Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andhika Ridwan Achmadi
Abstrak :
Latar belakang: Pendidikan kedokteran merupakan proses yang panjang dan memiliki banyak rintangan. Dalam menempuh pendidikan kedokteran yang menantang, mahasiswa kedokteran memerlukan suatu karakter yang disebut resilience sebagai suatu karakter yang dapat menentukan ketahanan seseorang terhadap suatu tekanan. Berdasarkan beberapa studi, resilience seseorang dikatakan memiliki hubungan dengan kepribadiannya. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antar resilience dengan kepribadian sesuai dengan teori Big Five Personality pada mahasiswa kedokteran tingkat preklinik. Metode: Penelitian ini adalah penelitian cross sectional dengan sampel acak dari mahasiswa preklinik tingkat 1, 2, dan 3 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 2019. Total sampel yang mengisi kuesioner CD-RISC dan Big Five Personality Test adalah 607 responden. Hasil: Terdapat korelasi yang bermakna antara resilience dengan empat macam komponen kepribadian berdasarkan teori Big Five. Korelasi bermakna tersebut adalah ketika resilience dihubungkan dengan komponen extraversion (r=0,342, p<0,001), agreeableness (r=0,203, p<0,001), conscientiousness (r=0,251, p<0,001), dan openness (r=0,333, p<0,001). Sebaliknya, resilience tidak memiliki korelasi bermakna dengan satu komponen kepribadian berdasarkan teori Big Five, yaitu neuroticism (p>0,05). Simpulan: Didapatkan hubungan antara resilience dengan kepribadian dengan konsep Big Five. Meski demikian, hubungan tersebut tidak seluruhnya merupakan korelasi yang signifikan. Korelasi signifikan didapatkan pada hubungan resilience dengan komponen kepribadian extraversion, agreeableness, dan conscientiousness. Sebaliknya, komponen kepribadian neuroticism tidak memiliki korelasi signifikan dengan resilience. ......Background: Resilience is required for undergraduate medical students to bounce back from plausible adversities and to overcome challenges in their education. Studies show that resilience capacity is determined by multiple factors, including personality. Aim: This study aims to assess relationship between resilience and students’ personality from the lens of Big Five Personality framework in preclinical year undergraduate medical students. Methods: This was a cross-sectional study with total sampling approach. The study involved year 1-3 undergraduate medical students in Faculty of Medicine Universitas Indonesia. All respondents were required to complete CD-RISC and Big Five Personality questionnaires. The data collection was completed in January – February 2019. 607 responds are in this study. Results: A total of 607 respondents voluntarily participated in the study (85,13% response rate). There were significant low correlations between resilience and four components of Big Five Personality: resilience and extraversion (r=0,342, p<0,001), agreeableness (r=0,203, p<0,001), conscientiousness (r=0,251, p<0,001), and openness (r=0,333, p<0,001). On the other hand, there was no significant correlation between neuroticism and resilience (p>0,05). Conclusion: This study highlights that there is relationship between resilience and extraversion, agreeableness, conscientiousness and openness as part of Big Five Personality framework. The greater score of these personality aspects, the better the resilience. The low significant correlations suggest that personality is only one among multiple factors that may influence student’s resilience. Despite this, attention towards students’ personality and its relationship with resilience is relevant to optimize students’ adaptation and its support in medical schools.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lalu Ahmad Gamal Arigi
Abstrak :
Latar Belakang: Pendidikan kedokteran dianggap sebagai salah satu pendidikan yang memiliki stressor tinggi. Banyaknya sumber stressor dari mahasiswa tersebut apabila tidak sejalan dengan strategi coping yang baik maka berdampak terhadap keinginan untuk menunda menyelesaikan tugas akademik. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan dan perbandingan jenis penggunaan strategi coping dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa kedokteran tahap preklinik. