Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vani Natasha
Abstrak :
Latar Belakang: Kesadaran masyarakat dalam mengganti kehilangan gigi posterior masih berada dalam angka yang rendah. Padahal, banyak studi menyatakan kehilangan gigi yang tidak diganti akan menyebabkan perubahan lengkung oklusal karena pergerakan patologis geligi sisa terutama dalam bidang vertikal. Pergerakan vertikal tersebut dipengaruhi berbagai hal, antara lain usia pasien. Akibat perubahan lengkung oklusal antara lain mastikasi menjadi tidak efisien serta akan mempersulit rencana perawatan dan prognosis pembuatan protesa. Tujuan: Mengetahui korelasi usia dengan perubahan lengkung oklusal berdasarkan ekstrusi gigi pada kehilangan gigi posterior yang tidak diganti. Metode: Penelitian deskriptif dengan pendekatan potong lintang pada studi model dan kartu status pasien RSGMP FKG UI tahun 2006-2008. Metode pemilihan sampel penelitian adalah purposive sampling dan didapatkan sebanyak 64 sampel penelitian. Analisis statistik secara univariat berupa distribusi frekuensi dari variabel usia, nilai ekstrusi gigi, serta uji bivariat menggunakan korelasi Pearson. Hasil: Didapatkan 64 sampel penelitian yang melengkapi kiteria inklusi. Usia sampel penelitian berkisar 20-58 tahun (usia rata-rata 38.53, SD ± 11.952). Hasil uji statistik korelasi Pearson menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna (p<0,01) dengan nilai korelasi Pearson (-0.402) dimana kekuatan korelasi adalah sedang dan berbanding terbalik antara usia pasien dengan perubahan lengkung oklusal berdasarkan ekstrusi gigi antagonis. Kesimpulan: Usia memilki hubungan bermakna dengan kedalaman lengkung oklusal dari bidang sagital berdasarkan besar ekstrusi pada kasus kehilangan gigi posterior yang tidak segera diganti.
Background: The awareness of replacing missing posterior teeth is still very low within the public even though research have shown that unreplaced missing tooth will likely alter the occlusal curve caused by pathological movement of antagonist totth, mainly on the vertical plane. The vertical movement is influenced by many factors, including patient?s age. Altered occlusal curve will reduce the efficienct of masticatory process as well as increasing the complexities of prognosis of protheses production and treatment planning. Aim: to study the correlation between aging on occlusal curve alteration as a result of unreplaced missing posterior tooth. Method: Descriptive studies using cross-sectional study method based on 2006-2008 data of dental cast and dental record of RSGMP FKG UI patients. Purposive sampling will be the method used and 64 samples will be used. Statistical analusis approach used was univariate statistics using frequency distribution of age, and dental extrusion measurement. Bivariate statistic test based on pearson correlation was also used to test the correlation between the two variables. Conclussion: All sixty four samples used met both inclusive and exclusive criteria. The samples age ranged from 20-58 years old, with a mean of 38.53 and standart deviation of 11.952. The Pearson correlation statistical test indicated a medium correlation and a inversed proportion relationship between age and occlusal curve alteration caused by antagonist tooth extrusion.
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Nafisah
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang: Kehilangan gigi posterior dapat menyebabkan terganggunya fungsi mastikasi sehingga dapat mempengaruhi asupan dan status nutrisi pralansia dan lansia. Pemakaian gigi tiruan dapat mengembalikan fungsi gigi yang hilang sehingga diharapkan dapat meningkatkan asupan dan status nutrisi. Belum ada penelitian yang mengamati asupan dan status nutrisi pada sebelum dan setelah pemakaian gigi tiruan di Indonesia. Beberapa penelitian terdahulu tentang hubungan antara kehilangan gigi dan pemakaian gigi tiruan dengan asupan dan status nutrisi di Indonesia dilakukan dengan studi potong lintang dan menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Tujuan: Menganalisis hubungan antara kehilangan gigi posterior dengan faktor sosiodemografi, hubungan antara kehilangan gigi posterior, pemakaian gigi tiruan, dan faktor sosiodemografi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dengan asupan dan status nutrisi. Metode: Penelitian ini dilakukan dengan desain observasional pada 30 pasien RSKGM Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia berusia 45 tahun ke atas yang akan dibuatkan gigi tiruan lepasan. Dilakukan pencatatan data diri subjek, pemeriksaan rongga mulut, pengukuran berat dan tinggi badan, serta wawancara kuesioner FFQ semikuantitatif dan MNA-SF. Hasil penelitian: Kehilangan gigi posterior diketahui tidak berhubungan dengan asupan dan status nutrisi. Kehilangan gigi posterior memiliki hubungan bermakna dengan usia dan tidak berhubungan dengan jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Uji analisis Paired T-Test menunjukkan adanya hubungan bermakna antara pemakaian gigi tiruan dengan asupan nutrisi. Terdapat perbedaan bermakna antara usia dengan asupan nutrisi pada 1 bulan setelah pemakaian gigi tiruan. Uji analisis Wilcoxon menunjukkan adanya hubungan bermakna antara pemakaian gigi tiruan dengan status nutrisi. Kesimpulan: Kehilangan gigi tidak berhubungan dengan asupan dan status nutrisi pralansia dan lansia. Namun, pemakaian gigi tiruan berhubungan dengan asupan dan status nutrisi pralansia dan lansia.
ABSTRACT
Background Posterior tooth loss can cause disruption of mastication and may affect the nutrient intake and nutritional status of pre elderly and elderly. Denture wearing can improve tooth function so it may improve patients nutrition. There has been no research that discusses nutrient intake and nutritional status before and after denture wearing in Indonesia. Previous studies on tooth loss and denture wearing with nutrient intake and nutritional status were using cross sectional study and showed inconclusive result. Objectives To analyze the relationship between posterior tooth loss and sociodemographic factors, the relationship between posterior tooth loss, denture wearing, denture type, and sociodemographic factors age, gender, educational level with nutrient intake and nutritional status. Methods Observational study was conducted on 30 patients that will be made a removable denture at RSKGM Faculty of Dentistry University of Indonesia aged 45 years and over. Subjects 39 personal data, oral examination, weight and height measurement were obtained, and interview for semiquantitative FFQ and MNA SF were conducted. Results There was no significant difference between posterior tooth loss and nutrient intake, and between posterior tooth loss and nutritional status. Posterior tooth loss is known to be age related and unrelated to gender and educational level. Paired T Test analysis showed significant difference between denture wearing and nutrient intake. There was a significant difference between age and nutrient intake 1 month after denture wearing. Wilcoxon analysis showed significant difference between denture wearing and nutritional status. Conclusion Posterior tooth loss is not related to nutrient intake and nutritional status of pre elderly and elderly. However, denture wearing is related to nutrient intake and nutritional status of pre elderly and elderly.
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library