Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Roddon, Louise
London: Headlin, 1994
618.172 ROD a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Maissie Lince Trisia
"Premenstrual Syndrome (PMS) adalah gangguan yang terjadi sebelum menstruasi, ditandai dengan gejala fisik dan psikologis seperti sakit kepala, nyeri payudara, kembung, kelelahan, nyeri perut, kecemasan, hingga depresi. Pada remaja disabilitas, terdapat keterbatasan dalam mengkomunikasikan keluhan. Penelitian ini bertujuan menggambarkan kondisi PMS pada remaja disabilitas dengan metode cross-sectional dan teknik non-probability sampling, melibatkan 120 responden di wilayah Jabodetabek. Instrumen menggunakan Shortened Premenstrual Assessment Form (SPAF) dan menggunakan analisis univariat. Hasil menunjukkan mayoritas responden berdomisili di Jakarta (62,5%), berusia remaja pertengahan (47,5%), memiliki tingkat pendidikan dasar (56,7%), dan mengalami disabilitas intelektual (53,3%). Sebanyak 52,5% responden mengalami PMS berat, 25,8% PMS tingkat sedang, 20% PMS ringan, dan 1,7% tidak menunjukkan gejala. Hasil ini menegaskan pentingnya peran orang tua dan guru sebagai pendamping utama dalam mengenali serta mengatasi PMS pada remaja disabilitas. Penelitian ini diharapkan menjadi dasar untuk pengembangan intervensi kesehatan reproduksi yang inklusif dan strategis, guna meningkatkan kualitas hidup remaja disabilitas secara holistik.

Premenstrual Syndrome (PMS) is a multifactorial disorder preceding menstruation, characterized by physical and psychological symptoms, including headaches, mastalgia, bloating, fatigue, back and/or abdominal pain, food cravings, anxiety, even depression. Adolescents with disabilities frequently encounter challenges in conveying symptoms. This study aims to delineate the characteristics of PMS among adolescents with disabilities. A cross-sectional study design was employed, utilizing non-probability sampling to recruit 120 female adolescents with various types of disabilities in the Greater Jakarta area (Jabodetabek). Data were collected using the Shortened Premenstrual Assessment Form (SPAF) and analyzed through univariate statistical methods. The results revealed that the majority of respondents resided in Jakarta (62.5%), were in mid-adolescence (47.5%), had a primary education level (56.7%), and were diagnosed with intellectual disabilities (53.3%). Additionally, 52.5% of respondents reported severe PMS symptoms, 25.8% experienced moderate symptoms, 20% exhibited mild symptoms, and 1.7% did not report any symptoms. The findings underscore the importance of the roles of parents and educators as proximal caregivers in recognizing and addressing PMS symptoms in adolescents with disabilities. This study provides foundational insights for the development of inclusive and evidence-based reproductive health interventions aimed at enhancing the overall quality of life of adolescents with disabilities. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Estiani
"Premenstrual Syndrome (PMS) adalah kumpulan gejala fisik, psikologis, dan emosional yang terkait dengan siklus menstruasi yang biasanya terjadi 7-14 hari sebelum periode menstruasi dan menghilang ketika menstruasi dimulai. Gejala yang muncul dapat mengganggu aktivitas. Salah satu faktor penyebab Premenstrual Syndrome adalah usia menarche dan asupan zat gizi mikro. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis data sekunder terkait hubungan antara usia menarche dan asupan zat gizi mikro dengan kejadian Premenstrual Syndrome pada remaja putri di SMAN 4 Surabaya tahun 2017. Penelitian ini menggunakan studi Cross Sectional dengan pendekatan kuantitatif. Data dianalisis secara multivariat dengan uji regresi logistik. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara usia menarche (p=0,0005), vitamin B1 (p=0,033), vitamin B2 (p=0,011), vitamin B6 (p=0,023), vitamin E (p=0,045), zink (0,014), dan kolesterol (0,001) dengan kejadian Premenstrual Syndrome. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa asupan natrium merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan kejadian Premenstrual Syndrome dengan OR=5,787 artinya remaja putri yang memiliki asupan natrium tinggi berisiko mengalami kejadian Premenstrual Syndrome 5,8 kali lebih tinggi dibandingkan remaja putri yang tidak mengonsumsi natrium secara berlebih, setelah dikontrol usia menarche, vitamin B1, vitamin B2, zink, dan kolesterol