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dilakukan pada 202 mahasiswa semester 2, 4, 6 Fakultas Kedokteran Universitas Mataram pada April 2023. Data didapatkan menggunakan instrument Brief Cope dan kuesioner Prokrastinasi akademik yang sebelumnya sudah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Hasil: Terdapat hubungan antara penggunaan strategi coping dengan prokrastinasi akademik mahasiswa kedokteran Preklinik dengan nilai p=0.002 (<0.05). Terdapat perbedaan nilai penggunaan strategi coping dan Prokrastinasi akademik pada mahasiswa semester 2, 4 dan 6 dengan nilai uji P pada nilai penggunaan strategi coping 0,008 (p<0,05) dan nilai prokrastinasi akademik sebesar 0,010 (p<0,05). Problem focused coping pada aspek planning dan jenis prokrastinasi akademik pada aspek penundaan dalam memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi memiliki nilai rata-rata tertinggi yaitu 3.20 dan 2.55. Kesimpulan: Prokrastinasi akademik pada mahasiswa merupakan masalah yang sering terjadi. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhinya yaitu strategi coping. Sehingga diperlukan pengembangan dan penerapan strategi coping yang efektif guna mengurangi prokrastinasi akademik dan meningkatkan prestasi akademik serta kesejahteraan mereka. ......Background: Medical education is an education that has a high stressor. The many sources of stress for these students, if not accompanied by effective coping strategies, will have an impact on starting and delaying completing academic assignments. This study explores the relationship and comparison of coping strategies and academic procrastination in medical students at the preclinical stage. Methods: This study used a cross-sectional study design and was conducted on 202 students in grades 2, 4, and 6 of the Faculty of Medicine, University of Mataram, in April 2023. Data were obtained using the Brief Cope instrument and an academic procrastination questionnaire, which had been tested for validity and reliability. Results: There was a relationship between the use of coping strategies and academic procrastination in preclinical medical students, with p = 0.002 (<0.05). There are differences in scores using coping strategies and academic procrastination for students in grades 2, 4, and 6, with a P value of 0.008 (p<0.05) for coping strategies and 0.010 (p<0.05) for academic procrastination. Problem-focused coping on planning aspects and types of academic procrastination on aspects of delays in starting or completing assignments have the highest average scores of 3.20 and 2.55. Conclusion: Academic procrastination among students is a problem that often occurs. One of the factors that can influence it is the coping strategy. It is necessary to develop and implement effective coping strategies to reduce academic procrastination and increase academic achievement and welfare.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Difa Jazana Aqila
Abstrak :
Banyak mahasiswa kedokteran yang memiliki tingkat aktivitas fisik dalam kategori ringan. Kurangnya waktu, malas, dan kelelahan karena kegiatan akademik diidentifikasi sebagai faktor penghambat bagi mahasiswa kedokteran yang tidak berolahraga. Sementara itu, sebagian besar mahasiswa kedokteran juga memiliki harga diri (selfesteem) yang rendah. Berbagai tekanan dalam bentuk beban akademik, keuangan, dan tekanan sosial dapat memengaruhi tingkat harga diri (self-esteem) mahasiswa kedokteran. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan tingkat aktivitas fisik dengan tingkat harga diri (self-esteem) pada mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Metode Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik cross-sectional menggunakan data primer dari survei kuesioner daring yang disebarkan kepada mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada bulan Oktober 2023. Data tingkat aktivitas fisik diperoleh dari pengisian International Physical Activity Questionnaire Short Form (IPAQ-SF) dan data tingkat harga diri (self-esteem) diperoleh dari pengisian Rosenberg Self Esteem Scale (RSES). Data dianalisis menggunakan SPSS, khususnya dengan menggunakan uji Chi square. Hasil Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak 62,6% subjek memiliki tingkat aktivitas fisik sedang dan sebanyak 75,6% subjek memiliki tingkat harga diri (self-esteem) sedang. Hasil uji analisis statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat aktivitas fisik dengan tingkat harga diri (self-esteem) pada mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (p=0,443). Kesimpulan Sebagian besar mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia memiliki tingkat aktivitas fisik sedang dan tingkat harga diri (self-esteem) sedang. Aktivitas fisik tidak terbukti berhubungan dengan tingkat harga diri (self-esteem) pada mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. ......Introduction Many medical students have physical activity levels in the low category. Lack of time, laziness, and fatigue due to academic activities were identified as inhibiting factors for medical students who do not exercise. Meanwhile, most medical students also have low self-esteem. Various