Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alya Aryasatiana Azzahra
Abstrak :
Geopolimer adalah bahan bangunan ramah lingkungan sebagai subtitusi semen portland. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kondisi optimal dalam proses pembentukan geopolimer untuk mencapai nilai kuat tekan terbaik. Fokus penelitian ini adalah pada pengaruh suhu pelarutan aktivator, yaitu NaOH dan Na2SiO3, dengan variasi suhu pelarutan 30°C, 40°C, dan 50°C, serta penambahan semen portland sebesar 5%, 10%, dan 15% terhadap berat fly ash sebagai prekursor. Nilai kuat tekan terbaik, yaitu 20,12 MPa, dicapai pada sampel dengan suhu pelarutan aktivator alkali 40°C dan substitusi semen portland sebesar 15% terhadap fly ash. Nilai tersebut lebih tinggi daripada sampel kontrol semen portland yang memiliki kuat tekan sebesar 19,42 MPa. Sampel terbaik tersebut kemudian dikarakterisasi dengan beberapa uji, yang mengindikasikan pembentukan beberapa kristal baru seperti kuarsa, okenite, faujasite-Na, anortit, dan aluminocoquimbite yang memiliki tingkat kekerasan mineral cukup tinggi. Selain itu, terdeteksinya ikatan-ikatan seperti Si-O-Si dan Al-O-Si yang lebih kuat pada sampel dengan nilai kuat tekan tertinggi. ......Geopolymer is an environmentally friendly building material used as a substitute for Portland cement. This research aims to determine the optimal conditions in the geopolymer formation process to achieve the best compressive strength value. The focus of this research is on the influence of the dissolution temperature of activators, namely NaOH and Na2SiO3, with dissolution temperature variations of 30°C, 40°C, and 50°C, as well as the addition of Portland cement by 5%, 10%, and 15% by weight of fly ash as a precursor. The best compressive strength value, which is 20.12 MPa, was achieved in samples with an alkali activator dissolution temperature of 40°C and a substitution of 15% Portland cement for fly ash. This value is higher than the control sample of Portland cement, which has a compressive strength of 19.42 MPa. The best samples were then characterized with several tests, indicating the formation of several new crystals such as quartz, okenite, faujasiteNa, anorthite, and aluminocoquimbite, which have a relatively high mineral hardness level. In addition, the presence of stronger bonds such as Si-O-Si and AlO-Si was detected in samples with the highest compressive strength value.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurvita Asyiah E.
Abstrak :
Salah satu faktor penting dalam suatu perencanaan konstruksi adalah kemungkinan adanya penurunan yang disebabkan oleh pembebanan. Sedangkan tanah gambut memiliki sifat dan karakteristik yang sangat berbeda dengan tanah lempung. Tanah gambut memiliki karakteristik unik, dimana pada perilaku konsolidasinya tanah gambut memiliki kompresibilitas volumetrik yang tinggi. Maka di dalam laboratorium perilaku penurunan tanah ini dapat diukur dengan melakukan uji konsolidasi. Tentunya kesetimbangan yang sebenarnya tercapai secara normal di laboratorium, tetapi untuk pertimbangan praktis sebuah prosedur telah diterima secara meluas, yaitu melalui penambahan beban sebanyak dua kali pembebanan awal. Analisis yang digunakan adalah mempelajari nilai Cc (Compression Index) pada hasil penelitian yang dilakukan di laboratorium. Metode yang digunakan adalah tanah gambut yang distabilisasi dengan menggunakan semen Portland tipe V yang mempunyai kelebihan untuk menyerap air lebih banyak dan tahan terhadap kandungan asam yang tinggi pada tanah gambut. Tanah gambut yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah gambut yang berasal dari desa Bereng Bengkel, Kalimantan. Pengolahan data dilakukan dengan hasil berupa kurva hubungan