Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Karina Indra Dewi
"ABSTRAK
Diabetes Mellitus tipe 2 merupakan penyakit kronis yang memerlukan terapi jangka panjang. Penggunaan obat antidiabetik oral ADO dengan golongan lain dapat menyebabkan interaksi obat yang dapat meningkatkan resiko hipoglikemia dan menginduksi hiperglikemik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi interaksi obat antidiabetik oral ADO pada pasien rawat jalan yang terdiagnosa diabetes mellitus tipe 2 di RSPAD Gatot Soebroto. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan pengambilan data secara prospektif dari lembar resep. Sampel penelitian sebanyak 450 lembar resep. Kriteria inklusi sampel yaitu resep pasien BPJS rawat jalan yang terdiagnosa DM tipe 2, dengan jumlah total obat dan jumlah ADO lebih dari dua obat. Analisis interaksi obat menggunakan aplikasi Micromedex . Pengolahan data dilakukan dengan Microsoft Excel . Prevalensi penderita diabetes mellitus tipe 2 banyak terjadi pada perempuan sebesar 50,63 dengan usia lebih dari 61-70 tahun sebesar 37,40 . Metformin banyak diberikan secara tunggal sebesar 15,77 . Akarbose dengan Metformin merupakan antidiabetik oral yang banyak dikombinasikan dalam resep sebesar 9,11 . Kombinasi 3 ADO yang banyak diresepkan yaitu Gliklazid, Akarbose dan Metformin yaitu sebesar 6,44 . Interaksi sedang yang banyak ditemukan dalam resep yaitu Akarbose dengan Insulin Lispro sebesar 5,81 . Interaksi ringan yang banyak ditemukan dalam resep yaitu Metformin dengan Glukosamin sebesar 4,75 . Interaksi berat yang banyak ditemukan dalam resep yaitu Glimepirid dengan Asam asetilsalisilat sebesar 5,64

ABSTRACT<>br>
Type 2 diabetes mellitus is a chronic disease that need long term therapy. Usage of oral antidiabetic alongside other drugs could cause potential drug interaction that leads to increased hypoglycemia risk or hyperglycemia induction. This study intends to analyze the potential occurence of drug interaction on RSPAD Gatot Subroto outpatients with type 2 diabetes mellitus complications. The design of this study is descriptive with prospective data collection from sample prescriptions which is BPJS outpatient presriptions from January April 2016 whom diagnosed with type 2 DM and take oral antidiabetic drug OAD alongside another 2 or more medicines. There are 450 prescriptions meet the inclusivity criteria that was analyzed. Diabetes mellitus prevalence is higher among women 50,63 and in age group 61 70 years old 37,40 . Metformin is the most used single OAD with 15,77 . Acarbose with Metformin are the most used OAD combination with 9,11 . Furthermore, Gliclazide, Acarbose, and Metformin are also often combined OAD with 6,44 percentage. Most common mild interaction found in prescription is between Metformin and Glukosamine with 4,75 percentage, moderate interaction is between Acarbose and Lispro insulin with 5,81 percentage, and severe interaction is between Glimepiride and Acetylsalicylic acid with 5,64 percentage"
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Triasti Khusfiani
"Pendahuluan: PGK merupakan penyakit yang sering memiliki beberapa komorbid sehingga perlu menggunakan berbagai terapi kombinasi obat. Oleh sebab itu, polifarmasi sering dilakukan dan salah satu konsekuensinya adalah terjadinya potensi interaksi obat (PIO). PIO dianggap sebagai masalah pengobatan yang dapat dicegah, namun dalam praktik klinis dapat mengakibatkan efek samping obat (ESO) atau reaksi obat yang merugikan. Hal tersebut tentu akan mempengaruhi klinis dan keberhasilan pengobatan serta keamanan penggunaan obat pada pasien PGK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola peresepan pasien PGK dan pengaruhnya terhadap potensi interaksi dan efek samping obat yang dicurigai akibat interaksi obat.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dan pengambilan data dilakukan secara potong lintang pada pasien PGK rawat jalan stadium 3-5 pre-dialisis di rumah sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dalam periode Januari 2019 sampai dengan Desember 2020. Data diambil dari electronic health record dan pusat rekam medis RSCM. Rujukan potensi interaksi obat menggunakan software Micromedex.