pressures in the form of academic, financial, and social pressures can affect the level of self-esteem of medical students. This research was conducted to determine the relationship between the level of physical activity and the level of selfesteem in pre-clinical students at the Faculty of Medicine, University of Indonesia. Method This study was an analytical observational cross-sectional study that used primary data from the online questionnaire survey that was distributed in October 2023. Physical activity level data was obtained from filling in the International Physical Activity Questionnaire Short Form (IPAQ-SF) and self-esteem level data was obtained from filling in the Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES). Data were analyzed using SPSS, specifically using the Chi square test. Results The results of this study showed that 62.6% of subjects had a moderate level of physical activity and 75.6% of subjects had a moderate level of self-esteem. The results of statistical analysis tests showed that there was no significant relationship between the level of physical activity and the level of self-esteem in pre-clinical students at the Faculty of Medicine, University of Indonesia (p=0.443). Conclusion Most of the pre-clinical students at the Faculty of Medicine, University of Indonesia, had a moderate level of physical activity and a moderate level of self-esteem. Physical activity has not been proven to be related to the level of self-esteem among pre-clinical students at the Faculty of Medicine, University of Indonesia.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurita Adha Dianti
Abstrak :
Mahasiswa kedokteran mengalami beberapa tahap transisi, salah satunya transisi dari tahap pendidikan preklinik ke klinik. Transisi ini memberikan tantangan, lingkungan, dan tekanan baru yang membutuh adaptasi mahasiswa. Apabila stressor tidak dapat diatasi dengan baik, maka akan terjadi distress yang menyebabkan depresi, burnout, kecemasan, dan lain sebagainya. Motivasi merupakan faktor yang penting bagi mahasiswa agar dapat mengelola emosi dan sumber daya dengan baik dan memiliki kemampuan belajar deep learning. Penelitian mengenai hubungan tipe motivasi terhadap burnout pada mahasiswa kedokteran belum banyak dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan tipe motivasi dengan burnout pada mahasiswa di tahap transisi preklinik ke klinik. Penelitian ini dilakukan di FKUI dan menggunakan desain cross-sectional dengan melibatkan mahasiswa pada tahun pertama transisi dari preklinik ke klinik. Mahasiswa diklasifikasikan ke dalam empat tipe motivasi melalui analisis motivasi intrinsik dan ekstrinsik menggunakan kuesioner Skala Motivasi Akademik. Tipe motivasi mahasiswa merupakan variable independen yang dinilai hubungannya dengan komponen burnout selama proses pendidikan. Burnout dinilai menggunakan kuesioner Maslach Burnout Inventory HSS. Sejumlah 164 mahasiswa terlibat sebagai responden penelitian. Hasilnya didapatkan tipe motivasi paling banyak pada tahap ini ialah tipe termotivasi minat dan status 79,2% (N = 130), diikuti termotivasi minat 13,41% (N = 22), termotivasi rendah merupakan 6,09% ( N = 10), dan termotivasi status 1,2% dari populasi (N = 2). Siswa dengan tipe termotivasi minat memiliki komponen persepsi terhadap prestasi yang lebih tinggi (p=0,03) dan depersonalisasi yang lebih rendah (p <0,026) dibanding tipe termotivasi minat dan status. ...... Medical students should undergo several stages in their education, one of them is transition from preclinical to clinical year. This transition introduces new challenges, environments, and pressures that can cause stress. If stress cannot be overcome properly, it may cause depression, burnout, and anxiety. Motivation is important for student to study and cope from stress and burnout. This study hence aimed to assess the relationship between type of motivation and burnout in medical student during the transition period from preclinical to clinical phases. This study was cross-sectional and conducted in FMUI, among medical students in the first year of transition from preclinical to clinical year. Students were categorized into four subgroups through analysis of intrinsic and controlled motivation using Academic Motivation Scale. Group membership is used as an independent variable to assess burnout components. Burnout was measured using Maslach Burnout Inventory HSS. A total of 164 students participated in the study. Four groups were identified: students who are interest-status motivated constituted 79.2% of the population (N=130), interest-motivated students constituted 13.41% of the population (N=22), low motivated students constituted 6.09% of the population (N=10), statusmotivated student 1.2% of the population (N=2). Interest-motivated students had higher personal accomplishment (p = 0.03) and lower depersonalization (p = 0.026) than intereststatus motivated students.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Farah Tresnaherdiarti
