Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Armina Puji Utari
"Pemberian ASI pada bayi prematur dapat menjadi upaya untuk menurunkan kematian bayi dan meningkatkan status kesehatannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui praktek pemberian ASI eksklusif bayi prematur dan determinannya pada Komunitas Prematur Indonesia. Penelitian menggunakan disain cross sectional, pengumpulan data melalui pengisian kuisioner online pada 108 orang anggota Komunitas Prematur Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan 31,5% ibu yang memberikan ASI eksklusif pada bayi prematur. Keyakinan ibu, pengetahuan tentang ASI, dan dukungan tenaga kesehatan berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif bayi prematur. Keyakinan ibu merupakan faktor yang dominan berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif, ibu yang yakin mempunyai peluang 3,6 kali untuk memberikan ASI eksklusif pada bayi prematur dibanding ibu yang tidak yakin setelah dikontrol oleh pengetahuan ibu tentang ASI dan dukungan tenaga kesehatan.

Breastfeeding in premature infants may become an effort to reduce infant mortality and improve health status. The aim of this study is to investigate the exclusive breastfeeding practices and its determinant among premature infants in Komunitas Prematur Indonesia. Cross sectional design, and self-administered online questionnaire on 108 members of Komunitas Prematur Indonesia were used in this study. The results showed that exclusive breastfeeding mothers in premature infants was 31.5 %. Self-efficaccy, mothers knowledge about breastffeeding, and health workers support are associated with exclusive breastfeeding practices in premature infants. Self-efficacy was a dominant factor associated with exclusive breastfeeding practices, mothers who are certain had 3.6 times opportunity for exclusive breastfeedingin premature infants than mothers who uncertain, once controlled by the mother's knowledge about breastfeeding and support of health workers."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Made Sukmawati
"ABSTRAK
Latar belakang: Intoleransi minum merupakan masalah yang sering dihadapi bayi kurang bulan. Eritromisin merupakan salah satu prokinetik yang sering digunakan, namun pemberiannya masih merupakan kontroversi.
Tujuan: Mengetahui efikasi eritromisin oral dalam meningkatkan toleransi minum pada bayi kurang bulan.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian uji klinis acak tersamar yang dilakukan pada bayi kurang bulan di RSUP. Sanglah Denpasar dari bulan Juni 2015 hingga Januari 2016. Sampel dilakukan randomisasi menjadi dua kelompok, kelompok perlakuan mendapatkan eritromisin 12,5 mg/kg setiap 8 jam sedangkan kelompok kontrol mendapat plasebo. Luaran primer yang dicari adalah waktu untuk mencapai nutrisi enteral penuh. Luaran sekunder adalah berat badan saat mencapai nutrisi enteral penuh dan lama rawat rumah sakit.
Hasil: Selama penelitian didapat 62 sampel, dimana 3 sampel di drop-out. Tiga puluh sampel didapat pada kelompok eritromisin dan 29 sampel pada kelompok kontrol. Tidak ada perbedaan data dasar pada kedua kelompok. Rerata usia gestasi adalah 31,4+1,7 minggu pada kelompok perlakuan dan 32,4+2,2 minggu pada kelompok kontrol. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna dalam mencapai nutrisi enteral penuh yakni 10+5,3 hari pada kelompok eritromisin dibandingkan 8+6,5 hari pada kelompok kontrol (p=0,345). Tidak ada perbedaan yang bermakna dalam berat badan saat mencapai nutrisi enteral penuh dan lama perawatan di rumah sakit.
Simpulan: Eritromisin dosis oral 12,5 mg/kgBB setiap 8 jam secara rutin tidak mempercepat waktu nutrisi enteral penuh pada bayi kurang bulan. Tidak ada perbedaan berat badan saat mencapai nutrisi enteral penuh dan lama perawatan pada kedua kelompok.

ABSTRACT
Backgrounds: Feeding intolerance is a common condition that affects premature infants. Erythromycin is one of the prokinetic agents to treat feeding intolerance, but the use of this agent is still controversy.
Objectives: To evaluate the effectiveness of oral erythromycin to enhance feeding tolerance in premature infants.
Design: This study is a prospective randomized controlled trial on premature infants in Sanglah Hospital from June 2015 until January 2016. Eligible infants were randomized to receive 12.5 mg/kgBW/dose 8 hourly oral erythromycin or plasebo. The primary outcome was the time to establish full enteral feeding. The secondary outcomes were weight at full enteral feeding and duration of hospital stay.