angka pori (e) dengan tegangan (?). Diharapkan dengan hasil analisis nilai Cc dari kemiringan kurva hubungan angka pori (e) dan tegangan (?) akan dapat dikembangkan suatu perencanaan konstruksi pada lahan bertanah gambut. ......One of the important factors in a construction planning is the calculation of the possibility of soil descending caused by weight. While peat soil has different feature and characteristic from clay. Peat soil has unique characteristic, where at its consolidation behavior, it has a high volumetric compressibility. Therefore, in the laboratory this possibility of soil descending behavior can be measured by doing consolidation test. Of course the real weighing is normally attained at the laboratory. But for the practical comparison, a procedure has been accepted worldwide, which is through the addition of the weight twice as much as the initial weight. Analysis that is used is to study Cc value (Compression Index) on the experiment's result that is done at the laboratory. Method used is the peat soil is stabilized by using Portland Cement type V which has the ability to absorb water more and endure the high acid contained in the peat soil. The peat soil used in this experiment is taken from Bereng Bengkel village, Kalimantan. Processing data is made with the result of connection curve between void ratio (e) and pressure (?). It is hoped that with this analysis result of Cc value from slanting curve, the relation of void ratio (e) and pressure (?), it will be possible to develop a construction planning on peat soil.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S35295
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafif Bagoes Zikri
Abstrak :
Latar Belakang: Pemajanan terhadap PM2,5 di lingkungan telah diketahui berperan terhadap efek kesehatan manusia, terutama menyebabkan penurunan fungsi paru. Tujuan: Mengetahui hubungan antara konsentrasi PM2,5 terhadap penurunan fungsi paru pada karyawan Pabrik Bogor PT. X, tahun 2017. Metode: Studi cross-sectional dilaksanakan di area produksi Plant 1 dan Plant 2, area tambang, dan area kantor pada Pabrik Bogor PT. X. 76 karyawan tetap terpilih secara purposive sebagai sampel dalam penelitian ini. Pengukuran PM2,5 dan faktor-faktor lingkungan dilakukan secara indoor dan outdoor disesuaikan dengan area tersebut. Dilakukan pengukuran fungsi paru secara spirometri, dan pengukuran konsentrasi PM2,5 menggunakan Haz-Dust dan MiniVol Air Sampler. Data lainnya diperoleh dari wawancara menggunakan kuesioner. Analisis secara bivariat dengan metode chi-square, dan analisis multivariat dengan metode regresi logistik ganda. Hasil: Secara bivariat dengan penurunan fungsi paru, hanya ditemukan hubungan signifikan antara penggunaan APD dan penurunan fungsi paru p=0,030; OR: 4,688; CI: 1,174-18,721. PM2,5 meningkatkan risiko sebesar 3,3 kali CI: 0,657-16,902. Faktor lainnya yang meningkatkan risiko antara lain usia OR: 1,8; CI: 0,207-15,687, status gizi OR: 5,143; CI: 0,614-43,103, derajat berat merokok OR: 1,64; CI: 0,431-6,236, dan kebiasaan berolahraga OR: 4,2; CI: 0,499-35,340. Ditemukan fenomena Healthy Worker Effect pada penelitian ini, dengan adanya risiko pada kelompok masa kerja 35 g/m3 memiliki risiko sebesar 2,094 lebih tinggi untuk mengalami penurunan fungsi paru setelah dikontrol oleh variabel-variabel confouding yaitu penggunaan APD, masa kerja, usia, dan status gizi. Saran: Perlu diadakan penelitian lanjutan dengan pendekatan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan untuk melihat estimasi risiko berdasarkan asupan. ...... Background: It has been known that the exposure of PM2,5 has various health effects, including an impaired lung function. Objective: To examine the relationship between PM2,5 exposure with lung function impairment on workers of PT. X's Bogor Plant, 2017. Methods: A cross sectional study in the production area, quarry area, and office of PT. X's Bogor Plant. 