Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fitri Kamila Rahmadini
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara perilaku pengidolaan pop Korea dengan citra tubuh (body image) pada remaja. Sampel sebanyak 109 responden remaja putra dan putri antara usia 15-17 tahun yang merupakan siswa SMA Negeri di Kecamatan Sukmajaya Depok. Hasil penelitian yang didapatkan menunjukkan 18,35 remaja memiliki tingkat perilaku pengidolaan rendah, 70,65% memiliki tingkat perilaku pengidolaan sedang, dan 11% memiliki tingkat perilaku pengidolaan tinggi.  Sedangkan untuk citra tubuh 56,88% remaja memiliki citra tubuh negatif dan 43,12% sisanya memiliki citra tubuh yang positif. Hasil analisa bivariat menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan positif yang signifikan antara perilaku pengidolaan dan citra tubuh dengan nilai p=0,166 (p>0,05).
The aim of the present study is to examine the relationship between idolizing Korean pop idols and body image satisfaction among adolescents. The sampel consisted of 109 adolescent boys and girls respondents between 15-17 years old adolescent who were high school students in Sukmajaya District, Depok. The results obtained showed 18.35% adolescents had low levels of idolization, 70.65% had moderate levels of idolization, and 11% had high levels of idolization. Whereas for body image 56.88% of adolescents have negative body image and 43.12% are satisfied having a positive body image. The results of bivariate analysis showed there is no significant positive relationship between idolatry and body image with a value of p=0,166 (p>0,05).
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gloria Febe Rendakasiang
Abstrak :
Setiap lirik dalam lagu mengundang persepsi bagi setiap pendengarnya. Lirik tidak hanya berupa rangkaian diksi yang membentuk makna, namun juga bisa merepresentasikan objek tertentu. Seiring dengan perkembangan lagu-lagu pop Korea Selatan, lagu Korea yang menggambarkan wanita menarik perhatian penulis untuk dikaji dalam ranah representasi. Dari penelitian terdahulu dijelaskan bahwa wanita yang digambarkan dalam lagu cenderung menunjukkan stereotip wanita sebagai pemuas kaum laki-laki. Dalam tulisan ini, objek penelitian difokuskan pada dua lagu, yaitu "Tomboy" oleh (G)I-DLE dan "Stereotype" oleh STAYC. Adapun rumusan penelitian ini mempertanyakan bagaimana representasi wanita dalam lagu "Tomboy" dan "Stereotype". Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan representasi wanita dalam lagu "Tomboy" dan "Stereotype" yang dianalisis melalui lirik lagu. Penelitian ini memakai metode deskriptif kualitatif, dengan teknik analisis tekstual dan menggunakan tiga kategori dikotomi sifat dan perilaku gender oleh Copenhaver (2002). Adapun hasil penelitian memperlihatkan bahwa representasi wanita pada objek penelitian condong pada representasi wanita non-stereotipikal. Sikap dan perilaku wanita dalam lirik lagu masuk pada dikotomi maskulin, namun juga mempertahankan sikap dan perilaku feminin. Rasio sikap dan perilaku feminin atau maskulin berbeda di antara kedua lagu, namun wanita direpresentasikan sebagai individu yang percaya diri, tidak takut untuk berterus terang, dan memiliki identitas tersendiri dalam kedua lagu. ......Song lyrics invite certain perceptions to each of its listeners. Lyrics do not only form meaning through a series of words but may represent certain objects. With the development of South Korean pop songs, Korean pop songs that depict women became a point of interest to be studied under the field of representation. Previous studies explained that women depicted in song lyrics tend to stereotypically be shown as pleasers of men. In this study, two songs are focused on as objects of study, they are “Tomboy” by (G)I-DLE and “Stereotype” by STAYC. This study questions how women are represented in both “Tomboy” and “Stereotype”. The purpose of this study is to analyze the representation of women in “Tomboy” and “Stereotype” through its lyrics. The method used in this study is qualitative descriptive, using textual analysis and three categories of gender behaviors and characteristics dichotomy by Copenhaver (2002). The result of this study shows that women tend to be represented non-stereotypically. The behaviors and attitudes shown by women in the songs tended to fall into the masculine dichotomy, while still retaining feminine behaviors and attitudes. The ratio of masculine or feminine behaviors and attitudes differ between the two songs, however women are represented as individuals who are confident, not afraid of being blunt, and have their own identities in both.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Cleisia Tyas Alemina Theodora Inakawa
Abstrak :
ABSTRAK
Tesis ini membahas tentang peran media yang membentuk nilai kecantikan para penggemar K-Pop yang aktif mengkonsumsi berbagai tayangan K-Pop lewat media. Tidak hanya membentuk nilai kecantikan tetapi penelitian ini ingin melihat bagaimana media juga berperan mendorong penggemar K-Pop untuk memakai kosmetika asal Korea Selatan sebagai bagian dari adopsi nilai yang dilihat dalam media. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menemukan bahwa media dengan tayangan K-Pop mempengaruhi nilai kecantikan yang diingkan oleh wanita muda penggemar K-Pop yang aktif mengkonsumsi media tersebut. Media juga berperan dalam mendorong pemakaian produk perawatan dan kosmetika BB Cream oleh wanita muda penggemar K-Pop. Para penggemar K-Pop juga lebih memilih menggunakan barang keluaran Korea Selatan karena selera mereka telah didominasi oleh dunia hiburan K-Pop. Media yang paling berperan besar adalah internet
