Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kholifia Nabila
"Halusinasi merupakan salah satu dari tanda dan gejala dari skizofrenia. Halusinasi masih menjadi gangguan mental yang berbahaya. Studi kasus ini bertujuan untuk mengurangi tanda dan gejala pada pasien dengan halusinasi dengan menerapkan aktivitas terjadwal: mendengarkan musik suara alam dan yoga pranayama. Sebuah studi case report dilakukan menggunakan instrumen AVHRS-Q dan instrumen tanda gejala serta kemampuan halusinasi residen FIK UI 2018. Intervensi keperawatan yang diberikan yaitu sesuai dengan standar asuhan keperawatan dan aktivitas terjadwal: mendengarkan musik suara alam dan yoga pranayama. Hasil dari pemberian intervensi keperawatan didapatkan adanya penurunan tanda dan gejala pada Ny. N yang ditandai dengan penurunan skor tanda dan gejala halusinasi pendengaran dari 10 menjadi 3, penurunan skor tanda gejala halusinasi dari 27 menjadi 2, dan peningkatan skor kemampuan halusinasi dari 6 menjadi 11. Studi ini menunjukkan bahwa adanya manfaat dan efektivitas dalam penerapan aktivitas mendengarkan musik dan yoga pranayama terhadap penurunan tanda dan gejala pada pasien dengan halusinasi. Studi kasus ini merekomendasikan agar perawat keperawatan jiwa mampu menerapkan aktivitas terjadwal: mendengarkan musik suara alam dan yoga pranayama sehingga, dapat mengurangi tanda dan gejala halusinasi. Studi kasus lebih lanjut yang menghubungkan faktor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi penurunan tanda dan gejala halusinasi serta menerapkan metode yoga lainnya seperti asanas atau postur.

Hallucinations are one of the signs and symptoms of schizophrenia. Hallucinations are still a dangerous mental disorder. This study aims to reduce signs and symptoms in patients with hallucinations by implementing scheduled activities: listening to nature sounds and yoga pranayama. A case report study was conducted using the AVHRS-Q instrument and the instrument for signs and symptoms and hallucination abilities of FIK UI 2018 residents. The nursing interventions provided were in accordance with nursing care standards and scheduled activities: listening to music, natural sounds and yoga pranayama. The results of providing nursing interventions showed a decrease in signs and symptoms in Ny. N which was characterized by a decrease in the score of signs and symptoms of auditory hallucinations from 10 to 3, a decrease in the score of signs and symptoms of hallucinations from 27 to 2, and an increase in the score of hallucinatory ability from 6 to 11. This study shows that there are benefits and effectiveness in implementing music listening activities and yoga pranayama on the reduction of signs and symptoms in patients with hallucinations. This study recommends that psychiatric nurses be able to implement scheduled activities: listening to music, natural sounds and yoga pranayama so that they can reduce the signs and symptoms of hallucinations. Further research linking internal and external factors that can affect the reduction of signs and symptoms of hallucinations as well as applying other yoga methods such as asanas or postures."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Luh Lasiyani
"Kanker payudara merupakan penyakit dengan jumlah terbanyak pada populasi wanita Indonesia dengan prevalensi 42,1 per 100.000 penduduk. Kemoterapi menjadi modalitas pengobatan yang sering digunakan, namun menimbulkan berbagai efek samping. Keluhan fisik sebagai efek samping yang sering diungkapkan yakni gangguan tidur yang berdampak pada perkembangan kanker. Relaksasi pranayama merupakan sebuah intervensi non-farmakologi yang mengadopsi kearifan lokal budaya Bali, dipadukan dengan sleep hygine education, dijadikan sebagai upaya meningkatkan kualitas tidur. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi efektivitas kombinasi relaksasi pranayama dan sleep hygiene education pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi. Metode penelitian berupa quasi experimen dengan pendekatan pre-post with control group, sampel sebanyak 49 partisipan, terdiri dari 26 kelompok kontrol dan 23 kelompok intervensi. Penelitian dilaksanakan di RSUP Prof Ngoerah Denpasar, dengan mengajarkan teknik relaksasi pranayama dan sleep hygiene education pada kelompok intervensi serta perawatan biasa dan edukasi standar pada kelompok kontrol. Pengukuran menggunakan kuisioner PSQI dan sleep diary. Hasil penelitian menunjukkan relaksasi pranayama dan sleep hygiene education mampu menurunkan skor kualitas tidur kelompok intervensi dibandingkan kelompok kontrol, dengan nilai P=0,001 (α<0,05). Relaksasi pranayama dapat dijadikan sebagai intervensi mandiri perawat onkologi untuk memperbaiki kualitas tidur, serta menurunkan kelelahan, ansietas, mual muntah dan nyeri khususnya pada pasien kanker payudara yang sedang kemoterapi.

