Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 53 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lisyawati Nurcahyani
Abstrak :
Cultural history of Pontianak, an old harbor in Kalimantan Barat Province, and its position on Silk Road in the 18th century.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1999
387.1 LIS k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ansar Rahman
Abstrak :
Genealogy of Sultan of Pontianak and history of Pontianak Sultanate; volume commemorating the 229th anniversary of Pontianak city, Indonesia.
Pontianak: Romeo Grafika , 2000
959.831 ANS s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Setiadi
Abstrak :
ABSTRAK
Tanah gambut atau yang lebih dikenal dengan peat di Indonesia tersebar terutama di Kaiimantan, lrian Jaya dan Sumatera dengan ketebalan yang bervariasi antara 1.00 - 6.00 meter, dan luasnya menempali urutan kelima dari seluruh negara yang mempunyai lahan gambut. Beberapa sifat dari tanah gambut adalah sifatnya yang mempunyai kadar organik dan air yang tinggi. Karena sifat yang demikian inilah, maka tanah gambut dapat dikatakan memiliki kemampuan daya dukung yang rendah dan kompresibilitas yang tinggi. Di dalam dunia konstruksi tanah gambut rnerupakan jenis tanah yang jelek jika digunakan sebagai Iandasan bagi struktur di alasnya. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode Stress Path (jalur tegangan). Pada dasarnya metode ini adalah untuk menentukan variasi tegangan, regangan untuk suatu elemen tanah dari kondisi yang sesungguhnya. Dengan metode ini kita dapat mengetahui sejarah perubahan tegangan yang terjadi dari sampel yang diuji. Prinsip dasar dan metode ini adalah bahwa suatu massa tanah tiap elemennya mengalami perubahan kondisi tegangan akibat beban yang bekerja yang bekerja di atasnya atau karena faktor-faktor Iain. Perubahan yang terjadi diantaranya terjadi pada air pori. Dengan metode ini dapat diberikan representasi yang berkesinambungan tentang perubahan tersebut. Dengan metode ini juga dapat diramalkan perubahan tegangan, regangan yang terjadi pada tanah. Pemodelan tegangan, regangan dimungkinkan menjadi lebih realistis. Sebelum metode ini terdapat metode lain dalam studi tegangan, regangan pada elemen tanah. Salah satunya adalah Lingkaran Mohr yang menggambarkan tegangan nomnal dan geser yang tenjadi pada tanah. Namun dengan metode ini akan menjadi sangat membingungkan jika kita hanya menggunakan satu sampel uji. Hal ini karena selubung keruntuhan yang tergambar akan menjadi tidak jelas letaknya. Sehingga parameter-parameter kekuatan geser dari sampei uji menjadi tidak tepat. Penggambaran tersebut akan menjadi jelas, jika Iingkaran yang tergambar diganti dengan titik-titik yang dihubungkan dengan suatu garis lurus yang menghubungkan titik-titik tegangan yang relevan. Pengujian yang dilakukan adalah uji triaksial terkonsolidasi dan tidak trdrainasi Uji triaksial merupakan uji kekualan geser yang paling sering digunakan, karena cocok untuk semua jenis ianah. Keuntungannya adalah bahwa pengaliran dapat dikontrol, tekanan air pori dapat diukur dan bila diperlukan tanah jenuh dengan permeabilitas randah dapat dibuat terkonsolidasi. Uji triaksial terkonsolidasi dan tidak terdrainasi dilakukan dengan cara memberikan tagangan normal pada sampel tanah yang diuji, sementara air pori masih diperbolehkan mengalir sampai terjadi konsolidasi, dimana sudah tidak Iagi terjadi perubahan volume pada sampel uji. Kemudian jaian air dilutup dan sampel diberikan tegangan geser secara tertutup (undrained). Tegangan normal masih tetap bekerja. Biasanya tegangan air pori diukur selama tegangan geser diberikan
1996
S34567
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud RI, 1986
499.25 MOR (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dana Listiana
Jakarta: Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013
959.8 DAN t (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Any Rahmayani
Yogyakarta: Kepel Pess, 2017
381.3 ANY a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Irsyad
Abstrak :