Results: There were 62 samples during the study, 3 infants were dropped out. Thirty infants were given erythromycin and 29 infants were given placebo. The baseline of the two groups was similar, mean of gestational age was 31.4+1.7 weeks in erythromycin group and 32.4+2.2 weeks in placebo group. The time to reach full enteral feeding did not differ statistically between the 2 groups, 10+5.3 days in erythromycin group vs 8+6.5 days (p=0,345) in placebo group. There were no significant differences between the two groups regarding the body weight at full enteral feeding and duration of hospital stay.
Conclusion: Erythromycin 12.5 mg/kgBW/dose every 8 hours as prophylactic treatment does not enhance feeding tolerance in premature infants. There were no significant differences between the two groups regarding body weight at full enteral feeding and duration of hospital stay."
Lengkap +
2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ludwy Handhayanti
"Bayi prematur dengan alat bantu nafas ventilasi mekanik memerlukan tindakan bersihan jalan napas. Penelitian menggunakan quasy experiment pada dua kelompok A dan B untuk mengetahui perubahan saturasi sebelum, selama dan setelah tindakan bersihan jalan napas. Kelompok A open suction dan B closed suction masing-masing 30 dan 10 bayi prematur. Analisis menggunakan uji statistik repeated Anova yang dilanjutkan dengan post hoc paired wise comparison. Tindakan bersihan jalan napas menggunakan open suction nilai p kurang 0,001 secara statistik terdapat perbedaan rerata yang bermakna terhadap perubahan saturasi, sedangkan closed suction nilai p kurang 0,001 terdapat perbedaan rerata yang bermakna terhadap perubahan saturasi. Penggunaan alat pengisap lendir closed suction menunjukan keadaan saturasi oksigen lebih stabil, sehingga lebih disarankan untuk tindakan bersihan jalan napas pada bayi prematur. Penggunaan closed suction akan efektif pada keadaan sekret yang encer.

Premature infant with a mechanical ventilation need airway clearance. The study used quasy experiment in two groups A and B to provide information before and after airway clearance. Group A open suction and B closed suction each of 30 and 10 premature infants. The analysis used the statistical repeated Anova test followed by post hoc paired wise comparison. Airway clearance using an open suction with p.value 0.001, statistically, there is a mean actually oxygen saturation, while closed suction p value of less than 0.001 is the average actually oxygen saturation. The used closed suction shows a more stable oxygen saturation state, more for airway clearance in premature infants. The use of the closed suction will be effective in the state of dilute secretions.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zolla Amely Ilda
"Pelibatan ibu dalam perawatan bayi prematur merupakan salah satu komponen konsep family centered care. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pelibatan ibu terhadap interaksi ibu dan bayi dan kepercayaan diri ibu dalam merawat bayi prematur. Desain penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen one-group pretest-posttest. Penelitian ini melibatkan 16 orang ibu dan bayinya yang dipilih dengan teknik konsekutif di ruang Perinatologi di sebuah RSUP di Jakarta, selama sebulan. Instrumen yang digunakan untuk menilai interaksi ibu-bayi adalah terjemahan Modified Observation of Communication Interaction dan kepercayaan diri ibu diukur menggunakan Maternal Confidence Questionaire yang juga diterjemahkan. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa skala interaksi ibu-bayi dan kepercayaan diri ibu meningkat secara signifikan (p= 0,0005). Hasil penelitian ini merekomendasikan upaya peningkatan pelibatan ibu dalam perawatan bayi prematur di ruang Perinatologi.

Enhancement of Mother-Infant Interaction and Maternal Confidence: The Impact of Mother Involvement in Infant Care in the Neonatology Unit. Mothers? involvement in premature infant care is one of components of the family centered care. The purpose of this study was to examine the impact of mothers? involvement on mother-infant interactions and maternal confidence in premature infant care. This study used a quasy experimental with one-group pretest-posttest design. Sixteen participants were selected using consecutive sampling technique in Neonatal Unit Level I-II in General Hospital in Jakarta during one month. Modified Observation of Communication Interaction was translated in to Indonesian and used to observe mother-infant interaction and maternal confidence measured by translated Maternal Confidence Questionaire. The result of statistic analysis showed that mother-infant interactions scale and maternal confidence increase significantly (p= 0.0005). This study recommends the improvement of mothers? involvement in premature infant care in neonatal unit."