Abstrak :
Latar Belakang: Aktivitas fisik memiliki banyak manfaat untuk tubuh manusia. Aktivitas fisik merupakan gerakan pada tubuh manusia yang melibatkan kerja rangka dan otot sehingga terjadi pengeluaran energi. Aktivitas fisik dikatakan memiliki efek dalam penurunan stress yang sering terjadi pada mahasiswa kedokteran sehingga aktivitas fisik dapat berpengaruh terhadap kualitas hidup seseorang. Aktivitas fisik dikatakan juga mempengaruhi performa akademis seseorang karena dapat meningkatkan faktor neurotropik pada otak, meningkatkan aliran darah kortikal otak, serta meningkatkan pertumbuhan saraf pada hippocampus yang berhubungan dengan memori dan pembelajaran. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan aktivitas fisik dengan Quality of Life dan performa akademis Mahasiswa Kedokteran Tingkat 3 FKUI Tahun Akademik 2019/2020. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional dengan pendekatan total sampling dari mahasiswa kedokteran tingkat 3 FKUI Tahun Akademik 2019/2020. Responden mengisi kuesioner GPAQ dan WHOQOL-BREF secara sukarela. Hasil: Jumlah responden yang mengisi kuesioner 126 responden (response rate= 98%). Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan quality of life (P>0,05). Untuk aktivitas fisik dengan performa akademis tidak ditemukan juga hubungan yang bermakna (P=0,688). Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas fisik tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan quality of life dan performa akademis. ......Background: Physical activity has many benefits for human body. Physical activity is any bodily movement produced by skeletal muscles resulted in energy expenditure. Physical activity known to play role in reducing stress levels that are generally developed among medical students which could affect their quality of life. In addition to that, it is also known to affect their academic performance due to the increase of neurotrophic factors in the brain, cerebral cortical blood flow, nerve growth in the hippocampus which is associated with memory and learning. Aims: To identify the relationship between physical activity with quality of life and academic performance among the 3rd-grade Medical Students of FKUI during the Academic Year 2019/2020. Methods: Cross-sectional study was conducted with a total sample taken from 3rd-grade Medical Students of FKUI during the Academic Year 2019/2020. GPAQ and WHOQOL-BREF questionnaire was filled voluntarily. Results: Total of 126 respondents has filled out the questionnaire (response rate = 98%). Statistical analysis shows that there is no significant relationship between physical activity with quality of life (P>0,05) as well as academic performance (P=0,688). Conclusions: This study shows that physical activity has no significant relationship with quality of life and academic performance.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Kurniawan
Abstrak :
Latar belakang: Umpan balik konstruktif merupakan komponen esensial dalam proses pembelajaran mahasiswa kedokteran. Keberhasilan dalam menyampaikan umpan balik berperan dalam meningkatkan performa dan keterampilan klinis mahasiswa. Kurikulum pendidikan kedokteran yang terbagi menjadi tahap preklinik dan klinik memungkinkan adanya perbedaan persepsi mahasiswa terkait umpan balik. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan persepsi umpan balik yang diterima oleh mahasiswa fakultas kedokteran tahap preklinik dan klinik. Metode: Penelitian dengan desain potong lintang ini dilakukan pada mahasiswa kedokteran Universitas Indonesia menggunakan instrumen kuesioner. Kuesioner terdiri dari 22 pertanyaan Likert-scale 1-5 tentang peran penting (5 pertanyaan), metode (12 pertanyaan), dan hambatan (5 pertanyaan) penyampaian umpan balik konstruktif. 