Masjid adalah salah satu peninggalan arkeologi masa Islam yang merupakan simbol dari adanya pemukiman muslim di suatu tempat. Di Indonesia banyak terdapat peninggalan dari masa Islam. Salah satu di antaranya adalah peninggalan berupa masjid-masjid kuno. Masjid-masjid kuno di Indonesia sangat beragam bentuknya dan dari masing-masing daerah memiliki ciri khas dalam bentuk arsitektur masjidnya. Masjid Sultan Abdurrahman merupakan masjid tertua peninggalan Kesultanan Pontianak yang terletak di wilayah Kelurahan Dalam Bugis, Kecamatan Pontianak Timur, Kotamadya Pontianak, Kalimantan Barat. Masjid ini berdiri di atas lahan seluas 6755 m², sedangkan luas bangunan masjidnya sendiri adalah 1250 m². Penelitian tentang arsitektur Masjid Sultan Abdurrahman bertujuan untuk menggambarkan bentuk arsitektur dan ragam hias yang terdapat pada masjid sehingga dapat terlihat pengaruh-pengaruh yang ada, baik pengaruh lokal maupun asing. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis morfologi dan analisis gaya. Analisis morfologi dilakukan dengan cara menjelaskan bentuk arsitektur terhadap komponen-komponen Masjid Sultan Abdurrahman, sedangkan analisis gaya dilakukan dengan cara mengklasifikasi ragam hias yang terdapat pada masjid. Berdasarkan penelitian ini, dapat diketahui bahwa unsur lokal lebih mendominasi pada hampir semua bagian dari arsitektur Masjid Sultan Abdurrahman, sedangkan pada beberapa bagian masjid lainnya merupakan unsur-unsur asing, yaitu pengaruh arsitektur Kolonial dan pengaruh seni bangunan Timur Tengah.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S11946
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Galuh Bayuardi
Abstrak :
Pontianak merupakan kota madya di Indonesia. Secara geografis, lokasi Pontianak dekat dengan negara-negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura. Kondisi ini menyebabkan Pontianak sering dikunjungi pelancong dari negara tetangga, baik pengunjung yang memeliki urusan di kota Pontianank, maupun yang sekedar singgah sebelum sebelum menuju destinasi lain di wilayah Indonesia. Jika ditelusuri dari sejarahnya, pada dsarnya Pontianak didesain sebagai kota perdagangan. Pontianak mengalami pembangunan yang cepat saat kedatangan VOC yang membuat kesepakatan dengan Kesultanan Pontianak. Sebagai tindaklanjut dari kesepakatan itu, mereka membangun kantor pemerintahan dan juga keraton untuk mendukung aktivitas politik di Pontianak. Seiring pesatnya pertumbuhan di Kota Pontianak, berbagai kelompok etnis menjadikan Pontianak sebagai kota yang heterogen, Kini, pontianak di kunjungi berbagai etnis dari berbagai wilayah di Indonesia. Kelompok etnis yang tinggal di Poontianak dia antaranya adalah, Melayu, Dayak, Tionghoa, Jawa, Batak, Bugis, Madura, Banjar, Sunda, dan Bali. Berbagai etnis bergaul satu sama lain. Kondisi sosial di Pontianak tidak serta merta melahirkan pluralitas. TErkadang muncul sentimen kedaerahan baik itu klaim penduduk lokal, maupun oleh mereka yang di tandai sebagai pendatang, meskipun pernyataan ini tidak terlihat secara langsung, tapi meilki potensi masalah di kemudian hari.
Yogyakarta: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, 2017
959 PATRA 18: 3 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fairuz Husna
Abstrak :
Keanekaragaman burung di suatu wilayah menjadi perhitungan dalam peran burung sebagai bioindikator. Penelitian mengenai keanekaragaman burung di hutan kota di Pontianak telah dilakukan, khususnya di Arboretum Sylva Universitas Tanjungpura. Meskipun demikian, masih sedikit penelitian mengenai keanekaragaman burung di Pontianak dan di luar Arboretum Sylva Untan. Penelitian ini dilaksanakan untuk membandingkan komposisi jenis burung di Arboretum Sylva Untan dan Pendopo Gubernur Kalimantan Barat sebagai pembanding, serta menganalisis perbedaan keanekaragaman burung di dua hutan kota berbeda beserta faktor penyebab perbedaannya. Pengamatan dilakukan pada pagi dan sore hari dengan metode point count. Data yang dianalisis berupa indeks keanekaragaman Shannon-Wiener, indeks kemerataan, dan indeks dominansi. Dilakukan uji t Hutchinson terhadap indeks keanekaragaman Shannon-Wiener kedua lokasi. Hasil yang diperoleh yaitu jenis-jenis burung yang ditemukan di Arboretum Sylva Untan dan Pendopo Gubernur Kalimantan Barat memiliki perbedaan. Kedua lokasi memiliki jumlah jenis Passer montanus tertinggi. Terdapat beberapa jenis yang hanya teramati di Pendopo Gubernur Kalimantan Barat, yaitu Anthreptes malacensis, Eurystomus orientalis, dan Amaurornis phoenicurus. Jenis Anthreptes rhodolaemus, Geopelia striata, dan Dinopium javanense hanya teramati di Arboretum Sylva Untan. Hasil uji t Hutchinson kedua lokasi pengamatan menunjukkan nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener yang signifikan berbeda, dengan nilai indeks tertinggi ditemukan di Pendopo Gubernur Kalimantan Barat. Hal tersebut kemungkinan disebabkan karena banyaknya orang yang berlalu lalang di lokasi pengamatan serta preferensi habitat jenis-jenis burung yang bermukim. ......Bird Diversity Comparison Between Arboretum Sylva Untan and Pendopo Gubernur Kalimantan Barat, Pontianak, Kalimantan Barat
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rene Rienaldy
