil
secara insidental di SPN Lido. Untuk mengetahui motif afiliasi siswa SPN Lido
digunakan skala motif afiliasi. Untuk prestasi belajar diambil dari nilai rata-rata
mata pelajaran yang berisikan tentang operasional kepolisian. Selanjutnya data
yang diperoleh dihitung dengan teknik korelasi Pearson Product Moment
untuk mengetahui hubungan motif afiliasi dengan prestasi belajar.
Dari hasil perhitungan korelasi antara motif afiliasi dengan prestasi
belajar, diperoleh korelasi negatif sebesar - .015. Hal ini menunjukan bahwa
antara motif afiliasi dengan prestasi belajar mempunyai hubungan yang negatif
dan tidak signifikan. Artinya semakin tinggi motif afiliasi maka prestasi akan
makin rendah.
Hasil-hasil penelitian yang negatif dan tidak signifikan antara motif
afiliasi dengan prestasi belajar sesuai dengan penelitian yang diajukan
Fordham dan Aqbu (dalam Gage & Berliner, 1998). Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh adanya tugas-tugas perkembangan dewasa muda yang
mengikuti pendidikan untuk meningkatkan karir. Sehingga walaupun di
lembaga pendidikan seseorang didorong untuk mempunyai nilai kebersamaan yang tinggi namun mereka tetap mengutamakan prestasi yang tinggi. Saransaran
yang diajukan untuk penelitian selanjutnya antara lain sampel penelitian
harus dapat mewakili populasi yang ada dan menggunakan alat yang sudah
diuji validitas eksternalnya. Disamping itu perlu melibatkan variabel-variabel
lain yang diperkirakan mempengaruhi prestasi belajar."
2003
S3289
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evita E Singgih Salim
"Berbagai kemajuan yang telah dicapai saat ini membawa berbagai perubahan. Perubahan-perubahan ini menciptakan berbagai tantangan dan masalah yang harus dihadapi. Para ahli, antara lain Olson (1980) dan Raudsepp (1981), mengajukan kreativitas sebagai alternatif pemecahan masalah yang paling tangguh saat ini. Pendidikan merupakan salah satu usaha utama manusia untuk mempersiapkan individu dalam menghadapi tantangan dan masalah hidup. Dengan demikian seyogyanyalah pendidikan, selain berkaitan 'dengan kecerdasan, berkaitan erat pula dengan kreativitas. Selama ini faktor kreativitas kurang diperhitungkan dalam masalah pendidikan. Apakah pendidikan memang berkaitan pula dengan kreativitas, selain dengan inteligensi. Hal inilah yang ingin ditemukan dalam penelitian ini.
Metode penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 81 yang menyediakan seluruh program kekhususan (Al, A2, A3 dan A4). Penelitian menggunakan alat pengukuran TIKI-M, TKV, TKF dan Skala Sikap Kreatif, yang kemudian dilihat kaitannya dengan prestasi belajar yang dilihat dari prestasi yang diperoleh siswa dalam rapor semester empat. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan metode multiple regression, korelasi parsial dan korelasi tunggal.
Hasil penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara kreativitas dengan prestasi belajar di SMAN 81 tidak cukup signifikan. Inteligensilah yang memiliki hubungan yang lebih erat dengan prestasi belajar. Hasil penelitian mengenai saling terkaitnya faktor Inteligensi kreativitas verbal dan kreativitas figural membuktikan bahwa ketiganya saling terkait secara signifikan dan positif (kecuali pada Program Pengetahuan Budaya CA4)."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>