Breast cancer is the most common disease in the Indonesian female population with a prevalence of 42,1 per 100.000 population. Chemotherapy is a treatment often used, but it causes various side effects. Physical complaints as a side effect that are often expressed are sleep disorders which have an impact on the development of cancer. Pranayama relaxation is a non-pharmacological intervention that adopts local Balinese cultural wisdom, combined with sleep hygiene education, as an effort to improve sleep quality. This study aims to identify the effectiveness combination of pranayama relaxation and sleep hygiene education in breast cancer patients undergoing chemotherapy. The method used quasi-experiment with a pre-post with control group approach, with a sample of 49 participants, consist of 26 control groups and 23 intervention groups. The research was conducted at Prof. Ngoerah General Hospital, by teaching pranayama relaxation techniques and sleep hygiene education to the intervention group as well as usual care and standard education to the control group. Measurements used the PSQI questionnaire and sleep diary. The results showed that pranayama relaxation and sleep hygiene education were able to reduce the sleep quality score of the intervention group compared to the control group, with a value of P=0.001 (α<0.05). Pranayama relaxation can be used as an independent intervention for oncology nurses to improve sleep quality, as well as reduce fatigue, anxiety, nausea, vomiting and pain, especially in breast cancer patients undergoing chemotherapy"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Denny Ferdiansyah
"ABSTRAK
LATAR BELAKANG. Latihan yoga merupakan kombinasi unik antara gerakan yang bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan fisik dan cara bernafas serta meditasi yang dapat memberikan ketenangan pikiran. Saat ini latihan yoga yang paling sering dilakukan adalah hatha yoga yang berfokus pada postur fisik yang disebut asanas dan teknik pernapasan atau pranayama. Sasaran dari pranayama ini adalah untuk meningkatkan kapasitas dan fungsi dari sistem pernapasan. Adapun untuk menilai kapasitas fungsi paru dapat dilakukan dengan pemeriksaan uji spirometri dan Ekspansi toraks merupakan suatu metode sebagai pengembangan rongga dada tidak secara langsung menandai peningkatan ventilasi. METODE. One group Pre and Post test design terhadap subjek dewasa muda sehat dengan rentang usia 18 ndash; 40 tahun. Dilakukan intervensi berupa latihan pernapasan yoga selama 6 minggu dilakukan setiap hari selama 30 ndash; 40 menit dalam satu kelompok perlakuan. Sebelum dilakukan dan setelah dilakukan intervensi dilakukan pengukuran spirometri dan ekspansi toraks. Adapun dari nilai spirometri yang dilihat adalah VC Vital Capacity , FVC Forced Vital Capacity , FEV1 Forced Expiratory Volume in 1 Second dan untuk ekspansi toraks yang dinilai adalah batas atas , tengah, dan bawah. HASIL. Didapatkan 23 subjek dewasa muda sehat dengan rentang usia 27 ndash; 36 tahun yang memenuhi kriteria penerimaan dan penolakan. Didapatkan hasil peningkatan VC P = 0.001 , FVC P = 0.02 dan FEV1 P=0.001 dimana didapatkan nilai bermakna P < 0.05 dari sebelum dan sesudah dilakukan intervensi. Tetapi tidak didapatkan nilai yang bermakna pada ekspansi toraks P=1.00 . SIMPULAN. Terdapat perningkatan nilai kapasitas paru pada subjek dewasa muda sehat setelah di lakukan latihan pernapasan yoga selama 6 minggu.