Premenstrual Syndrome (PMS) consists of physical, psychological, and emotional symptoms associated with menstrual cycle which usually occurs 7-14 days before the menstrual period and disappears when menstruation begins. The symptoms can even cause interference activities. Menarche and micronutrition intake are the factors causing PMS. The purpose of this study was to analyze the relationship between menarche and micronutrition intake with PMS in adolescent girls at SMAN 4 Surabaya in 2017. This study uses a ross sectional study with a quantitative approach. Data analyzed by logistic regression. The result of bivariate analysis found correlation between menarche (p=0,0005), vitamin B1 (p=0,033), vitamin B2 (p=0,011), vitamin B6 (p=0,023), vitamin E (p=0,045), zinc (0,014), dan cholesterol (0,001) with Premenstrual Syndrome. The results of multivariate analysis found that sodium intake is the dominant variable in the correlation with Premenstrual Syndrome, OR=5,787 means that adolescent girls with high sodium intake will increase the risk of Premenstrual Syndrome 5,8 times higher than adolescent girls with normal sodium intake, after controlled by menarche, vitamin B1, vitamin B2, zinc, dan cholesterol"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Rasha Hafira
"Sistem reproduksi pada perempuan memiliki peran yang sangat penting dimana salah satu tanda penting dari tahap pubertas perempuan adalah dimulainya siklus menstruasi pertama atau menarche. Namun, banyak perempuan yang menghadapi gangguan sebelum awal siklus menstruasi dimulai, yaitu premenstrual syndrome atau sindrom pramenstruasi. Faktor-faktor beragam dapat mempengaruhi kemunculan dan keparahan Premenstrual Syndrome, diantaranya adalah aktivitas fisik, ansietas, dan kualitas tidur. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, metode cross-sectional, dan melibatkan empat jenis kuesioner. Kuesioner-kuesioner yang digunakan mencakup International Physical Activity Questionnaire (IPAQ), Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), Zung Self-Rating Anxiety Scale (ZSAS), dan Shortened Premenstrual Assessment Form (SPAF). Pengambilan data dilakukan dengan metode quota sampling pada 172 responden. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis univariate serta analisis bivariate Chi-Square. Ditemukan hasil bahwa sebagian besar responden memiliki derajat premenstrual syndrome berat, tingkat aktivitas fisik sedang, dan kualitas tidur buruk. Temuan utama penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan premenstrual syndrome (p value 0.375, p value >0.05), terdapat hubungan antara ansietas dengan premenstrual syndrome (p value 0.00, p value <0.05), dan hubungan antara kualitas tidur dengan premenstrual syndrome (p value 0.039, p value <0.05).

The female reproductive system plays a crucial role, particularly in marking the puberty stage with the onset of the first menstrual cycle or menarche. However, many women encounter disturbances before the initiation of menstruation, known as premenstrual syndrome or PMS. Various factors can influence the occurrence and severity of Premenstrual Syndrome, including physical activity, anxiety, and sleep quality. This research employs a quantitative approach, a cross-sectional method, and involves four types of questionnaires: the International Physical Activity Questionnaire (IPAQ), Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), Zung Self-Rating Anxiety Scale (ZSAS), and Shortened Premenstrual Assessment Form (SPAF). Data collection is conducted through quota sampling method with 172 respondents. Data analysis includes univariate and bivariate Chi-Square analysis. The findings indicate that a majority of respondents experience severe premenstrual syndrome, moderate physical activity levels, and poor sleep quality. The primary research results reveal no significant relationship between physical activity and premenstrual syndrome (p value 0.375, p value >0.05), a significant association between anxiety and premenstrual syndrome (p value 0.00, p value <0.05), and a correlation between sleep quality and premenstrual syndrome (p value 0.039, p value <0.05)."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayatun Fil Ilmi
"Premenstrual syndrome merupakan kumpulan gejala fisik, psikologis, dan emosi, yang dialami wanita pada 7-14 hari sebelum mentruasi akibat perubahanhormonal yang berhubungan dengan siklus ovulasi. Tujuan penelitian ini adalahmengetahui faktor dominan yang berhubungan dengan gejala premenstrualsyndrome. Desain studi dalam penelitian ini adalah cross sectional dengan tekniksampling consecutive sampling. Sampel penelitian berjumlah 130 mahasiswi yangberasal dari S1 reguler Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Departemen ArsitekFakultas Teknik angkatan 2015/2016. Variabel yang diteliti terdiri dari gejalapremenstrual syndrome, tingkat stres, aktivitas fisik, asupan gizi mikro piridoksin, vitamin D, kalsium dan magnesium, pola tidur, dan status gizi.
Hasil penelitian menunjukan sebanyak 36,9 mahasiswi mengalami premenstrualsyndrome gejala sedang hingga berat. Terdapat hubungan yang signifikan antaratingkat stres p=0,001, asupan piridoksin p=0,003, asupan magnesium p=0,044, pola tidur p=0,006 dengan gejala premenstrual syndrome. Faktoryang paling dominan terhadap premenstrual syndrome adalah pola tidur OR=3,580, diikuti tingkat stres dan asupan piridoksin. Mahasiswi dengan polatidur yang buruk berisiko mengalami premenstrual syndrome 3,580 kali lebihtinggi dibandingkan dengan mahasiswi yang memiliki pola tidur yang baik.Disarankan pihak kampus dapat memberikan promosi kesehatan yangberhubungan dengan gejala premenstrual syndrome, pentingnya pola tidur yangbaik dan cukup, pengendalian stress, dan pentingnya asupan gizi mikro.

