Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rifka Rahman Hakim
Abstrak :
Studi ini berangkat dari maraknya kasus kekerasan seksual khususnya yang menimpa anak-anak (kekerasan seksual anak) terjadi di Indonesia. Meluasnya Pornografi disebut-sebut banyak pihak sebagai penyebab fenomena ini terjadi. Menggunakan dua pendekatan sekaligus, yakni kualitatif sebagai pendekatan utama dan kuantitatif sebagai pendukung, penelitian ini berusaha menelusuri pola penggunaan media pornografi pada pelaku kekerasan seksual anak dan bagaimana media pornografi berhubungan dengan perilaku seksual mereka tersebut. Berdasarkan analisis statistik deskriptif data kuantitatif yang diperoleh dengan metode survey pada 30 orang responden diduga bahwa penggunaan media pornografi pada pelaku kekerasan seksual anak penghuni Lembaga Pembinaan Khusus Anak tidak banyak berbeda dengan orang biasa pada umumnya. Berdasarkan studi kasus dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara diketahui bahwa bagaimana penggunaan media pornografi memengaruhi perilaku seksual pelaku kekerasan seksual anak merupakan hasil dari mekanisme pemutarbalikan persepsi, proses belajar sosial, efek desensitisasi, serta adanya keterbangkitan seksual (sexual aurosal) para pelaku kekerasan seksual anak tersebut. Penelitian ini menyimpulkan bahwa hubungan antara penggunaan media pornografi dan kekerasan seksual tidak bersifat langsung. Konsumsi pornografi mendorong terbentuknya skema tertentu tentang perempuan dan kondisi tersebut yang mendorong terjadinya kekerasan seksual. ...... This study departs from the rampant cases of sexual violence, especially affecting children (child sexual abuse) occurred in Indonesia. Widespread pornography is touted by many as the cause of this phenomenon occurs. Using two approaches at once, qualitative as a main and quantitative as a supporter, this study tried to discover patterns of media use of pornography on the perpetrators of child sexual abuse and how the media of pornography relates to their sexual behavior. Based on the descriptive statistical analysis of quantitative data obtained by the the method of the survey on 30 respondents alleged that the use of media pornography on the perpetrators of child sexual abuse is not much different from people in general. Based on case studies with data collection through interviews showed that how the use of media pornography affects sexual behavior of perpetrators of child sexual abuse is the result of a twisting mechanism of perception, social learning processes the effects of desensitization, and the presence of sexual arousal perpetrators of sexual abuse of the child. The study concluded that the relationship between media use pornography and sexual violence is not straightforward and not directly. Consumption of pornography encourages the formation of certain schemes on women on perpetrators and the conditions that perpetuate sexual violence.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riris Novalisa Indriyani
Abstrak :
Organization-Public Relationship (OPR) merupakan konsep public relations yang menunjukkan peran utama public relations adalah menjalin dan memelihara hubungan baik dengan publiknya. Dalam pelayanan jasa transportasi udara, PT Angkasa Pura II dan maskapai penerbangan melakukan hubungan kerja sama dan pembinaan hubungan baik dapat meningkatkan kedekatan hubungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan OPR yang dilakukan public relations melalui cara pembinaan hubungan dan mengetahui outcome dari pelaksanaan OPR. Penelitian ini menggunakan paradigma post-positivis, pendekatan kualitatif deskriptif dan strategi studi kasus. Metode pengumpulan data wawancara mendalam, observasi dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan OPR telah dilakukan public relations PT Angkasa Pura II dan outcome yang dihasilkan secara keseluruhan cukup baik yang memberikan kepuasan dan kepercayaan maskapai penerbangan. ......Organization-Public Relationship (OPR) is the concept of public relations that indicate the primary role of public relations is to establish and maintain good relations with the public. In air transportation services, PT Angkasa Pura II and airlines do a cooperative relationship and fostering good relations can improve their relationships. The purpose of this study is to determine the implementation of OPR conducted by public relations through fostering relationships and knowing the outcome of the implementation of the OPR. This study uses post positivism paradigm, descriptive qualitative approach using case study strategy. Data collection methods used are in depth interview, observation, and documentation study. The result showed that the implementation of the OPR has been conducted by public relations of PT Angkasa Pura II and overall outcome is good enough to give satisfaction and trustworthiness in airlines.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Heriyanto