Abstrak :
Sebagai salah satu negara berkembang, Indonesia dalam melaksanakan proses pembangunannya selama ini lebih menekankan perhatiannya kepada pembangunan ekonomi dibandingkan dengan pembangunan dibidang sosial. Salah satu akibatnya adalah terjadinya distorted development seperti yang dikemukakan oleh Midgfey tidak hanya berupa pengangguran, kemiskinan, kejahatan akan tetapi juga bisa berupa terjadinya diskriminasi rasial terhadap suatu etnik untuk ikut serta dalam proses pembangunan. Dari sekian banyak suku bangsa yang ada dan telah ratusan tahun lamanya menetap di Indonesia, salah satunya adalah etnis Tionghoa dan Kalimantan Barat oleh G. Tan disebut sebagai salah satu tempat yang paling banyak didiami oleh etnis Tinghoa. Dalam kehidupan sehari-harinya, etnis Tionghoa termasuk yang ada di Kota Pontianak kadangkala masih mengalami diskriminasi baik yang diberlakukan oleh pemerintah maupun dan masyarakat mengingat kepada etnis Tionghoa tersebut masih dilekatkan stereotip yang bersifat negatif yang lebih didasarkan kepada prasangka sehingga apapun yang mereka lakukan masih dicurigai oleh masyarakat di Indonesia. Tesis ini bertujuan untuk menggambarkan hasil penelitian tentang bentuk-bentuk dan aktifrtas-aktifitas yang dilakukan oleh organisasi atau perkumpulan dalam masyarakat etnis Tionghoa di Kota Pontianak. Penelitian ini juga dapat dikatakan awal sifatnya dan lebih ditujukan untuk memetakan secara umum pengelompokan-pengelompokan sosial warga masyarakat etnis Tionghoa di Kota Pontianak sehingga pendalaman terhadap satu atau dua organisasi atau perkumpulan belumlah dapat dilakukan. Metode penelitian ini mengggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif karena dipandang lebih relevan untuk digunakan dalam mengamati kondisi sosial dalam masyarakat sehingga didapatkan gambaran keadaan yang rill di lapangan dan latar belakangnya berdasarkan dukungan fakta dan informasi yang didapat dari wawancara kepada para informan, observasi dan studi kepustakaan. Berdasarkan hasil penelitian, di Kota Pontianak terdapat beberapa organisasi atau perkumpulan dalam masyarakat Tionghoa seperti yayasan kematian, yayasan pemadam kebakaran, yayasan kesehatan, perkumpulan olahraga, perkumpulan seni budaya, perkumpulan keagamaan dan perkumpulan pria/wanita. Organisasi atau perkumpulan tersebut juga dapat dikategorikan sebagai organisasi lokal menurut Esman dan Uphoff seperti Asosiasi Pembangunan Lokal, Ko-operatif ataupun Asosiasi Kepentingan (baik Asosiasi Kepentingan berdasarkan Fungsi maupun Asosiasi Kepentingan berdasarkan Kategori) dengan melihat keanggotaannya, penyerapan sumber daya yang dimiliki ataupun kesamaan minat dan perbaikan suatu fungsi tertentu. Selain memberikan manfaat kepada anggotanya yang lebih mengarah kepada pemenuhan kebutuhan kultural berupa ketenangan batin daripada pemenuhan fisik seperti pangan, sandang ataupun papan, aktifrtas dan keberadaan organisasi atau perkumpulan masyarakat Tionghoa tersebut juga memberikan manfaat berupa pelayanan kepada masyarakat luas di Kota Pontianak dan secara tidak langsung membantu program pembangunan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Pontianak. Contohnya adalah yayasan pemadam kebakaran yang insiatif dan pendiriannya diwujudkan oleh masyarakat Tionghoa. Yayasan pemadam kebakaran ini telah ada pada tahun 1949 sejak didirikannya BPAS oleh pemuka dan tokoh masyarakat Tionghoa di Siantan dan kemudian memancing didirikannya yayasan serupa di tempat lain oleh masyarakat Tionghoa yang ada di Kota Pontianak seperti Yayasan Pemadam Kebakaran (YPK) Panca Bhakti, YPK Budi Pekerti, YPK Khatulistiwa dan Unit Pemadam Kebakaran Gotong Royong. Pembahasan di dalam tests ini juga tidak dimaksudkan untuk menilai efektif tidaknya suatu organisasi lokal dalam suatu program pembangunan karena organisasi atau perkumpulan masyarakat Tionghoa tersebut hanya dilibatkan pada program yang insidentil sifatnya seperti sosialisasi Pemilu 2004, produk hukum ataupun sosialisasi kamtibmas seperti yang dilakukan Dinas Yayasan Bhakti Suci Pontianak. Oleh karena itu, walaupun organisasi atau perkumpulan tersebut dapat dikategorikan sebagai organisasi lokal tetapi mereka belum dapat disebut sebagai intermediaries atau penengah yang menghubungkan masyarakat Tionghoa dengan suatu organisasi yang lebih besar kekuasaannya yaitu Pemerintah. Tesis, 6 Bab, xiv, 225 halaman, 9 label, 7 lampiran, Bibliografi : 31 buku, 13 jumal, 22 artikel dan 5 dokumen (1967 - 2004)
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T 13906
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>