Premenstrual syndrome is a complex of symptoms, including physic, phsycology,and emotion that is experienced by some women, 7 14 days before women rsquo speriod, it is cause by hormonal changes related to ovulation. The purpose of thisstudy was to determine the risk factors related to PMS. The research used crosssectional study design with sampling technique used consecutive sampling. Asample of this study was 130 student at FKM and Architecture Departement ofUniversitas Indonesia. Data collected include PMS occurrence, stress level,phsycal activities, intake of micronutrient pyridoxine, vitamin D, Ca, Mg, sleeppattern and nutritional status.
The result showed 36,9 of subject had moderat tosevere PMS level. There was relationship between stress level p 0,001, pyridoxine intake p 0,003, Mg intake p 0,044, sleep patern p 0,006 withPMS. Sleep pattern OR 3,580 was the most dominant influence of premenstrualsyndrome followed by stress level and pyridoxine intake. Student with poor sleeppattern had experience PMS 3,580 higher than student with good sleep pattern.Researcher recommend to The University able to give health promotion related toPMS, the importance of good sleeping pattern, stress management, the importanceof micronutrient intake.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48646
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sella Devita
"Sindrom pramenstruasi merupakan kumpulan gejala yang muncul pada fase luteal yang menyebabkan ketidaknyamanan serta penurunan kualitas hidup. Salah satu faktor yang mempengaruhi keluhan sindrom pramenstruasi adalah aktivitas fisik. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan skor aktivitas fisik dengan keluhan sindrom pramenstruasi. Sampel penelitian adalah 104 anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Universitas Indonesia. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner aktivitas fisik Baecke dan Shortened Premenstrual Assessment Form. Hasil penelitian menunjukkan sebagian kecil mahasiswi mengalami sindrom pramenstruasi serta tidak ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik total dan sindrom pramenstruasi, namun terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik olahraga dan sindrom pramenstruasi (r=- 0,230, p=0,019). Mahasiswi disarankan untuk melakukan aktivitas olahraga yang cukup dan teratur untuk mengurangi keluhan sindrom pramenstruasi.

Premenstrual syndrome is the symptom which occurs in the luteal phase and cause discomfort and decrease life quality. One of the factors which contribute to premenstrual syndrome is physical activity. The purpose of this study was to determine the correlation between physical activities score and premenstrual syndrome. A sample of this study was 104 members of Unit of Student Activities. Data were collected using Shortened Premenstrual Assessment Form and Baecke physical activity questionnaire. The result showed a small number of students had premenstrual syndrome and there were no significant correlation between total physical activities and premenstrual syndrome, but there was a significant correlation between sport and premenstrual syndrome (r=-0,230; p=0,019). This study encourages students to do sport regularly and sufficiently to decrease premenstrual syndrome.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
S61126
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library