ABSTRACT
BACKGROUND. Yoga exercise in an unique move combinations that can increase physical healthy, breathing, and meditation that can relaxing minds.Nowadays most often yoga exercise is hatha yoga. Hatha yoga focusing on the physical posture called asanas and breathing technique called pranayama. The aim of the pranayama is to increasing breathing functions and capacity. Spirometry is the test for measuring pulmonary capacity and chest expansion is a method to measure the movement of chest that can show the increasing of pulmonary ventilation. METHODS. One group Pre and Post test design on the young healthy adults subject with age between 18 ndash 40 years. Breathing yoga exercise for 6 weeks everyday in 30 ndash 40 minutes each day as the intervention in one group. Before and after the intervention the subjects got measurement spirometry and chest expansion. From the spirometry measurement the value of VC Vital Capacity , FVC Forced Vital Capacity , FEV1 Forced Expiratory Volume in 1 Second collected and for the chest expansion measurement upper, middle and lower value that collected. RESULTS. 23 young healthy adults subjects with the range of age 27 ndash 36 years with the inclusion and exclusion criteria. The result is increasing of VC P 0.001 , FVC P 0.02 and FEV1 P 0.001 with significant differences P 0.05 before and after interventions. There is no significant differences of the chest expansion before and after interventions P 1.00 CONCLUSIONS. There was a significant differences in pulmonary capacity values in young healthy adults after 6 weeks yoga breathing exercise as the intervention. "
2016
T55599
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Latif Hisbulloh
"Tuberkulosis adalah penyakit infeksius yang menyebabkan kerusakan pada parenkim paru. Pasien dengan tuberkulosis paru akan terjadi peurunan kapasitas vital paru yang akan menimbulkan compliance paru berkurangnya yang berakibat pada penurunan fungsi paru dan juga kualitas hidup pasien. Masalah diatas perlu dilakukannya tindakan dengan melakukan intervensi yoga pranayama dalam upaya meningkatkan kapasitas vital paru dan kualitas hidup pasien post tuberculosis paru.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Pengaruh latihan yoga pranayama dalam meningkatkan kapasitas vital paru dan kualitas hidup pasien post tuberkulosis Paru.
Metode yang digunakan dengan jenis penelitian kuantitatif dengan desain penelitan quasi ekspenmen dengan Pre Test and Post Test With Control Group Design. Jumlah responden yang akan digunakan yaitu sebanyak 60 yang terdiri dari 30 responden kelompok intervensi dan 30 responden kelompok kontrol.
Hasil penelitian menunjukan latihan yoga pranayama sebelum dan sesudah intervensi. Selisih perbedaan perubahan nilai kapasitas vital paru setelah intervensi antara kelompok intervensi dan kontrol menunjukan tidak adanya perbedaan yang bermakna (p value 0,236) dan (p value 0,912).
Hasil ini menunjukkan bahwa Yoga pranayama efektif dalam meningkatkan kapasitas vital paru. Oleh karena itu, yoga pranayama direkomendasikan dapat menjadi terapi komplementer untuk meningkatkan kapasias vital paru pada pasien post tuberkulosis Paru.

Tuberculosis is an infectious disease that caused damage of lung parenchyma. Patients with pulmonary tuberculosis experienced of decreasing the lung’s vital capacity which lead to reduce of lung compliance, decreased lung function, and furthermore affecting patient’s quality of life. The problems can be solved by conducting yoga pranayama intervention as an effort to increase the lung vital capacity and also quality of life patient post pulmonary tuberculosis infection.
The purpose of this study was to determine the effect of yoga pranayama practice in increasing lung vital capacity and quality of life patient post-pulmonary tuberculosis infection.
The method was used a quantitative research with a quasi-experimental research design using pre and post test with a control group. This study was used 60 respondent consist of 30 respondent as intervention group and 30 respondent as control group.