Lengkap +
Padang: Poltekkes Kemenkes Padang. Jurusan Keperawatan ; Universitas Indonesia. Fakultas Ilmu Keperawatan, 2013
610 JKI 16:3 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Holivia Almira Jacinta
"Kelahiran bayi prematur atau bayi yang lahir sebelum usia 37 minggu merupakan penyebab tertinggi yang mempengaruhi morbiditas dan mortalitas bayi dalam fase perinatal di dunia. Kelahiran bayi prematur disertai dengan kondisi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan indikator kuat terjadinya gangguan makan pada bayi yang dikaitkan dengan refleks oral motor yang inadekuat dan koordinasi hisap-menelan-dan bernapas yang buruk. Gangguan pada proses makan bayi berisiko tinggi meningkatkan kejadian gagal tumbuh (failure to thrive), keterlambatan perkembangan, dan pemulangan bayi dengan menggunakan selang OGT. Premature Infant Oral Motor Intervention (PIOMI) merupakan salah satu stimulasi oro-motor yang dapat digunakan untuk meningkatkan refleks hisap dan menelan bayi dan meningkatkan kesiapan proses transisi makan bayi dari enteral ke oral. Karya ilmiah ini memuat gambaran mengenai pemberian asuhan keperawatan kepada bayi prematur dengan BBLR dan problem feeding berusia 36 minggu melalui penerapan PIOMI sebagai intervensi berbasis bukti. PIOMI dilakukan selama dua kali sehari dalam waktu sepuluh hari berturut-turut dengan durasi tindakan selama lima menit. Hasil evaluasi menunjukkan PIOMI efektif dalam meningkatkan refleks hisap bayi yang secara objektif pengukurannya dilakukan melalui penghitungan skor Premature Oral Feeding Readiness Asessment Scale (POFRAS) dan didapatkan peningkatan dari skor 15 menjadi 36. PIOMI pun mampu meningkatkan kesiapan makan bayi dari enteral ke oral setelah PIOMI dilakukan secara terus menerus selama sembilan hari.

The birth of premature infants or infants born before 37 weeks of age is the leading cause of infant morbidity and mortality in the perinatal phase worldwide. Premature birth accompanied by low birth weight (LBW) is a strong indicator of infant feeding disorders associated with inadequate oral-motor reflexes and poor suction-swallowing-and-breathing coordination. Infant feeding disorders have a high risk of increasing the incidence of failure to thrive, developmental delay, and discharge with the use of Orogastric Tube (OGT). Premature Infant Oral Motor Intervention (PIOMI) is one of the oral motor stimulations that can be used to improve infant suction and swallowing reflexes and increase readiness for the transition of infant feeding from enteral to oral. This scientific work contains a description of the provision of nursing care to premature infants with LBW and feeding problems aged 36 weeks through the application of PIOMI as an evidence-based review intervention. PIOMI was performed twice a day for ten consecutive days with a duration of five minutes. The results of the evaluation showed that PIOMI was effective in improving infants' suction reflexes, objectively measured through the calculation of the Premature Oral Feeding Readiness Assessment Scale (POFRAS) score and an increase from a score of 15 to 36. PIOMI was also able to improve infants' feeding readiness from enteral to oral after nine days of continuous PIOMI treatment.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yossy Utario
"Masalah utama yang terjadi pada bayi prematur adalah gangguan oksigenasi, sehingga memerlukan alat bantu napas. Efektifitas alat bantu napas Continuous Positive Airway Pressure CPAP dapat ditingkatkan dengan mengatur posisi tidur bayi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh posisi quarter prone terhadap status oksigenasi bayi prematur yang menggunakan CPAP. Penelitian ini menggunakan rancangan uji klinis acak terkontrol dengan cross-over design. Sampel berjumlah 15 bayi prematur yang menggunakan CPAP. Randomisasi alokasi dilakukan untuk menentukan responden dalam kelompok intervensi quarter prone atau kelompok kontrol supine terlebih dahulu. Pengukuran status oksigenasi dilakukan menggunakan lembar observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan ada perbedaan yang bermakna pada saturasi oksigen bayi prematur yang menggunakan CPAP pada kelompok quarter prone dibandingkan dengan posisi supine p=0,045 . Posisi quarter prone efektif untuk meningkatkan status oksigenasi bayi prematur yang menggunakan CPAP. Disarankan agar posisi quarter prone dapat diterapkan sebagai salah satu tindakan mandiri perawat di ruang perawatan neonatus.

