Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arini Nurul Jannah
"Duttaphrynus melanostictus atau dalam Bahasa Indonesia disebut juga dengan kodok buduk adalah jenis kodok yang dapat beradaptasi dengan lingkungan yang terganggu. Penelitian tentang preferensi kodok ini bertujuan untuk menganalisis jenis pakan kodok buduk di habitat alaminya. Analisis dilakukan pada 60 spesimen kodok buduk yang terdiri dari 30 betina dan 30 jantan. Pengambilan data isi lambung kodok dilakukan dengan metode pembedahan. Perhitungan jumlah individu mengikuti cara Berry, 1965.
Frekuensi pakan tertinggi yang ditemukan di dalam lambung kodok adalah Formicidae. Tidak terdapat korelasi antara ukuran tubuh dengan berat basah isi lambung. D. melanostictus adalah satwa oportunis yang memanfaatkan mangsa disekitarnya. Namun, pemilihan pakan D. melanostictus di Universitas Indonesia cenderung pada jenis dan sifat tertentu yaitu jenis serangga yangberkelompok dan cenderung beraktivitas di tanah. Kodok jantan dan betina mempunyai komposisi pakan yang hampir sama, sehingga terdapat tumpang tindih relung pakan yang tinggi.

Duttaphrynus melanostictus or in Indonesian is also called a toad buduk is a type of toad that can adapt to a disturbed environment. The research on toad preference aims to analyze the kind of toad feed in its natural habitat. The analysis was performed on 60 specimens of toads that consisted of 30 females and 30 males. Data collection of contents of toad's gut performed by surgical method. The calculation of the number of individuals follows Berry's method, 1965.
The highest feeding frequency found in the toad's gut is Formicidae. There is no correlation between body size and weight of gut contents. D. melanostictus is an opportunistic animal that utilizes its surrounding prey. However, the selection of D. melanostictus feed at the Indonesia University tends to a certain type only of the type of insect grouped and tend to move on the ground. Male and female toads have a composition of feed that is almost the same, so there is a high overlap.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Seto Handoyo Jati
"Telah dilakukan penelitian mengenal preferensi komposisi pakan dan bentuk olahan pakan utama kukang Jawa (Nycticebus javanicus E. Geoffroy. 1812) tanpa gigi taring di kandang rehabilitasi Pusat Primata Schmutzer (PPS), Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta. Tujuan penelitian adalah mengetahui bentuk pakan yang sesuai dengan kondisi N. javanicus tanpa gigi taring di kandang rehabilitasi. Masing-masing individu berusia ± 2 tahun. Selama periode pengamatan, diamati preferensi komposisi dan bentuk olahan pakan utama antara 3 (tiga) N. javanicus. Pengamatan dilakukan setiap malam pukul 18.00-06.00 WIB pada bulan Februari-Maret 2008. Untuk pengamatan preferensi komposisi pakan, pakan yang diamati adalah pakan utama (pisang kepok), jambu, pepaya, susu, dan jangkrik, sedangkan untuk pengamatan bentuk olahan pakan, pakan yang diamati berupa pisang kepok yang diberi perlakuan. Perlakuan yang diberikan pada pisang kepok adalah: diberi utuh, dipotong besar (sekitar 2x2 cm), dipotong kecil (sekitar 5x5 mm), dan digerus. Selain pakan, pencatatan pola aktivitas dlakukan untuk mencegah data yang bias. Metode yang digunakan yaitu scan sampling dan ad libitum sampling dengan titik sampel berdurasi 5 menit tanpa jeda antar titik sampelnya. Data pengamatan pola aktivitas meliputi: makan (feeding), lokomosi, non-aktif, dan grooming. Terdapat perbedaan preferensi komposisi pakan antar individu N. javanicus. Preferensi pakan yang terbesar dari individu 1 adalah susu (66,15±33,27 gram). Individu 2 juga memiliki preferensi terbesar pada jenis pakan susu (92,3±19,56 gram), sedangkan individu 3 memilih jenis pakan utama (pisang) sebagai preferensi tertinggi (76,85 gram). Untuk bentuk olahan pakan utama, individu 1 memilih bentuk olahan 4 sebagai preferensi tertinggi (34,65±15,04 gram), individu 2 juga memilih bentuk olahan 4 sebagai preferensi tertinggi (17,45±21,51 gram), sedangkan individu 3 memilih bentuk olahan 2 sebagai preferensi tertinggi (34,8±15,66 gram). Preferensi yang terjadi kemungkinan diakibatkan oleh kondisi gigi yang tidak lengkap, tingkat kesehatan N. javanicus yang berbeda-beda pada tiap individu, dan tingkat adaptasi N. javanicus yang berbeda-beda terhadap kondisi kandang rehabilitasi. Perlu dilakukan penelitian berkala terhadap preferensi pakan untuk N. javanicus sampai proses adaptasi dalam kandang rehabilitasi selesai.
Kata kunci: Gigi taring: kandang rehabilitasi (captivity): Nycticebus javanicus, preferensi pakan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S31533
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library