This study found that before and after yoga pranayama intervention gave a significant effect on value of the lung vital capacity (p value 0.000). The difference changes value of lung vital capacity after intervention among the intervention and control groups showed that no significant difference (p value 0.236) and (p value 0.912).
These results indicated yoga pranayama was effective to increase the vital capacity of lungs. Therefore, yoga pranayama is recommended as a complementary therapy to increase lung vital capacity on post-pulmonary tuberculosis patients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firasti Wahyu Saputri
"Risiko perilaku kekerasan merupakan kondisi dimana individu berpotensi untuk melakukan tindakan kekerasan baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Salah satu teknik relaksasi untuk menurunkan risiko perilaku kekerasan adalah yoga pranayama. Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk menggambarkan penerapan yoga pranayama secara rutin terhadap penurunan tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan pada Ny. YA (28 tahun). Karya ilmiah ini menggunakan metode case report. Instrumen yang digunakan adalah instrumen penilaian tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan serta kemampuan mengontrol perilaku kekerasan yang dikembangkan oleh mahasiswa residen spesialis jiwa FIK UI 2023. Proses pemberian asuhan keperawatan generalis dilakukan sebanyak 12 pertemuan yaitu tanggal 12 September hingga 24 September 2024 dimana 10 pertemuan juga difokuskan pada pemberian intervensi yoga pranayama di Ruang Srikandi Rumah Sakit Jiwa Dr H. Marzoeki Mahdi (RSJMM) Bogor. Hasil yang didapatkan dari intervensi ini yaitu adanya penurunan tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan dari skor 24 menjadi 2 dan peningkatan kemampuan mengontrol risiko perilaku kekerasan dari skor 2 menjadi 6. Intervensi ini terbukti efektif untuk menurunkan tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan dan meningkatkan kemampuan dalam mengontrol risiko perilaku kekerasan. Penerapan yoga pranayama diharapkan dapat membantu klien dalam mengendalikan emosinya.

The risk of violent behavior is a condition where individuals have the potential to commit acts of violence, either toward themselves or others. One relaxation technique to reduce the risk of violent behavior is pranayama yoga. This scientific paper aims to describe the regular application of yoga pranayama in reducing the signs and symptoms of violent behavior risk in Mrs. YA (28 years old). This scientific paper uses the case report method. The instruments used are assessment tools for the signs and symptoms of violent behavior risk and the ability to control violent behavior, which were developed by resident students of the psychiatric specialty at FIK UI in 2023. The process of providing generalist nursing care was carried out over 12 sessions from September 12 to September 24, 2024, with 10 sessions also focused on providing yoga pranayama interventions in the Srikandi Ward of Dr. H. Marzoeki Mahdi Mental Hospital (RSJMM) Bogor. The results obtained from this intervention showed a decrease in the signs and symptoms of violent behavior risk from a score of 24 to 2, and an improvement in the ability to control violent behavior risk from a score of 2 to 6. This intervention proved to be effective in reducing the signs and symptoms of violent behavior risk and enhancing the ability to control violent behavior risk. The application of yoga pranayama is expected to help clients in managing their emotions. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Amelia Sari
"Pola napas tidak efektif adalah salah satu masalah keperawatan yang umum didapatkan pada pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK). Terhambatnya otot inspirasi akan menurunkan ekspansi dada, menimbulkan gejala dispnea pada pasien. Yoga pranayama melibatkan lubang hidung, saluran pernapasan, diafragma, dan paru paru secara aktif. Pola ritme alternate nostril breathing memberikan dukungan ventilasi kepada pasien dengan memperkuat sistem pernapasan. Analisis dilakukan pada tiga pasien dengan kategori usia dewasa hingga lansia yang mengalami PPOK dengan keluhan utama sesak napas. Intervensi pranayama: alternate nostril breathing dilakukan selama tiga hari dengan frekuensi latihan dua kali per hari. Evaluasi status pernapasan dan instrumen SGRQ dilakukan untuk mengecek efektifitas alternate nostril breathing dalam memberikan dukungan ventilasi terhadap pola napas tidak efektif. Hasil menunjukkan penurunan frekuensi napas yang signifikan dan penurunan skor total SGRQ hingga mencapai 13.54% dari skor awal. Berdasar dari hasil penelitian, alternate nostril breathing berhak dilakukan sebagai modalitas terapi tambahan pada pasien dengan pola napas tidak efektif. Kata kunci : Alternate nostril breathing, PPOK, Pola Napas Tidak Efektif, Pranayama.