Abstrak :
Penulisan tesis ini hendak membangun semacam multi-dialog, yaitu dialog antara filsafat dan sains, antara filsafat dan budaya/pemikiran kontemporer, antara filsafat dan problem/krisis global, dengan segenap subject-matter di dalamnya seperti dialog antara manusia dan alam, antara manusia dan Tuhan, antara fakta dan nilai, antara kesadaran dan materi, antara jiwa dan tubuh, antara subyek yang mengetahui dan obyek yang diketahui, dan antara `aku' dan `yang lain'. Penulis tesis berpendapat bahwa dialog itu hanya dapat terwujud, di antaranya, melalui studi filosofis yang relevan, yaitu filsafat holisme-ekologis. Dialog filsafat dengan sains dan kehidupan dunia global semakin urgen dirasakan karena kita melihat ketimpangan yang semakin menganga antara wilayah pemikiran filsafat dengan wacana sains dan praksis kehidupan. Perkembangan sains kontemporer telah sedemikian pesat sehingga manusia seakan tidak sanggup lagi memahami dan memaknainya dalam konteks kemanusiaan. Begitu pula, perkembangan global dengan segenap problem dan krisis di dalamnya menuntut cara pandang, visi dan paradigma yang lebih mampu memahami kompleksitas dan dinamika jaringan kehidupan global yang makin terkait satu sama lain, tersalinghubungkan dan saling mempengaruhi. Jika dialog ini tidak segera dilakukan, maka hanya akan memperburuk problem dan krisis global serta memperdalam apa yang disebut oleh Fritjof Capra sebagai "krisis persepsi". Latar belakang pokok tesis ini dapat diwakili oleh pemyataan R.D. Laing: "Kita telah menghancurkan dunia secara Mori sebelum kita menghancurkannya dalam praktek " Dan gagasan sentral tesis ini adalah bahwa terjadinya krisis persepsi yang menyertai pelbagai problem dan krisis global yang kompleks dan multidimensional terkait erat dengan pandangan dunia manusia modern umumnya yang telah dianut selama tiga ratus tahun terakhir; pandangan dunia itu kita namakan sebagai "paradigma Cartesian-Newtonian". Paradigma ini pada mulanya merupakan cara pandang pemikiran dan sains modem yang mekanistik, atomistik dan reduksionis. Karena sains dan pemikiran modern berperan utama dalam mengkonstitusi peradaban modern, maka secara alamiah paradigma Cartesian Newtonian itu berkembang secara pervasif, mendalam dan menghegemoni manusia modern umumnya baik disadari maupun tidak. Ditemukan bahwa karakteristik pokok paradigma Cartesian-Newtonian adalah dualisme yang tegas antara kesadaran dan materi, antara jiwa dan tubuh, subyek dan obyek, yang mencakup wilayah ontologis dan epistemologis. Kecuali secara teoritis tidak dapat lagi menjadi kacamata untuk memahami realitas, secara praksis paham dualisme ini bermuara kepada pelbagai konflik serius antar sesama manusia dan antara manusia dengan alam semesta. Krisis ekologis merupakan salah satu dampak nyata dart dualisme paradigma Cartesian-Newtonian. Sesuai dengan karakter paradigma alternatif yang ditawarkan, yaitu holistik dan ekologis, metode yang digunakan untuk membangun paradigma itu pun menggunakan pendekatan holistik, sistematik, dan ekologis. Cara pandang seseorang terhadap realitas merupakan agregat dari pandangan dunia yang dianut dalam wilayah ontologi, kosmologi, epistemologi, ekologi, dan juga antropologi. Dengan perthnbangan itu, agar paradigma baru yang dikehendaki dapat menjadi alternatif terhadap paradigma Cartesian-Newtonian dalam era post-positivisme ini tentuharus mengandung pandangan dunia yang mencakup wilayah ontologi, kosmologi, epistemologi, ekologi, dan antropologi. Oleh karena itu, tesis ini memanfaatkan gagasan-gagasan beberapa filsuf yang dianggap selaras dan sinergis sedemikian sehingga dapat dirakit (disintesis) secara organis membangun sebuah pandangan dunia