Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syamsu Nur Riza Ananda
Abstrak :
Kasus chronic pulmonary aspergillosis (CPA) di Indonesia memiliki prevalensi ±83.000 penderita dengan penambahan kasus baru sebanyak 17.561 pasien dengan riwayat tuberkulosis paru-paru setiap tahunnya, disebabkan oleh kapang Aspergillus spp. Gen calmodulin (CaM) merupakan markah genetik Aspergillus yang memiliki spesifikasi sekuens tinggi untuk membedakan tiap spesies Aspergillus, namun studi mengenai profil sekuensnya pada isolat penderita CPA pasca tuberkulosis di Indonesia belum ditemukan laporannya. Penelitian ini menggunakan gen CaM untuk dianalisis sekuens DNA-nya sekaligus mengidentifikasi dan memantau spesies Aspergillus dari 31 isolat spesimen klinis pasien CPA beriwayat tuberkulosis paru-paru dari 6 rumah sakit umum di Jakarta. Ekstraksi DNA dilakukan menggunakan metode PCI lalu gen CaM diamplifikasi dengan primer Cmd5 dan Cmd6, selanjutnya dilakukan sekuensing DNA. Hasil menunjukkan sekuens gen CaM Aspergillus spp. memiliki wilayah lestari dan polimorfik khas antar spesies intraseksi maupun interseksi (Nigri, Fumigati, dan Flavi). Hasil identifikasi molekuler menunjukkan spesies terdiri dari A. niger (n = 3), A. fumigatus (n = 17), A. flavus (n = 4), A. tubingensis (n = 2), A. welwitschiae (n = 2), A. tamarii (n = 2), dan A. brunneoviolaceus (n = 1). Spesies A. welwitschiae dan A. tamarii dikonfirmasi menjadi salah satu spesies kriptik penyebab CPA pada pasien beriwayat tuberkulosis paru-paru di Jakarta, Indonesia. ......The number of chronic pulmonary aspergillosis (CPA) cases in Indonesia reached a prevalence number ±83.000 patients with increasing rate of 17.561 patients with lung tuberculosis medical history each year, caused by Aspergillus fungi. Calmodulin (CaM) gene is a biomarker for Aspergillus which has high sequence specifity to distinguish among species within the group, however a report to characterize its sequence profile on post-tuberculosis CPA isolates in Indonesia has not yet been found. The aims of this research are to conduct sequence analysis on Aspergillus CaM genes, also to identify and monitor the species from 31 isolates of post-tuberculosis CPA patient’s clinical specimens obtained from 6 public hospital in Jakarta. The results showed that CaM gene from Aspergillus spp. have unique conserved and polymorphic regions both intra/intersectionally (among Nigri, Fumigati, and Flavi) within the genus. The molecular identification results revealed a species consisiting A. niger (n = 3), A. fumigatus (n = 17), A. flavus (n = 4), A. tubingensis (n = 2), A. welwitschiae (n = 2), A. tamarii (n = 2), and A. brunneoviolaceus (n = 1). A. welwitschiae and A. tamarii are confirmed to be one of cryptic species responsible for causing human post-tuberculosis CPA in Jakarta, Indonesia.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Akbar Bramantyo
Abstrak :
Ketersediaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) tidak menjamin penanganan TB yang adekuat. Hal tersebut tergambar melalui rendahnya angka kesembuhan TB di Nusa Tenggara Timur yang memunculkan berbagai risiko mulai dari resolusi tidak sempurna hingga kekambuhan TB. Sementara itu, berkembangnya alat ukur termasuk pemeriksaan darah lengkap menuntut pemanfaatan yang lebih baik. Studi ini memiliki tujuan untuk menyelidiki dan mengetahui hubungan antara faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin, status pendidikan, lama setelah pengobatan, serta status gizi terhadap gambaran pemeriksaan darah lengkap pada pasien pasca pengobatan TB. Studi ini berdasarkan desain potong lintang yang dilakukan terhadap pasien pasca TB sesuai catatan Puskesmas sejak tahun 2003 hingga 2010 di NTT yang telah dinyatakan sembuh dan mengikuti pengobatan hingga selesai. Didapatkan sebanyak 63 subjek pasca pengobatan TB ikut serta dalam studi ini. Terdapat gambaran pemeriksaan darah abnormal yang ditemukan berupa peningkatan LED, leukositosis, limfositosis, serta anemia. Gambaran peningkatan LED ditemukan bermakna secara signifikan pada kelompok dengan jenis kelamin perempuan, faktor usia di atas 45 tahun, lama pengobatan kurang dari 3 tahun, serta status gizi underweight (p<0,05). Selain itu, pada studi ini juga didapatkan karakteristik pasien pasca TB, kaitan temuan objektif hasil pemeriksaan darah lengkap dengan gejala klinis, serta 9 dari 37 pasien pasca TB yang dapat diperiksa BTA menunjukkan hasil sputum BTA positif. ......Availability of Anti-Tuberculosis Drugs