Ineffective breathing pattern is one of the common cough problems in patients with Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD). Inhibition of muscle inspiration will reduce chest expansion, causing symptoms of dyspnea in patients. Yoga pranayama actively involves the nostrils, airways, diaphragm, and lungs. The rhythmic pattern of alternating nostril breathing provides ventilation support to patients by strengthening the respiratory system. The analysis was conducted on three patients with the age category of adults to the elderly who had COPD with the main complaint of shortness of breath. Pranayama intervention: alternating nostril breathing was carried out for three days with a frequency of exercise twice a day. Evaluation of respiratory status and SGRQ instruments were carried out to examine the effectiveness of alternate nostril breathing in providing ventilation support for ineffective breathing patterns. The results showed a significant decrease in respiratory frequency and a decrease in the total SGRQ score of up to 13.54% from the initial score. Based on the results of the study, alternate nostril breathing can be carried out as an additional therapeutic modality in patients with ineffective breathing patterns. Keywords: Alternate nostril breathing, COPD, Ineffective Breathing Pattern, Pranayama."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Puti Quratuain I. Armyando
"Efusi pleura adalah salah satu presentasi klinis yang umum didapatkan pada pasien dengan Chronic Kidney Disease (CKD). Terhambatnya otot inspirasi akan menurunkan ekspansi dada, menimbulkan gejala dispnea pada pasien. Yoga pranayama melibatkan lubang hidung, saluran pernapasan, diafragma, dan paru-paru secara aktif. Pola ritme alternate nostril breathing memberikan dukungan ventilasi kepada pasien dengan memperkuat sistem pernapasan. Analisis dilakukan pada pasien 61 tahun yang mengalami CKD stage 5 dengan efusi pleura post pungsi pleura dengan keluhan utama sesak napas. Intervensi pranayama: alternate nostril breathing dilakukan selama tiga hari dengan frekuensi latihan dua kali per hari. Evaluasi status pernapasan dan instrumen SGRQ dilakukan untuk mengecek efektifitas alternate nostril breathing dalam memberikan dukungan ventilasi terhadap pola napas tidak efektif. Hasil menunjukkan penurunan frekuensi napas yang signifikan dan penurunan skor total SGRQ sebanyak 12.5% dari skor awal. Berdasar dari hasil penelitian, alternate nostril breathing berhak dilakukan sebagai modalitas terapi tambahan pada pasien dengan pola napas tidak efektif.
Pleural effusion is one of the most common clinical presentations in patients with Chronic Kidney Disease (CKD). Inhibition of muscle inspiration reduces chest expansion, causing symptoms of dyspnea on the patient. Pranayama as yogic breathing actively engages the nostril, respiratory tract, diaphragm and lungs. The rhythmic pattern of alternate nostril breathing provides ventilatory support to the patient by strengthening the respiratory system. The analysis was carried out on a 61 year old patient who experienced CKD stage 5 with pleural effusion after thoracentesis with chief complaint being shortness of breath. An intervention of Pranayama: alternate nostril breathing is carried out for three days with a frequency of practice twice per day. Respiratory status and SGRQ instrument evaluations were performed to examine the effectiveness of alternate nostril breathing in providing ventilatory support against ineffective breathing patterns. The results showed a significant decrease in respiratory frequency and a decrease in the total SGRQ score of 12.5% from the initial score. Based on the research results, alternate nostril breathing can be performed as an additional therapeutic modality in patients with ineffective breathing patterns."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library