baru, paradigma baru yang kita namakan filsafat holisme-ekologis. Beberapa filsuf dan pemikir yang menjadi acuan utama penulisan tesis ini adalah Mulla Sadra, Alfred North Whitehead, Gregory Bateson, Fritjof Capra, dan Ame Naess; mereka secara berturut-turut menyumbang gagasan pemikiran dalam ontologi, kosmologi, epistemologi dan ekologi, serta antropologi yang masing-masing pemikir memilikinya. Diperoleh bahwa mereka memiliki kesamaan pokok yang sesuai dengan tema sentral tesis ini, yaitu pandangan yang holistik dan ekologis terhadap realitas dan pengetahuan mengenai realitas. Berpandangan holistik artinya lebih memandang aspek keseluruhan daripada bagian-bagian, bercorak sistemik, terintegrasi, kompleks, dinamis, non-mekanistik, non-linier. Berpandangan ekologis maksudnya memandang bahwa segala sesuatu di alam raya mengandung nilai-nilai intrinsik; bahwa alam kosmos merupakan jaringan yang saling terhubungkan serta merupakan sistem hidup yang berkemampuan self: organization. Mereka sama-sama memiliki sense of sympatheia atau participant consciousness sedemikian sehingga mereka merasakan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari alam raya yang sungguh mempesona (enchantment of the world). Mereka menolak keras pelbagai bentuk keterpilahan, fragmentasi dan pengisolasian baik pada ranah ontologis maupun ranah epistemologis. Umumnya mereka juga mengkritik tajam metafisika Aristotelean yang dianggap cenderung membakukan realitas yang dinamis. Mulla Sadra berhasil menjelaskan relasi yang alamiah dan substansial antara kesadaran dan materi, jiwa dan tubuh, melalui prinsip gerak trans-substansial; bahwa jiwa dan tubuh merupakan dua tingkat gradasi eksistensi dalam kesatuan lautan eksistensi. Whitehead membangun kosmologi yang menempatkan alam raya sebagai suatu organisme atau sistem hidup dengan penekanan kepada `proses', `becoming' daripada `being', relasi, kreativitas, dan prinsip pansubyektivitas. Bateson menyumbang gagasan-gagasan epistemologis yang lebih menganggap primer 'pola' daripada materi, `relasi' daripada entitas, context daripada content, kualitas daripada kuantitas, keseluruhan daripada bagian-bagian. la membangun Teori Sibemetika yang menempatkan pikiran (Mind) sebagai sesuatu yang imanen dalam sistem sebagai suatu keseluruhan. Capra merupakan kompilator yang merangkum pelbagai fenomena perkembangan pemikiran dan sains mutakhir melalui kajian epistemologi dan cara pandang mengenai realitas, visi dan nilai. la menyebutkan terjadinya pergeseran paradigma dari `self-assertion' menuju `integration' yang mencakup perubahan cara berpikir dan nilai-nilai. Arne Naess mencoba mengejewantahkan gagasan-gagasan ekologis para fiisuf, terutama Whitehead, dalam semangat aktivisme dan gerakan ekologis yang ia sebut sebagai Gerakan Ekologi Dalam (Deep Ecology Movement). la mendekonstruksi pengertian `self manusia modern yang cenderung antroposentristik-egoistik dan menawarkan konsep `self yang kosmik, ekosentristik, dan imanen dalam sistem yang lebih besar. Dengan demikian, beberapa karakter utama paradigma holistik-ekologis dapat disebutkan sebagai berikut. Pertama, sistem ontologis yang dinamis, eksistensial dan menyatukan kesadaran-materi. Realitas lebih dilihat sebagai jaringan kehidupan yang saling terkait erat, interkoneksi dan interdependensi antar bagian-bagian dan antara keseluruhan dan bagian-bagiannya. Kedua, epistemologi yang mengintegrasikan subyek `yang mengetahui' dan obyek `yang diketahui', imanensi kesadaran subyek dalam sistem sebagai suatu keseluruhan. Pengetahuan tidak terlepas dari nilai-nilai kemanusiaan seperti etika dan estetika; bahwa fakta dan nilai tidak terpisahkan. `Mengetahui' adalah proses kehidupan, kreativitas yang mengkonstitusi realitas; `mengetahui' adalah `mengada', suatu proses transformasi nilai-nilai eksistensial kemanusiaan. "Berpikir seperti alam berpikir" merupakan salah satu adagium epistemologi yang dianut dalam paradigma holisme-ekologis. Ketiga, berkarakter dialogis-sintesis dan realis-kritis sehingga dapat berdialog dengan pelbagai wilayah peradaban manusia, seperti wacana wins, pemikiran kebudayaan kontemporer dan realitas kehidupan global. dengan segenap problemanya.
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T2277
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library