Hasil: Terdapat 106 pasien yang memenuhi persyaratan dan diambil menjadi subjek penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pasien PGK rawat jalan stadium 3- 5 pre-dialisis di RSCM tahun 2019-2020, terdapat 111 jenis obat yang diresepkan dan obat yang paling sering diresepkan adalah bisoprolol (36,5%). Proporsi pasien yang mendapatkan pengobatan dengan potensi interaksi obat adalah 76% (81 pasien), sedangkan proporsi pasien yang mengalami ESO yang dicurigai akibat interaksi obat adalah 28% (23 pasien) dari 81 pasien dengan PIO. ESO tersebut berupa hiperglikemi (17 pasien), hipertensi (1 pasien), hiperkalemi (1 pasien) dan hipotensi (1 pasien). Terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara variabel perancu yaitu, jumlah obat > 10, komorbid jantung dan DM dengan ESO yang dicurigai akibat interaksi obat (p<0.05). Hasil multivariat mendapatkan hanya komorbid jantung (gagal jantung dan penyakit jantung koroner) yang memiliki hubungan yang bermakna secara statistik dengan ESO yang dicurigai akibat interaksi obat (p = 0,03).
Kesimpulan: Pada penelitian ini, sebanyak 76% pasien mendapatkan pengobatan dengan PIO. Sedangkan 28% pasien dari 81 pasien dengan PIO mengalami ESO yang dicurigai akibat interaksi obat. ESO yang paling banyak dialami adalah hiperglikemi. Komorbid jantung merupakan faktor risiko terjadinya ESO yang dicurigai akibat interaksi obat.

Introduction: CKD often has several comorbidities so it is necessary to use various drug combination therapies. Therefore, it can lead to polypharmacy and one of its consequences is the occurrence of potential drug-drug interactions (DDI). DDI is considered a problem that can be prevented, but in clinical practice it can result in adverse drug reactions (ADR). This will certainly affect the clinical and treatment success as well as the safety of the drug use in CKD patients. This study was aimed to determine the prescribing pattern and its effect on potential DDI and ADR that are suspected due to DDI.
Methods: This was a non-experimental cross-sectional study, conducted on CKD outpatients stage 3-5 pre-dialysis at Cipto Mangunkusumo Hospital in the period January 2019 to December 2020. Data were taken from electronic health records and the hospital’s medical record. The Micromedex software was used as a reference for potential drug interactions.
Results: There were 106 patients who met the requirements and were taken as research subjects. The results showed that in CKD out-patients stage 3-5 pre-dialysis at RSCM in 2019-2020, there were 111 types of drugs prescribed and the most frequently prescribed drug was bisoprolol (36.5%). The proportion of patients who received treatment with a potential DDI was 76% (81 patients), while the proportion of patients who experienced ADR suspected due to DDI was 28% (23 patients) from 81 patients with suspected DDI. The ADRs were hyperglycemia (17 patients), hypertension (1 patient), hyperkalemia (1 patient) and hypotension (1 patient). There was a statistically significant association between the confounding variables, namely, number of drugs, cardiovascular disease and DM with ADR suspected due to DDI (p<0.05). Multivariate analysis found that only cardiovascular disease (congestive heart failure and coronary artery disease) had a statistically significant relationship with ADR suspected due to DDI (p = 0.03).
Conclusion: In this study, 76% of patients received treatment with potential DDI. Meanwhile, 23% from 81 patients patients with DDI experienced ADR suspected due to drug interactions. The most often occuring ADR is hyperglycemia. It was found that cardivascular comorbidity is a risk factor for having an ADR suspected cause by DDI.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rezki Yuni Adelia
"Seorang apoteker harus bisa membaca, mengkaji resep obat yang diterima, serta menggali informasi lain yang berhubungan dengan resep untuk dapat melaksanakan pelayanan farmasi klinik. Salah satu informasi yang perlu digali dari resep yaitu efek samping obat (ESO) dan potensi interaksi obat. Dengan mengetahui efek samping obat serta potensi interaksi obat, apoteker dapat mencegah terjadinya kesalahan pengobatan ataupun munculnya reaksi obat yang tidak diinginkan (ROTD). Penelitian dilakukan dengan memilih beberapa resep polifarmasi yang dilayani di Apotek Roxy Pitara pada periode September 2022 yang kemudian dianalisis efek samping obat serta ada atau tidaknya potensi interaksi obat. Analisis dilakukan dengan merujuk pada literatur tentang obat. Dari hasil analisis terkait efek samping obat dan potensi interaksi obat pada beberapa resep polifarmasi yang dilayani di Apotek Roxy Pitara, didapat beberapa kesimpulan, yaitu: tiap obat memiliki efek samping yang terbagi kedalam kategori umum dan serius. ESO yang termasuk kategori umum adalah ESO yang ringan dan lebih sering terjadi, seperti mual, muntah, sakit kepala, mengantuk, dsb. ESO yang termasuk kategori serius merupakan ESO yang jarang terjadi namun membutuhkan penanganan yang lebih serius bila terjadi. Pada ketiga resep polifarmasi ditemukan beberapa potensi interaksi obat yang umumnya memiliki tingkat keparahan C sehingga hanya membutuhkan perhatian dan pemantauan khusus saja.