The main problem that occurs in premature infants was oxygenation disorders, thus requiring respiratory support. The effectiveness of Continuous Positive Airway Pressure CPAP can be improved by adjusting the body position. The aimed of this study was examine the effect of quarter prone position on oxygenation status of the premature infants using CPAP. This study used a randomized controlled trial with cross over design. Fifteen premature infants receiving CPAP were selected. Randomization of allocation was done to determine the respondent in the intervention group quarter prone or control group supine first. Measurement of oxygenation status was performed using an observation form. The result shown significant difference in the oxygen saturation of premature infants using CPAP in the quarter prone group compared with the supine group p 0,045 .The quarter prone position was effective for improving the oxygenation status of premature infants using CPAP. It is recommended the position of quarter prone can be applied as one of nursing care in neonatal nurseries."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T48481
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Dwi Insani
"Latar Belakang: Bayi sangat prematur adalah kelompok bayi risiko tinggi yang rentan terhadap luaran neurodevelopmental yang buruk. Penelitian menunjukkan bahwa pemberian nutrisi secara dini dan agresif dapat mengurangi kejadian malnutrisi pada bayi sangat prematur. Saat ini, RSUP Fatmawati belum mempunyai protokol nutrisi yang standar untuk bayi prematurnya dan ingin melakukan perubahan dengan menerapkan protokol standar nutrisi bayi prematur dari RSCM. Tujuan: Untuk mengetahui beda waktu kembali ke berat lahir dan pola pemberian nutrisi bayi sangat prematur/BBLSR yang lahir dan dirawat di Unit Neonatologi RSUP Fatmawati sebelum dan sesudah penerapan protokol standar nutrisi bayi prematur RSCM. Metode: Dilakukan penelitian quasi eksperimental terhadap 23 bayi sangat prematur/berat lahir sangat rendah di Unit Neonatologi RSUP Fatmawati pada bulan Juli – November 2019. Bayi dieksklusi bila orangtua menolak berpartisipasi atau mempunyai kelainan kongenital yang mempengaruhi status nutrisi. Sampel pada kelompok intervensi diberikan nutrisi sesuai protokol standar nutrisi bayi prematur RSCM dan diikuti hingga kembali ke berat lahir dan mencapai fullfeed. Pola pemberian nutrisi yang juga dievaluasi sebagai luaran sekunder (waktu dimulainya nutrisi enteral dan mencapai fullfeed, waktu dimulainya pemberian protein dan lipid, waktu tercapainya protein, lipid dan kalori tertinggi serta jumlah protein, lipid, kalori dan GIR tertinggi). Data pasien pada kelompok kontrol diambil dari data rekam medik bayi sangat prematur/berat lahir sangat rendah yang sudah pulang dari RSUP Fatmawati dari Januari 2016 – Juni 2019 dan dibandingkan dengan kelompok intervensi. Hasil: Penerapan protokol standar nutrisi bayi prematur RSCM dapat mempercepat waktu kembali ke berat lahir (kontrol vs intervensi: 16,7 (5,1) vs 7,4(3,5) hari, p= 0,00) dan mempercepat growth velocity (kontrol vs intervention: 8,9 (6,9) vs 14,6 (6,0), p=0,002) pada bayi sangat prematur/BBLSR yang dirawat di Unit Neonatologi di RSUP Fatmawati. Kesimpulan: Penerapan protokol standar nutrisi bayi prematur RSCM dapat mempercepat waktu kembali ke berat lahir dan growth velocity pada bayi sangat prematur/BBLSR yang dirawat di Unit Neonatologi RSUP Fatmawati. Kata kunci: nutrisi bayi prematur, nutrisi agresif dini, waktu kembali ke berat lahir, growth velocity.