209 mahasiswa preklinik dan 129 mahasiswa klinik berpartisipasi dalam penelitian ini. Hasil: Secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan signifikan antara persepsi mahasiswa kedokteran preklinik dan klinik terhadap respon pertanyaan pada domain peran penting, metode, dan hambatan umpan balik konstruktif (p>0.05). Terdapat perbedaan persepsi secara signifikan (p<0.05) pada pertanyaan umpan balik berfokus pada tingkah laku dibandingkan individunya, umpan balik diberikan kapanpun selama proses pembelajaran, dan pengetahuan untuk memberikan umpan balik konstruktif kurang memadai. Kesimpulan: Mahasiswa kedokteran tahap preklinik dan klinik menyatakan setuju bahwa umpan balik konstruktif berperan penting dalam meningkatkan pembelajaran mahasiswa. Sementara persepsi mahasiswa terhadap domain metode dan hambatan pemberian umpan balik menunjukkan respon yang bervariasi. Tidak terdapat perbedaan persepsi mahasiswa preklinik dan klinik terhadap umpan balik konstruktif secara signifikan. ......Background: Constructive feedback is an essential component in the medical student learning process. The important role of constructive feedback is to improve student performance and clinical skills. The medical education curriculum is divided into preclinical and clinical medical years allows for differences in student perceptions regarding feedback. This study aims to compare the perception of feedback received by preclinical and clinical medical students. Methods: This cross-sectional study was conducted on medical students at the University of Indonesia. The Likert-scale questionnaire consisted of 22 questions about the important role (5 questions), methods (12 questions), and barriers (5 questions) to constructive feedback. 209 preclinical students and 129 clinical students participated in this study. Results: The results showed that there was no significant difference between the perceptions of preclinical and clinical medical students on the questions of importance, methods, and barriers to constructive feedback (p<0.05). There was a significant difference in perception (p<0.05) on the question, feedback focuses on behavior rather than the person, Feedback is provided at any time during the learning process, and There is inadequate knowledge for providing constructive feedback. Conclusion: Preclinical and clinical medical students agree that constructive feedback plays an important role in improving student learning. Preclinical and clinical students perceptions of the methods and barriers to providing feedback showed varied responses. There is no significant difference in the perception of preclinical and clinical students to constructive feedback.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Laksmi Maharani
Abstrak :
Latar Belakang Pandemi COVID-19 telah membawa dampak signifikan di seluruh dunia, termasuk sistem pendidikan di Indonesia yang mengadopsi sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ). Mahasiswa kedokteran tingkat preklinik, kelompok yang rentan mengalami masalah kesehatan mental, juga terdampak. Meskipun terdapat perubahan akibat pandemi COVID-19, institusi pendidikan perlahan mulai kembali ke pembelajaran tatap muka. Hal ini menciptakan kemungkinan alterasi kualitas tidur mahasiswa kedokteran tingkat preklinik pada dua fase tersebut. Dengan demikian, kualitas tidur mahasiswa kedokteran tingkat preklinik di fase puncak dan pascapuncak pandemi COVID-19 perlu diselidiki. Metode Desain penelitian yang digunakan adalah potong lintang. Kuesioner PSQI yang sudah diterjemahkan dan divalidasi disebarkan pada dua periode, yaitu bulan Juli—Oktober 2021 untuk data puncak dan April 2022—Maret 2023 untuk data pascapuncak. Sebanyak 246 mahasiswa kedokteran diikutsertakan dalam penelitian ini yang kemudian akan diuji menggunakan Mann-Whitney untuk mengetahui perbedaan kualitas tidur saat puncak dengan pascapuncak pandemi. Faktor yang dianalisis antara lain jenis kelamin, usia, dan tingkat preklinik. Hasil Uji Mann-Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan kualitas tidur yang signifikan antara fase puncak dengan pascapuncak pandemi (p > 0,05). Dalam aspek komponen PSQI, ada perbedaan yang signifikan antara durasi tidur dan gangguan tidur saat puncak dengan pascapuncak (p < 0,05). Rata-rata durasi tidur adalah 6—7 jam. Kesimpulan Tidak terdapat perbedaan kualitas tidur yang signifikan antara saat puncak dengan pascapuncak pandemi pada mahasiswa kedokteran tingkat preklinik. ......Introduction The COVID-19 pandemic has had a significant impact worldwide, including on the educational system in Indonesia, which adopted remote learning (PJJ). Pre-clinical medical students, a group vulnerable to mental health issues, were also affected. Despite the changes brought about by the COVID-19 pandemic, educational institutions are gradually returning to in-person learning. This presents the risk of alterations in the quality of sleep of pre-clinical medical students during these two phases. Therefore, the sleep quality of pre-clinical medical students during the peak and post-peak phases of the COVID-19 pandemic needs to be examined. Method The research design used was cross-sectional. The PSQI questionnaire, which had been translated and validated, was administered during two periods: July to October 