Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Ginting, Agus Ita Lestari Br
"Penelitian ini bertujuan untuk melakukan kajian terhadap pengelolaan kinerja Bhabinkamtibas yang sudah dilakukan oleh Polres Metro Jakarta Pusat dalam mewujudkan Polri yang professional, modern, dan terpercaya (Promoter). Selain itu, juga dikaji berbagai kendala yang dihadapi dalam melaksanakan pengelolaan kinerja tersebut. Sehingga dengan mengetahui kedua faktor tersebut, dapat dirumuskan langkah-langkah pengelolaan kinerja Bhabinkamtibmas yang tepat serta dapat mengurangi kendala yang dihadapi. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif melalui observasi pasif, wawancara, dan telaah dokumen. Analisa data menggunakan 3 tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa anggota Bhabinkamtibmas selain memiliki tugas rutin, juga sering dihadapkan dengan tugas adaptif. Dalam melaksanakan tugasnya, secara umum anggota Bhabinkamtibmas sudah menunjukkan sikap dan perilaku yang positif. Pelaksanaan tugas pemolisian masyarakat (polmas) juga telah dilakukan dengan membangun sinergitas dan kemitraan dengan seluruh komponen masyarakat. Namun demikian, anggota Bhabinkamtibas dalam mewujudkan kamtibmas juga menghadapi berbagai kendala baik dari dalam maupun dari luar Polri. Dari hasil termuan di atas, disarankan untuk meningkatkan pengetahuan deklaratif dan prosedural anggota Bhabinkamtibmas melalui pelatihan, pendidikan, maupun berbagi pengalaman dan pengetahuan antar anggota. Motivasi anggota Bhabinkamtibas juga perlu ditingkatkan melalui pemberian penghargaan atas kinerja yang efektif. Pemberdayaan masyarakat dalam rangka mendukung pelaksanaan pemolisian masyarakat dan mencegah preemtif terjadinya kejahatan dan gangguan kemtibmas.
This study aims to conduct a study of the management of Bhabinkamtibas performance that has been carried out by the Central Jakarta Metro Police department in realizing the professional, modern, and trusted national police. In addition, various constraints faced in implementing the performance management were also examined. By knowing these factors, the proper performance management can be formulated and can reduce the obstacles faced. This research was conducted with a qualitative approach through passive observation, interviews, and document study. Data analysis was perfomed through data reduction, data display, and verification. The results of this study indicate that Bhabinkamtibmas members in addition to having routine assignments, are also often faced with adaptive tasks. In carrying out their duties, Bhabinkamtibmas personnels, in general, have shown positive attitudes and behavior. The task of community policing (polmas) has also been carried out by building synergy and partnership with all components of the community. However, members of Bhabinkamtibas in creating community security and order also faced various obstacles both from within and from outside the National Police. From the results, it is recommended to increase the declarative and procedural knowledge of members of Bhabinkamtibmas through training, education, and sharing experiences and knowledge among members. The motivation of Bhabinkamtibas members also needs to be improved through giving awards for effective performance. Community empowerment in order to support the implementation of community policing and prevent (pre-emptive) the occurrence of crimes and community disorders."
Depok: Universitas Indonesia. Sekolah Kajian Stratejik dan Global, 2019
T55485
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Andy
"Latar Belakang. Nyeri pascaoperasi abdomen bawah merupakan salah satu komplikasi yang sering dikeluhkan pasien. Walaupun intensitasnya lebih rendah dibandingkan nyeri pascaoperasi abdomen atas, tetapi prosedur pembedahan ini lebih sering dilakukan di rumah sakit. Penggunaan gabapentin sebagai analgesia preemtif yang diberikan dua jam sebelum operasi dilaporkan dapat mengurangi nyeri pascaoperasi dan mengurangi kebutuhan analgesia pascaoperatif pada pasien yang menjalani pembedahan. Penelitian mengenai efektivitas gabapentin oral sebagai analgesia preemtif pada operasi abdomen bawah belum pernah dilakukan di Indonesia. Metode. Uji klinis acak tersamar ganda terhadap 72 subjek yang didapatkan dengan consecutive sampling pada November 2019 – Februari 2020 di RSU Kabupaten Tangerang. Subjek yang memenuhi kriteria dirandomisasi menjadi dua kelompok untuk mendapatkan regimen analgesia preemtif gabapentin 600 mg oral atau plasebo dua jam sebelum insisi. Pasien dilakukan penilaian kebutuhan morfin, derajat nyeri, saat pertama membutuhkan morfin, dan efek samping pada kedua kelompok dalam 24 jam pertama pascaoperasi. Analisis hasil menggunakan uji general linear model (GLM) dan anova untuk pengukuran berulang dan Mann-Whitney U. Hasil. Uji GLM menunjukkan ada perbedaan bermakna pada total kebutuhan morfin dalam 24 jam pascaoperasi antara kelompok gabapentin (2,47±1,90 mg) dengan plasebo (5,33±1,97 mg; p<0,001). Derajat nyeri saat istirahat dan bergerak saat pulih sadar, 2 jam, 6 jam, 12 jam, dan 24 jam pascaoperasi antara kedua kelompok didapatkan hasil berbeda bermakna dengan p<0,05. Uji Mann-Whitney menunjukkan ada perbedaan bermakna pada saat pertama subjek membutuhkan morfin untuk rescue analgesia antara kelompok gabapentin (161,5 [25 – 990] menit) dengan plasebo (67,5 [10 – 371] menit) dengan p<0,001. Kejadian mual pada kelompok gabapentin didapatkan lebih rendah dibandingkan kelompok plasebo. Simpulan. Gabapentin 600 mg oral lebih efektif dibandingkan plasebo sebagai analgesia preemtif pada operasi abdomen bawah nonobstetrik. Kejadian mual lebih sedikit pada pemberian analgesia preemtif gabapentin.
Background. Lower abdominal postoperative pain is one of the most common postoperative complications reported by the patients. Although the pain intensity is lower than upper abdominal postoperative pain, lower abdominal surgery procedures are more often conducted in the hospital. Gabapentin therapy as preemptive analgesia given two hours before surgery has been reported to reduce postoperative pain and decrease postoperative analgesia requirements. There have been no studies in Indonesia reporting the effectiveness of oral gabapentin as preemptive analgesia to reduce lower abdominal postoperative morphine requirements. Method. Double-blind randomized clinical trial was conducted from 72 subjects by consecutive sampling on 2019 November-2020 February at Tangerang District General Hospital. Subjects fulfilling criteria were randomized into two groups and were given gabapentin 600 mg orally or placebo two hours before incision. Patients’ morphine requirements, pain scale at the first time morphine administration, and side effects on two groups on the first 24 hour postoperative were assessed. Result analysis was conducted using general linear model (GLM) and anova for repeated measurements and Mann-Whitney U. Result. GLM showed that there was significant difference on first 24-hour postoperative total morphine requirements between gabapentin group (2.47±1.90 mg) and placebo group (5.33±1.97 mg; p<0.001). Pain scale at rest and movement while on recovery, 2 hours, 6 hours, 12 hours, and 24 hours after surgery were significantly different between two groups with p<0.05. Mann-Whitney test showed significant different results for the first time patient requiring morphine as rescue analgesia between gabapentin group (161.5 [25 – 990] minutes) and placebo group (67.5 [10 – 371] minutes) with p<0.001. Nausea events on gabapentin group was reported lower than placebo group. Conclusion. Gabapentin 600 mg orally is more effective than placebo as preemptive analgesia for nonobstetric lower abdominal surgery. Nausea events were reported lower when gabapentin given as preemptive analgesia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library