.....Background: Very premature infants are a group of high-risk infants who are vulnerable to poor neurodevelopmental outcomes. Research shows that early and aggressive nutrition can reduce the incidence of malnutrition in very premature infants. At present, Fatmawati Hospital does not yet have a standard nutritional protocol for premature infants and want to make changes by implementing a standard protocol for preterm infant nutrition from RSCM. Objective: To determine the difference in days to regain birth weight and the pattern of nutrition for very premature/very low birth weight infants who were born and hospitalized in the Neonatology Unit of RSUP Fatmawati before and after the application of the standard protocol of premature infant nutrition of RSCM. Methods: A quasi-experimental study of 23 very preterm/very low birth weight infants in the Neonatology Unit of Fatmawati Hospital from July to November 2019. Infants were excluded if parents refused to participate or had congenital abnormalities that affects nutritional status. Samples in the intervention group were given nutrition according to RSCM premature infant nutrition protocol and followed until they return to birth weight and achieve fullfeed. Nutritional patterns were also evaluated as secondary outcome (day to begin enteral nutrition, growth velocity, days to reach fullfeed, days to start protein and lipid, days to reach the highest protein, lipid and calorie intake and the highest amount of protein, lipid, calories and GIR given). Data of samples in the control group were taken from medical records of very premature/very low birth weight babies discharged from Fatmawati Hospital from January 2016 - June 2019 and compared with the intervention group. Results: The application of RSCM premature infant nutrition protocol can shorten the days to regain birth weight (control vs intervention: 16.73 vs 7.43 days, p = 0.00) and fasten growth velocity (control vs intervention: 8,9 (6,9) vs 14,6(6,0), p=0,002) in very premature/low birth weight infant who were treated in the Neonatology Unit of Fatmawati. Conclusion: The application of RSCM premature infant nutrition standard protocol can accelerate time to regain birth weight and growth velocity in very premature/low birth weight infant in the Neonatology Unit, Fatmawati Hospital."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Suryawati Sukmono
"Latar Belakang: Pajanan nyeri menimbulkan efek merugikan baik pada neonatus kurang bulan maupun neonatus cukup bulan. Efek analgesik sukrosa pada penyuntikan intramuskular masih kontroversial. Efektivitas sukrosa untuk mengatasi nyeris saat vaksinasi hepatitis B pada neonatus cukup bulan belum pernah diteliti di Indonesia.
Tujuan: untuk mengetahui efek analgesik pemberian sukrosa disertai empeng saat vaksinasi hepatitis B pada neonatus cukup bulan.
Metode: penelitian ini menggunakan metode uji klinis acak tersamar ganda. Subjek secara random dibagi menjadi kelompok intervensi yang mendapatkan 2 mL sukrosa 24% disertai empeng, serta kelompok kontrol yang mendapatkan 2 mL aquabidestilata disertai empeng. Rasa nyeri yang dirasakan subjek dievaluasi dengan skor nyeri premature infant pain profile (PIPP).
Hasil: median skor PIPP pada kelompok yang diberikan sukrosa lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol (6 (2-15) vs 11 (2-15), p <0,0001). Lama tangis subjek pada kelompok yang mendapat sukrosa lebih singkat dibandingkan kelompok kontrol (11 (0-33) detik vs 19 (0-100) detik, p <0,0001). Pemberian empeng tidak memberikan efek sinergis dalam menurunkan skor nyeri maupun lama tangis subjek. Pada penelitian ini ditemukan satu subjek yang mengalami desaturasi hingga saturasi oksigen <88% saat pemberian sukrosa, namun efek samping ini tidak memerlukan terapi khusus.
Simpulan: sukrosa secara statistik menurunkan skor nyeri PIPP dan lama tangis saat vaksinasi hepatitis B pada neonatus cukup bulan.

Background: Pain causes adverse effect for preterm and also term newborn. Analgesic effect of sucrose during intramuscular injection is still a controversy. Sucrose effectivity in reducing pain in term newborn during hepatitis B vaccination has not been studied in Indonesia.
Objective: to examine analgesic effect of sucrose with pacifier during hepatitis B vaccination in term newborn.
Method: we used consecutive sampling to reach 70 subjects. Subject was randomised into intervension group receiving 2 mL of 24% sucrose solution with pacifier, and control group receiving 2 mL aquadest with pacifier. Pain was evaluated with the premature infant pain profile (PIPP) scoring system.
Result: median PIPP score in intervension group was significantly lower than control group (6 (2-15) vs 11 (2-15), p <0,0001). Cry duration in intervension group was significantly shorter than control group (11 (0-33) second vs 19 (0-100) second, p <0,0001). Pacifier had no synergistic effect in lowering PIPP score and cry duration. Decreased oxygen saturation below 88% was found in one subject receiving sucrose but additional therapy was not needed.