76 employees purposively included as research samples. PM2,5 and environmental factors measured in indoor and outdoor, adjusted by the area's characteristics. The condition of lung function acquired by spirometry test, and the concentration of PM2,5 obtained by using Haz Dust and MiniVol Air Sampler. Results: Bivariate analysis only shows the usage of PPE as the variable that significantly related with lung function impairment p 0,030 OR 4,688 CI 1,174 18,721. PM2,5 concentration increase the risk 3,3 times CI 0,657 16,902. Covariate factors which increases the risk are age OR 1,8 CI 0,207 15,687, Body Mass Index BMI OR 5,143 CI 0,614 43,103 smoking habit as in Brinkman Index BI OR 1,64 CI 0,431 6,236, and exercise habits OR 4,2 CI 0,499 35,340. The Healthy Worker Effect phenomenon is found on this research, marked by there is a higher risk on workers categorized has been working 35 g m3 have 2,094 times higher to experience lung function impairment, after being controlled by confounding variables the usage of PPE, years of work, age, and BMI. Suggestion: In the future, it is strongly recommended to do further research with Environmental Health Risk Analysis approach to estimate the risk.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S67103
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wisnu Ady Prasetiyo
Abstrak :
Ketika beton berada dalam lingkungan air laut, tanah, dan kawasan industri dimana banyak terkandung sulfat, beton akan menjadi rentan terhadap serangan sulfat yang dapat mengurangi durabilitas beton akibat adanya disintegrasi material-material penyusun beton oleh sulfat. Bermacam-macam teknologi dikembangkan untuk mencegah serangan sulfat ini. Salah satunya adalah dengan pengembangan semen portland tipe II. Selain itu, dewasa ini dikembangkan juga beton pemadatan sendiri (self compacting concrete/SCC) yang memiliki flow ability yang tinggi yang dapat mengurangi permeabilitas beton yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan perusakan beton oleh sulfat. Namun demikian, seberapa besar ketahanan beton SCC yang menggunakan semen portland tipe II perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Penelitian ini dilakukan dengan cara membedakan metode perendaman beton. Setelah direndam dalam air suling selama 28 hari, beton akan direndam dalam empat kondisi, yaitu dalam air suling, dalam air laut, dalam larutan magnesium sulfat 5%, dan dalam larutan magnesium sulfat 5% dengan metode perendaman rendam angkat yang mengikuti perilaku pasang surut air laut selama 14 dan 28 hari. Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian kuat tekan, kuat tarik belah, kuat lentur, dan permeabilitas. Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa benda uji yang direndam dalam lingkungan yang mengandung sulfat menyebabkan penurunan kuat tekan sebesar 0,77%, kuat tarik belah sebesar 5,92%, dan kuat tarik lentur sebesar 8,26% untuk beton yang direndam dalam air laut, serta kuat tekan sebesar 16,93%, kuat tarik belah sebesar 11,58%, dan kuat tarik lentur sebesar 19,66% untuk benda uji yang direndam dalam magnesium sulfat. Pengkondisian rendam angkat memperbesar efek dari serangan sulfat sebesar 1,22% untuk kuat tekan, 0,6% untuk kuat tarik belah dan 5,3% untuk kuat tarik lentur. Selain itu, didapatkan pula bahwa tingkat kelolosan air bertambah sebesar 54,33% untuk beton yang direndam dalam air laut, 76,78% untuk beton yang direndam dalam magnesium sulfat, dan 107,46% untuk beton yang direndam dalam larutan magnesium sulfat dengan metode perendaman rendam angkat.