2021 for peak data and April 2022 to March 2023 for post-peak data. A total of 246 medical students participated in this study and were tested using the Mann-Whitney test to determine differences in sleep quality during the peak and post-peak phases of the pandemic. Factors analysed included gender, age, and pre-clinical level. Results Mann-Whitney test revealed no significant difference in sleep quality between the peak and post-peak phases of the pandemic (p > 0,05). In terms of PSQI componentes, there were significant differences in sleep duration and sleep disturbances between the peak and post-peak phases (p < 0,05). The average sleep duration was 6—7 hours. Conclusion There was no significant difference in sleep quality between the peak and post-peak phases of the pandemic among pre-clinical medical students.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satryansyah Putra Sadikin
Abstrak :
Latar Belakang Dalam menjalankan pendidikan, stres merupakan hal yang seringkali dialami oleh mahasiswa. Stres sendiri dapat berdampak pada performa akademis mahasiswa. Terdapat berbagai penyebebab dari stres, salah satunya adalah penyesuaian diri. Refleksi diri merupakan suatu hal yang dapat dilakukan untuk menyesuaikan diri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antar refleksi diri dengan tingkat stres pada mahasiswa pre-klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Metode Penelitian ini menggunakan metode pendekatan cross sectional. Pengambilan data dilakukan secara daring dengan membagikan dua kuesioner yaitu Motivated Strategies for Learning Questionnaire (MSLQ) dan Medical Student Stressor Questionnaire (MSSQ) kepada 106 responeden. Hasil Berdasarkan hasil penelitian pada 108 responden mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, terdapat 51,9% mahasiswa memiliki kemampuan refleksi tinggi, sedangkan 48,1% mahasiswa memiliki kemampuan refleksi rendah. Penelitian ini menunjukkan 54,6% mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia alami stres berat, diikuti 7,41% stres ringan, 26,85% mahasiswa dengan stres sedang dan 11,11% mahasiswa alami stres sangat berat. Pada penelitian tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara kemampuan refleksi diri dengan tingkat stres. Kesimpulan Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan refleksi diri dengan tingkat stres pada mahasiswa pre-klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Tidak terdapatnya hubungan dapat disebabkan berbedanya mekanisme koping masing-masing individu. Disarankan penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan variabel yang lebih luas. ......Introduction In education, stress is frequently experienced by students. Stress itself can impact a student's academic performance. There are various causes of stress, one of which is adaptation. Self-reflection is something that can be done to adapt. The purpose of this study is to ascertain the relationship between self-reflection and the level of stress among pre-clinical students at the Faculty of Medicine, University of Indonesia. Method This research employed a cross-sectional approach. Data collection was conducted online by distributing two questionnaires, namely the Motivated Strategies for Learning Questionnaire (MSLQ) and the Medical Student Stressor Questionnaire (MSSQ), to 106 respondents. Results Based on the research results involving 108 respondents of pre-clinical students at the Faculty of Medicine, University of Indonesia, it was found that 51,9% of students had high levels of self-reflection ability, while 48,1% had low levels of self-reflection ability. The study indicated that 54.6% of students at the Faculty of Medicine, University of Indonesia experienced severe stress, followed by 7.41% experiencing mild stress, 26.85% with moderate stress, and 11.11% experiencing very severe stress. The research did not find any significant correlation between self-reflection ability and the level of stress. Conclusion There is no significant relationship between self-reflection and stress levels among preclinical students at Faculty of Medicine, University of Indonesia. The absence of a relationship can be caused by differences in the coping mechanisms of each individual. It is recommended that further research consider broader variables.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nayla Hayyin
Abstrak :