Conclusion: Sucrose was statistically significant in reducing pain score and cry duration during hepatitis B vaccination in term newborn.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ludwy Handhayanti
"Bayi prematur mudah kehilangan panas, salah satunya saat dilakukan tindakan invasif pengambilan darah. Penelitian mengunakan crossover design (desain ekperimen kontrol silang) dimana melakukan 2 uji coba intervensi yang bertujuan membandingkan 2 tindakan yang berbeda pada sampel yang sama. Responden dibagi menjadi 2 kelompok A & B masing-masing 18 bayi prematur. Analisis menggunakan uji statistik independent T,test. Tindakan invasif di inkubator pintu terbuka nilai p 0,001, secara statistik terdapat perbedaan rerata yang bermakna terhadap penurunan suhu tubuh bayi prematur; sedangkan radiant warmer nilai p 0,001 secara statistik terdapat perbedaan rerata yang bermakna terhadap peningkatan suhu tubuh bayi prematur sebelum dan sesudah tindakan invasif pengambilan darah di bawah radiant warmer. Radiant warmer mampu menghindari terjadinya hipotermia pada bayi prematur saat dilakukan tindakan invasif. Radiant warmer sebagai pemancar hangat dapat direkomendasikan untuk melakukan tindakan invasif pengambilan darah, tetapi tidak digunakan untuk perawatan secara rutin karena dapat meningkatkan IWL.

The premature infants tend to heat loss quickly. It can be occurred when they get invasive procedure venous puncture. The research uses crossover design by conducting 2 intervention tests to compare 2 different treatment to the same sample. This research involves two group of respondents; A and B with consists of 18 premature infants in each group. The process of data analisys uses statistical Independent T.Test. Intervention are conducted in open incubator p value 0,001 statistically range related to heat loss in premature infants. On the other hand, radiant warmer p value 0,001 statistically refers to the defferent range of heat gain before and after invasive procedure for venous puncture is given radiant warmert. Radiant warmer prevent the premature infant from hypothermia during invasive procedure. As its benefit, it becomes the preferable way to do invasive procedure. However, it is inadvisable for routine care of newborn infant since it can increase IWL.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T47683
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ketut Vanda Aryanthera Wisnu Nadia
"Masalah respirasi umum terjadi pada bayi prematur. Beberapa masalah respirasi yang dialami bayi prematur adalah kesulitan bernapas, penyakit paru-paru kronis, dan apnea. Apnea adalah kondisi ketika seseorang berhenti bernafas atau mengalami kesulitan menghirup udara melebihi 2 mL/kg. Penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan pada organ lain atau kematian. Oleh karena itu, pemantauan pada proses respirasi diperlukan. Namun, pemantauan respirasi di rumah sakit Indonesia, sebagian besar dilakukan secara manual dalam jangka waktu tertentu.
Dalam penelitian ini, dikembangkan rancang bangun perangkat pemantau respirasi berdasarkan refleksi cahaya untuk aplikasi inkubator bayi yang dapat beroperasi secara real-time. Perangkat ini terdiri dari sumber cahaya dengan panjanga gelombang 650 nm dan daya 5 mW, kertas reflektor, detektor, rangkaian pengkondisi sinyal, mikrokontroler Arduino UNO R3 dan juga buzzer untuk mengantisipasi situasi darurat, seperti apnea.
Perangkat diuji dengan simulator yang dapat diatur secara manual dengan mengikuti aplikasi metronome. Berdasarkan hasil, ditunjukkan bahwa error sebesar 1,99, nilai ini masih di bawah batas maksimal error untuk peralatan medis, yaitu 5. Batas tersebut berdasarkan AAMI Association for Advancement of Medical Instrument.

Respiratory problems are common in premature infants. Some of the problems of respiration experienced by premature infants are difficulty breathing, chronic lung disease, and apnea. Apnea is a condition when a person stops breathing or have difficulty in breathing the air that exceeds 2 mL kg. This disease can cause damage to other organs or death. Therefore, monitoring the premature respiratory process is needed. But in Indonesia, respiration monitoring at health centers mostly is done manually in a certain period of time.
In this research, we propose the design of respiration sensor based on laser reflection for infant incubator that can operate continuously. The device consists of a laser with wavelength 650 nm and power 5 mW, a paper reflector, detector, signal conditioning circuit, microcontroller Arduino UNO and also a buzzer for anticipating the emergency situation, such as apnea.
The device is tested with a simulator that can be set manually by following the metronome application. Based on the results, it is shown that the error is 1.99, this value is still below the maximum limit error for medical equipment, which is 5. The limit is based on AAMI Association for Advancement of Medical Instruments.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library