When the concrete is subjected to sea water, soil, and industrial area where high amount of sulfate is contained, concrete will be susceptible to sulfate attack that will reduce its durability due to disintegration of the materials by sulfate. Various technologies are developed to prevent this sulfate attack. One of them is the the development of Portland cement type II. In addition, nowadays self compacting concrete (SCC) was also developed. SCC has high flow ability which can reduce the permeability of concrete, which is one of the factors that affect the rate of deterioration of concrete by sulfate attack. However, how much this SCC that use portland cement type II can resist sulfate attack need a further research. This research performed by differentiating the condition of immersion. After being immersed in tap water for 28 days, concrete will be immersed in four conditions: in tap water, sea water, 5% magnesium sulfate solution with full-mmersion, and 5% magnesium sulfate solution with drying-immersion cycle. The tests done on this research consist of compressive strength test, splitting tensile strength test, flexural strength test, and permeability test. The result of this research indicated that the specimens immersed in an sulfate-containing environment causes the decrease of compressive strength about 0,77%, splitting tensile strength about 5,92%, and flexural strength about 8,26% for concrete immersed in sea water and compressive strength about 16,93%, splitting tensile strength about 11,58%, and flexural strength about 19,66% for concrete immersed in magnesium sulfate. Drying-immersion cycle enlarge the effect of sulfate attack about 1,22% for compressive strength, 0,6% for splitting tensile strength, and 5,3% for flexural strength. In addition, it was also found that the permeability increased by 54,33% for concrete immersed in sea water, 76,78% for concrete immersed in magnesium sulfate, and 107,46% for concrete immersed in magnesium sulfate with drying-immersion cycle.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S637
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Monika Kristyana Putri
Abstrak :
Serangan sulfat pada beton dalam jangka panjang dapat merusak ikatan antar material penyusun beton, sehingga mengurangi durabilitas beton. Salah satu teknologi praktis dalam pencegahan dampak serangan sulfat adalah penggunaan semen Portland tipe V. Selain itu, perkembangan teknologi beton berupa Self-Compacting Concrete (SCC) dapat meminimalisir jumlah void sehingga mengurangi difusi larutan sulfat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari karakteristik SCC dengan semen Portland tipe V, dan mengetahui pengaruh serangan sulfat terhadap beton dengan semen Portland tipe V. Benda uji direndam pada air suling selama 28 hari, kemudian diperlakukan dengan beberapa variasi perendaman, yaitu menggunakan air suling, air laut, larutan magnesium sulfat 5%, dan perlakuan wetting-drying (rendam-angkat) pada larutan magnesium sulfat 5% selama 14 dan 28 hari. Peninjauan pengaruh sulfat terhadap beton dilakukan dengan pengujian kuat tekan, kuat tarik belah, kuat lentur, dan permeabilitas. Kekuatan tekan, tarik belah, dan lentur beton diukur pada umur ke-28, 42, dan 56 hari. Sementara permeabilitas diukur ketika beton berumur 42 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama 28 hari, ketiga variasi perendaman menyebabkan penurunan kekuatan mekanis pada benda uji dibandingkan dengan benda uji yang direndam pada air suling. Akibat variasi perendaman air laut, presentase penurunan yang terjadi pada kekuatan tekan, tarik belah, dan tarik lentur masing-masing sebesar -7,23%, 3,37%, dan 1,68%. Sementara, akibat variasi perendaman larutan magnesium sulfat 5%, presentase penurunan pada kekuatan tekan, tarik belah, dan tarik lentur masing-masing sebesar -26,99%, -24,39%, dan 16,2%. Dan akibat perlakuan rendam-angkat pada larutan magnesium sulfat 5%, presentase penurunan pada kekuatan tekan, tarik belah, dan tarik lentur masing-masing sebesar -37,15%, -17,59%, dan 33,52%. Sementara, akibat perendaman dalam air laut, larutan magnesium sulfat, dan perlakuan rendam angkat pada magnesium sulfat, terjadi peningkatan penetrasi air pada uji permeabilitas, dengan presentase masing-masing sebesar -35,6%, 5,2%, dan 22,94%. Hasil yang didapat pada penelitian ini memerlukan penelitian lebih lanjut diakibatkan oleh kesalahan yang terjadi selama pembuatan benda uji.