Infeksi HPV merupakan penyebab penyakit menular seksual terbanyak. Meskipun HPV sering dikaitkan dengan perempuan dan kanker serviks, data menunjukkan insiden yang tinggi pada kalangan pria dan perempuan. Tetapi, kesadaran mengenai infeksi dan vaksinasi HPV masih rendah pada kalangan pria. Mahasiswa kedokteran sejak tahap preklinik memiliki peran dalam manajemen HPV masa mendatang. Studi ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan pengetahuan dengan perilaku mahasiswa preklinik laki-laki terkait infeksi dan vaksinasi HPV. Studi potong lintang ini meneliti mahasiswa preklinik laki-laki di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Subjek diberikan kuesioner daring tentang pengetahuan dan perilaku terhadap infeksi dan vaksinasi HPV. Kemudian, dilakukan uji statistik chi-square untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan perilaku mahasiswa laki-laki preklinik FKUI terhadap infeksi dan vaksinasi HPV. Terdapat 120 mahasiswa FKUI tingkat 1, 2, dan 3 yang terlibat dalam studi ini. Sebanyak 90,8% sampel memiliki pengetahuan baik mengenai infeksi dan vaksinasi HPV, sedangkan 38% sampel menunjukkan perilaku tepat terkait vaksinasi HPV. Analisis bivariat menunjukkan tidak terdapat hubungan signifikan (p>0,05) antara tingkat pengetahuan dan perilaku mahasiswa FKUI preklinik mengenai infeksi serta vaksinasi HPV. Namun, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengeksplorasi hubungan antara pengetahuan dan perilaku tersebut. ......HPV infection is the leading cause of sexually transmitted diseases. While HPV is often associated with women and cervical cancer, data show a high incidence among men and women. However, awareness about HPV remains low among men. Medical students in the pre-clinical phase play a critical role in the future management of HPV. This study explores the relationship between knowledge and practice among male pre-clinical students concerning HPV infection and vaccination. This cross-sectional study examined male pre-clinical students from Faculty of Medicine Universitas Indonesia. Subjects were given an online questionnaire regarding their knowledge and practice towards HPV infection and vaccination. The chi-square statistical test was used to determine the correlation between knowledge and practice of male pre-clinical students at FKUI regarding HPV infection and vaccination. A total of 120 students from FKUI in first, second, and third year participated in this study. 90.8% of the sample showed good knowledge about HPV infection and vaccination, while 38% exhibited appropriate practice regarding HPV vaccination. Bivariate analysis indicated no significant correlation (p>0.05) between the knowledge and practice of pre-clinical students at FKUI regarding HPV infection and vaccination. However, further research is needed to explore the relationship between knowledge and practice on this topic.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dara Ariqah Jibril
Abstrak :
Pendahuluan: Kesehatan reproduksi yang kurang baik dapat menyebabkan gangguan menstruasi pada perempuan. Nutrisi merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh dalam kesehatan reproduksi seseorang. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa mahasiswa fakultas kedokteran meiliki asupan gizi yang tidak seimbang. Penelitian lainnya juga menunjukkan bahwa status gizi dan asupan zat gizi makro memiliki hubungan yang siginifikan dengan kejadian gangguan menstruasi. Sampai saat ini belum ada peneliatian mengenai asupan gizi dan gangguan menstruasi yang dilakukan pada mahasiswi preklinik FKUI. Oleh karena itu peneliti ingin meneliti mengenai hubungan asupan karbohidrat dan lemak, serta status gizi terhadap kejadian gangguan menstruasi pada mahasiswi preklinik FKUI. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan karbohidrat, asupan lemak dan status gizi terhadap kejadian gangguan menstruasi pada mahasiswi preklinik FKUI Metode: Desain penelitian ini adalah potong lintang analitik dengan metode consecutive sampling. Data identitas, status gizi dan kesehatan menstruasi diambil menggunakan kuesioner yang telah divalidasi. Data asupan makronutrien pada diambil menggunakan metode wawancara daring dengan mengisi kuesioner 24-hour food recall dan dianalisis menggunakan program Nutrisurvey. Uji bivariat data menggunakan uji Chi-Square atau uji Fisher. Hasil: Data yang berhasil diambil adalah sebanyak 100 mahasiswa preklinik. Tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara asupan lemak dan status gizi terhadap gangguan menstruasi. Ditemukan hubungan yang signifikan dari asupan karbohidrat dengan gangguan menstruasi, dimana nilai p yang didapatkan adalah 0,017 (<0,05) dengan rasio odd 0,093 yang menunjukkan efek protektif. Kesimpulan: Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara asupan karbohidrat terhadap kejadian gangguan menstruasi, namun tidak ditemukan hubungan antara asupan lemak dan status gizi dengan gangguan menstruasi.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>