ABSTRACT
This thesis describes the role of media in forming beauty values of K-Pop fans who actively consume media about K-Pop. This research also describes how media takes role to encourage K-Pop fans to use Korean cosmetics as an action of adopting values which they seen in the media. This research is qualitative research using narrative design. The result of this research found that media gave a big influence to form the beauty of values that is desired by young adult K-Pop fans female. Media also took part to encourage them to use Korean BB Cream and other skin-care product. The biggest media that could give big influence to the fans is internet
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T42391
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Tsani Almasah
Abstrak :
Industri budaya populer Korea Selatan telah mengalami pertumbuhan yang luar biasa jika dibandingkan pada awal perkembangannya di tahun 2000-an. Meskipun telah banyak penelitian yang memberikan wawasan mengenai hubungan antara budaya populer dan pariwisata, masih sedikit yang membahas mengenai bagaimana industri budaya populer Korea Selatan berperan dalam membentuk dan mengubah citra negaranya. Penelitian ini kemudian hadir untuk mengonfirmasi hubungan antara budaya populer Korea Selatan (Hallyu) dengan citra negara Korea Selatan dengan menggunakan musik (K-Pop), serial drama (K-Drama), dan film Korea Selatan sebagai objek penelitiannya. Survei diikuti oleh 280 responden usia sekolah menengah atas (perempuan = 66,1%) yang familiar dengan budaya populer Korea Selatan. Temuan menunjukkan bahwa Hallyu berpengaruh terhadap citra negara Korea Selatan. Akan tetapi, hasil dari uji koefisien determinasi menunjukkan bahwa Hallyu bukanlah faktor pemengaruh satu-satunya dalam pembentukan citra negara Korea Selatan (R2 = 36,8%). ......South Korea's popular culture industry has seen tremendous growth compared to its early development in the 2000s. While studies have provided many insight into the relationship between popular culture and tourism, little has been discussed about how South Korea's popular culture industry plays a role in shaping and changing its country's image. This research is then aimed to confirm the relationship between South Korean popular culture (Hallyu) and the country image of South Korea by using music (K-Pop), drama series (K-Drama), and South Korean films as the research objects. Valid survey responses were collected from 280 high school students respondents (female = 66,1%) who are familiar with South Korean popular culture. The findings showed that Hallyu has an effect on the country's image of South Korea. However, the coefficient of determination analysis test shows that Hallyu is not the only influencing factor that could contribute to South Korea's country image (R2 = 36,8%).
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adiva Charisma Zafira
Abstrak :
Korean pop music often referred to as K-pop, is one of Hallyu’s biggest industries. Hallyu, or the Korean wave, is the term used to describe the globalisation of South Korean culture that encompasses many aspects of Korean pop culture (Nye, 2009). The K-pop industry has participated in various ways throughout the many generations to renew and enhance the K-pop experience as a means to tackle the boundaries of the international entertainment industry as well as globalisation and the oversaturation of the market itself. This study's curiosity is focused on K-pop idol groups' content and product distribution, especially for Stray Kids, one of the many currently active fourth-generation idol groups and Hallyu 4.0. Thus, grounded in Jenkins' Transmedia Storytelling principles (2009), this study seeks to examine the various media channels used by Stray Kids to release their content using Jenkins' concept of the Principles of Transmedia Storytelling. The findings suggest that 1) Stray Kids’ content dispersal encompasses transmedia storytelling; 2) there is an obvious highlight of interest in the creation of content that provides depth to idols’ identity. ......Musik pop Korea, sering disebut sebagai K-pop, adalah salah satu industri terbesar Hallyu. Hallyu, atau Korean wave, adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan globalisasi budaya Korea Selatan yang mencakup banyak aspek budaya pop Korea (Nye, 2009). Industri K-pop telah memperbarui dan meningkatkan K-pop, sebuah perluasan yang terlihat dari generasi ke generasi, khususnya dalam hal konten; baik secara kuantitas, kualitas, maupun penggunaan media selama empat era Hallyu atau gelombang budaya pop Korea. Oleh karena itu, penelitian ini akan berfokus pada sifat transmisi konten dan distribusi produk Stray Kids sebagai salah satu idol group K-pop generasi keempat yang juga merupakan bagian dari Hallyu 4.0. Studi kasus ini akan menggunakan analisis konten serta prinsip Transmedia Storytelling dari Henry Jenkins (2009) sebagai landasan teori dalam menelaah berbagai saluran media yang digunakan oleh Stray Kids untuk merilis konten mereka. Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penilitian ini adalah sebagai berikut: 1) penyebaran konten Stray Kids mencakup transmedia storytelling; dan 2) terdapat minat pada produksi konten yang membantu dalam membangun identitas idol.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library