Sulfate attack on concrete in a long period of time breaks the bond between the former materials, so that it reduces durability of concrete. One of some practical technologies in mitigating the effect of sulfate attack is the use of type V Portland cement. Besides, the advancement of concrete technology, namely Self-Compacting Concrete (SCC) can reduce the diffusion of sulfate solution through the void because of its smaller amount of void. The objectives of this study are to examine the characteristic of SCC using type V Portland cement, and to study the effect of sulfate attack on type V Portland cement concrete. The concrete is treated with some methods of immersion: using tap water, sea water, 5% magnesium sulfate solution, and wetting-drying cycle on 5% magnesium sulfate solution during 14 and 28 days after being immersed during 28 days on tap water. Effect of sulfate attack on concrete reviewed by observing the compressive, splitting tensile, and flexural strength, also the permeability on each sample. The compressive, splitting tensile, and flexural strength of concrete observed on the 28th, 42nd, and 56th day. While, the permeability observed only on the age of 42 days. The result of this study shows that the immersion of samples in those three variation of immersion during 28 days results in the reduction of mechanical strength relative to the samples immersed in tap water. The rates of reduction on compressive, splitting tensile, and flexural strength due to the immersion in sea water, consecutively, are -7,23%, 3,37%, and 1,68%. While, due to the immersion in 5% magnesium sulfate solution, the rates of reduction on compressive, splitting tensile, and flexural strength, consecutively, are -26,99%, -24,39%, and 16,2%. And The rates of reduction on compressive, splitting tensile, and flexural strength due to wetting-drying cycle on 5% magnesium sulfate solution, consecutively, are -37,15%, -17,59%, and 33,52%. Otherwise, the immersion in sea water, magnesium sulfate solution, and wetting-drying cycle on magnesium sulfate solution results in the increase of water penetration level on the permeability test, by the rate of -35,6%, 5,2%, and 22,94%. The result of this research needs a more advanced research, due to the errors happen in the making of the samples.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S595
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anggraeni Wahyu Murti
Abstrak :
Pemakaian semen Portland putih di Indonesia cenderung hanya digunakan sebagai pekerjaan finishing saja. Hal ini dikarenakan harga yang mahal karena semen Portland putih merupakan produk impor di Indonesia. Kini, dengan diproduksinya semen Portland putih oleh PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk, mendorong diaplikasikannya semen Portland putih sebagai bahan penyusun beton dengan fungsi sebagai elemen struktur. Campuran beton dengan menggunakan semen Portland putih dikenal dengan istilah Beton Semen Putih. Hasil penelitian mengenai karakteristik beton semen putih belum banyak dipublikasikan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian terhadap karakteristik beton semen putih. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh variasi rasio air-semen terhadap kuat geser dan susut pada beton semen putih kemudian dibandingkan dengan beton normal yang menggunakan semen Portland komposit. Metode dan prosedur pelaksanaan pengujian beton putih dilakukan dengan mengacu pada Standar ASTM dan dilaksanakan di Laboratorium Struktur dan Material Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Beton Semen Putih dibuat dengan menggunakan semen Portland putih dan pasir putih dengan komposisi tertentu. Variasi rasio air-aemen yang digunakan pada campuran beton adalah 0,4; 0,45; 0,5; dan 0,55. Kemudian dilakukan pengujian terhadap kuat geser pada umur 28 hari dan susut selama 56 hari. Dari hasil pengujian, dapat disimpulkan bahwa kenaikan rasio air-semen sebesar 0,1 akan meningkatkan 26,52% susut pada beton semen putih. Nilai susut beton semen putih pada rasio air-semen 0,5 lebih besar 18,75% dibandingkan dengan nilai susut beton normal. Kenaikan rasio air-semen sebesar 0,1 akan menurunkan kuat geser senilai 11,58% pada beton semen putih. Beton semen putih memiliki kuat geser lebih tinggi 10,35% dibandingkan beton normal.