A pharmacist must be able to read, review drug prescriptions received, and obtain other informations related to the prescription to be able to carry out the clinical pharmacy services. The informations needed from the prescription are including the adverse effects and potential drug interactions. By knowing the side effects of drugs and potential drug interactions, pharmacists can prevent medication errors or adverse drug reactions (ADR). The research was carried out by selecting several polypharmacy prescriptions at Roxy Pitara Pharmacy in September 2022 which were then analyzed for adverse effects and whether or not there were potential drug interactions. The analysis was carried out by referring to the drug literatures. The results of the analysis regarding adverse effects and potential drug interactions in several polypharmacy prescriptions at Roxy Pitara Pharmacy, several conclusions were obtained, namely: each drug has adverse effects which are divided into general and serious categories. The adverse effects which belongs to the general category that is mild and occurs more frequently, such as nausea, vomiting, headaches, drowsiness, etc. The adverse effects which is included in the serious category is the side effects which rarely occurs but requires more serious treatment when it occurs. In the three polypharmacy prescriptions analyzed, several potential drug interactions were found which generally had a severity level of C so that they only required special attention and monitoring."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Wijayanti
"Coronavirus Disease 2019 masih menjadi permasalahan kesehatan global sampai saat ini. Pengobatan COVID-19 belum definitif sehingga penggunaan terapi yang sudah ada dengan profil keamanan yang terbukti menjadi strategi yang menjanjikan. Informasi mengenai keamanan obat sudah diketahui, tetapi data terkait interaksi obat masih terbatas. Polifarmasi, usia, dan jumlah komorbiditas juga menjadi prediktor penting dari interaksi obat yang merugikan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi interaksi obat dan faktor-faktor yang memengaruhi potensi interaksi obat pada pasien COVID-19 rawat inap di Rumah Sakit Universitas Indonesia periode Januari sampai Desember 2021. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional retrospektif. Pengambilan sampel penelitian dari rekam medis dilakukan dengan metode konsekutif. Potensi interaksi obat diperiksa dengan referensi online Lexi-interact®. Potensi interaksi obat yang terdeteksi pada 206 pasien berjumlah 272 kasus dengan 23,9% kategori B, 61,4% kategori C, 10,7% kategori D, dan 4% kategori X. Potensi interaksi obat dengan kejadian paling tinggi pada kategori B terjadi pada parasetamol dan favipiravir (25 kasus), kategori C pada levofloksasin dan deksametason (27 kasus), kategori D pada ondansetron dan domperidon (13 kasus) dan kategori X pada kalium klorida dan loratadin dan pseudoefedrin (2 kasus). Hasil uji korelasi Spearman’s rho menunjukkan adanya korelasi positif dengan nilai p<0,05 antara usia, jumlah obat, dan komorbiditas dengan potensi interaksi obat. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat potensi interaksi obat yang beragam serta adanya hubungan antara usia, jumlah obat, komorbiditas terhadap potensi interaksi obat pada pasien COVID-19 rawat inap di Rumah Sakit Universitas Indonesia periode Januari sampai Desember 2021.

Coronavirus Disease 2019 is still a global health issue to date. The treatment of COVID-19 is not yet definitive so the use of existing therapies with a proven safety profile is a promising strategy. Information regarding drug safety is well known, but data related to drug interactions are still limited. Polypharmacy, age, and the number of comorbidities are also important predictors of adverse drug interactions. This study aims to analyze the potential drug interactions and the factors that influence drug interactions in COVID-19 inpatients at the University of Indonesia Hospital from January to December 2021. This study is a retrospective cross-sectional study. Research sampling from medical records was performed by consecutive methods. Potential drug interactions are examined with Lexi-interact® online reference. Potential drug interactions detected in 206 patients accounted for 272 cases with 23.9% category B, 61.4% category C, 10.7% category D, and 4% category X. Potential drug interactions with the highest incidence in category B occured in paracetamol and favipiravir (25 cases), category C in levofloxasin and dexamethasone (27 cases), category D in ondansetron and domperidone (13 cases) and category X in potassium chloride and loratadine and pseudoephedrin (2 cases). The results of Spearman's rho correlation test showed a positive correlation with a p value <0.05 between age, the number of drugs, and comorbidity with the potential drug interaction. The conclusion of this study is that there are various potential drug interactions and there are relation between age, number of drugs, comorbidities to the potential drug interactions in COVID-19 inpatients at the University of Indonesia Hospital from January to December 2021."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library