does not guarantee adequate treatment of TB. It is reflected by the low cure rate of TB in East Timor that gives rise to a variety of risks ranging from imperfect resolution to TB recurrence. Meanwhile, the development of measurement tools including complete blood examination demand better utilization. This study has the objective to investigare and determine the relationship between factors such as age, gender, educational background, time after TB treatment, as well as the nutritional status with the hematological profile in patients with previous TB treatment. This study is also based on cross-sectional design conducted on patients with post-tuberculosis according to primary health care records from 2003 to 2010 in East Timor, which has been declared cured and follow complete treatment. 63 subjects of post TB treatment participated in this study. Abnormal hematological profile were found such as increased ESR value, leucocytosis, lymphocytosis, and anemia. The value of increased ESR was found statistically significant in the group factors of female gender, more than 45 years, duration after treatment is less than 3 years, and the nutritional status of underweight (p<0,05). In addition, the study also found post TB patient characteristics, connection between objective finding of complete blood count with clinical symptoms, and 9 of the 37 patients show the result of positive sputum smear examination.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghina Khairunnisa
Abstrak :
Penatalaksanaan standar tuberkulosis (TB) yang disusun WHO memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi. Namun, masalah kesehatan pasien pasca-TB, seperti anemia, belum banyak diketahui. Padahal, anemia merupakan masalah kesehatan yang umum pada pasien TB dan dapat terjadi persisten bahkan setelah pengobatan selesai. Penelitian ini bertujuan mengetahui prevalensi dan gambaran anemia pada pasien pasca-TB serta faktor-faktor yang berhubungan. Pada penelitian cross sectional ini, subjek diambil dari 3 kecamatan di Kabupaten Timor Tengah Selatan dengan metode total sampling. Karakteristik subjek dan gambaran klinis didapat dari wawancara menggunakan kuesioner. Data gambaran radiologis didapat dari foto polos toraks. Kadar hemoglobin dan laju endap darah (LED) diperoleh dari pemeriksaan darah perifer lengkap. Data indeks massa tubuh (IMT) diperoleh dari pengukuran antropometri. Dari 78 sampel, didapatkan prevalensi anemia pada pasien pasca TB sebesar 19,2% yang terdiri dari anemia mikrositik hipokrom (60%) dan normositik normokrom. Tidak terdapat hubungan antara anemia dengan gambaran klinis, baik batuk, demam atau keringat malam, sesak napas, dan nyeri dada (p>0,05). Anemia juga tidak berhubungan dengan gambaran infiltrat, kavitas, maupun peningkatan LED (p>0,05). Terdapat hubungan antara IMT<18,5 kg/m2 dengan anemia (p=0,013), OR 5,0 (95% CI 1,28-19,46). Anemia masih menjadi masalah kesehatan pada pasien pasca-TB dan berhubungan dengan rendahnya status gizi pada pasien pasca-TB. ......Standard tuberculosis (TB) treatment that has been established by WHO has high success rate. Yet, health problem among post-TB patient, such as anemia, has not been studied, though anemia is common health problem in TB patient and can persists even after successful treatment. The study aimed to fnd out prevalence of anemia in post-TB patients and its associated factors. In this cross sectional study, subject was enrolled from 3 subdistrict in Timor Tengah Selatan district, using total sampling method. Subject characteristic and clinical presentation of TB was obtained by interview based on questionnare. Data of radiologic finding was collected by conducting chest X-Ray. Hemoglobin level and erythrocyte sedimentation rate (ESR) was obtained from complete blood count. Body mass index (BMI) is calculated from anthropometric measurement. Involving 78 subject, this study found prevalence of anemia in post-TB patient is 19,2% consisted of normositic normochromic (60%) and micrositic hypochromic anemia. Neither cough, fever or night sweat, breath difficulty nor chest pain has associaton with anemia (p>0,05). Anemia also has no association with infiltrate, cavity, and elevated ESR (p>0,05). There is association between BMI <18,5 kg/m2 and anemia (p=0,013 ), OR 5,0 (95% CI 1,28-19,46). Anemia still become a health problem for post-TB patient and it is associated with poor nutritional status among post-TB patient.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library