The used of white Portland cement in Indonesia tend to be used only as a finishing work. The reason for this is its price was expensive while it was an imported product in Indonesia. Now, white Portland cement is produced by PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. encouraging its applied as an structural element. Concrete mix with white Portland cement is known by the term White Cement Concrete. The research's result on the characteristics of white cement concrete has not been much publicized. Therefore, it is need to do the research of it. Goal of this research is to study the influence of variations in water-cement ratio for shear strength and shrinkage of white cement concrete then it compared with the normal use of Portland composite cement. Methods and procedures of the testing are based on ASTM Standards and implemented in the Laboratory of Structure and Materials Department of Civil Engineering, Faculty of Engineering, University of Indonesia. White Cement Concrete made with white Portland cement and white sand with a specific composition. Variations in water-cement ratio that are used in the concrete mixture are 0.4, 0.45, 0.5 and 0.55. Then we do the shrinkage's test for 56 days and shear strength's test at the age of 28th day. From this research, it can be concluded that increasing 0.1 of water-cement ratio will increase 26.52% shrinkage in white cement concrete. Shrinkage's value of white cement concrete with water-cement ratio of 0.5 is greater 18.75% than its normal concrete. The increase in 0,1 of water-cement ratio will decrease 11.58% the shear strength in white cement concrete. White cement concrete has shear strength 10.35% higher than normal concrete.
[, ], 2009
S50509
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
H. Ilham Sipala
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan mempelajari karakteristik kuat tarik belah dan kuat tarik lentur dari beton yang menggunakan semen putih (sebagai bahan baku utama) akibat pengaruh nilai faktor air semen (FAS). Variasi FAS yang digunakan pada campuran beton adalah 0,4; 0,45; 0,5; dan 0,55. Selanjutnya, penelitian ini akan membandingan nilai kuat tarik belah dan kuat tarik lentur antara beton yang menggunakan semen portland putih (WPC) dengan beton yang menggunakan semen PCC di masing-masing nilai faktor air semen (FAS). Metode dan prosedur pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan mengacu pada standar ASTM dan dilakukan di Laboratorium Bahan dan Struktur Departemen Sipil Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa beton WPC memiliki kuat tarik belah dan kuat tarik lentur yang lebih tinggi dibanding dengan beton PCC di masing-masing variasi FAS. Semakin besar kenaikan FAS, maka kuat tarik belah dan kuat tarik lentur yang dihasilkan akan semakin kecil, baik pada beton WPC maupun beton PCC. Perbedaan nilai terbesar pada kuat tarik belah yang terjadi antara beton PCC dengan beton WPC adalah pada variasi FAS 0,55 yaitu sebesar 17,83 %. Sedangkan untuk perbedaan nilai terbesar kuat tarik lentur antara beton PCC dengan beton WPC adalah pada variasi FAS 0,4 yaitu sebesar 35,28 %.
This research aims to study the characteristics of the splitting tensile strength and flexural tensile strength of concrete using white cement (as the main raw material) due to the influence of water-cement ratio (W/C). Variations in water-cement ratio that are used in the concrete mixture are 0.4, 0.45, 0.5 and 0.55. Furthermore, this study will compare the value of splitting tensile strength and flexural tensile strength of concrete using white Portland cement (WPC) with the use of concrete using PCC in each of the water-cement ratio (W/C). The method and procedure of this study was conducted with reference to ASTM standards and conducted in Materials and Structures Laboratory Department of Civil Engineering, Faculty of Engineering, University of Indonesia. From the research results obtained that the WPC concrete had splitting tensile strength and flexural tensile strength is higher than with ordinary cement concrete in each variation of W/C. The greater increase of W/C, the splitting tensile strength and flexural tensile strength produced would be smaller, both WPC concrete and PCC concrete. Differences of greatest value in splitting tensile strength between PCC concrete with WPC concrete is the variation of W/C of 0.55 for 17.83%. As for the biggest value differences flexural tensile strength of PCC concrete with WPC concrete is the variation of water cement ratio of 0.4 for 35.28%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S50491
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library