Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sukma Dewi Pawestri
Abstrak :
Latar Belakang: Sindroma ovarium polikistik (SOPK) merupakan sebuah penyakti dengan prevalensi yang tinggi dan beban kesehatan yang besar. Hingga saat ini, penyebab SOPK masih belum jelas. Penelitian sebelumnya mengenai ekspresi reseptor vitamin D (VDR) pada pasien SOPK menunjukkan hasil yang menjanjikan namun belum terbukti secara jelas. Oleh sebab itu, diduga bahwa polimorfisme VDR berperan penting dalam kejadian dan beratnya gejala SOPK. Metode: Penelitian potong lintang dilakukan pada pasien SOPK dan wanita usia reproduktif non-SOPK sebagai kontrol pada November 2019 hingga 2021. Pasien hamil, menyusui, memiliki riwayat gangguan hormon adrenal, tiroid, maupun prolaktin, atau mengonsumsi obat hormonal dalam 6 bulan terakhir dieksklusi dari penelitian. Subjek penelitian direkrut secara konsekutif. Ekspresi VDR dinilai dari ekspresi mRNA VDR yang dinilai dengan pemeriksaan PCR. Polimorfisme VDR dinilai pada tiga titik regio penyandi gen, yakni rs7975232, rs11574113, dan rs11574114. Hasil: Sebanyak 80 pasien SOPK dan 80 pasien kontrol diikutsertakan dalam penelitian. genotip A/A pada regio rs7975232 dan genotip C/C pada regio rs11574113 lebih banyak didapatkan pada pasien dengan SOPK. Di sisi lain, genotip A/C pada regio rs7975232 dan genotip C/G pada regio rs11574114 lebih banyak didapatkan pada kelompok kontrol (p < 0,05). Tidak terdapat perbedaan ekspresi VDR pada pasien dengan polimorfisme yang berbeda (p > 0,05). Kesimpulan: Didapatkan polimorfisme gen penyandi VDR yang berbeda antara pasien SOPK dan non-SOPK. Tidak didapatkan perbedaan ekspresi VDR yang bermakna antara pasien SOPK dan non-SOPK. ......Background: Polycystic ovary syndrome (SOPK) is a disease with a high prevalence and a large health burden. Until now, the cause of SOPK is still unclear. Previous studies on vitamin D receptor (VDR) expression in PCOS patients have shown promising results but have not been clearly proven. Therefore, it is suspected that the VDR polymorphism plays an important role in the incidence and severity of PCOS symptoms. Methods: A cross-sectional study was conducted on PCOS patients and non-SOPK women of reproductive age as controls from November 2019 to 2021. Patients who were pregnant, breastfeeding, had a history of adrenal, thyroid, or prolactin hormone disorders, or had taken hormonal drugs in the last 6 months were excluded from the study. study. Research subjects were recruited consecutively. VDR expression was assessed from VDR mRNA expression assessed by PCR examination. VDR polymorphism was assessed at three points in the gene encoding region, namely rs7975232, rs11574113, and rs11574114. Results: A total of 80 PCOS patients and 80 control patients were included in the study. A/A genotypes in the rs7975232 region and C/C genotypes in the rs11574113 region were more common in patients with PCOS. On the other hand, the A/C genotype in the rs7975232 region and the C/G genotype in the rs11574114 region were more common in the control group (p < 0.05). There was no difference in VDR expression in patients with different polymorphisms (p > 0.05). Conclusions: Different polymorphisms of the VDR coding gene were found between PCOS and non-SOPK patients. There was no significant difference in VDR expression between PCOS and non-SOPK patients.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andhika Ardi Perdana
Abstrak :
Latar Belakang: Sindrom ovarium polikistik dan obesitas memperlihatkan dampak pada kemampuan endometrium untuk menerima hasil konsepsi. Penggunaan Ultrasonografi Doppler memiliki peran penting dalam pemeriksaan reseptivitas endometrium karena efisiensi dan prosedur non-traumatis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki efek modifikasi gaya hidup pada penerimaan endometrium wanita obesitas dengan sindrom ovarium polikistik menggunakan ultrasonografi. Metode: Penelitian observasional ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Cipto Mangunkusumo Jakarta, Indonesia dari Agustus 2019 hingga Mei 2020. Total 32 subjek yang berpartisipasi dalam penelitian ini pada awalnya. Karena kasus loss to follow up, subjek akhir dikurangi menjadi 14 orang. Subyek pertama dievaluasi dengan USG trans-vaginal untuk melihat gambar endometrium, kemudian disarankan untuk mendapatkan konseling gizi oleh ahli gizi klinis dan kemudian ditindaklanjuti selama 6 bulan menggunakan ultrasonografi trans-vaginal. Hasil: Sebanyak 19 subjek menerima konseling gizi oleh spesialis Gizi Klinis. Tapi kemudian, hanya 14 subjek yang dievaluasi dengan Ultrasonografi. Ada beberapa hasil yang signifikan antara sebelum dan sesudah perawatan beberapa subjek seperti kalori, berat badan, indeks massa tubuh, lingkar pinggang (p<0,05) dan jenis zona vaskular, volume endometrium, indeks aliran vaskular dalam endometrium (p<0,05). Kesimpulan: Belum didapatkan korelasi yang signifikan antara perubahan antropometri dan asupan kalori harian dengan perubahan Zona Vaskular endometrium disebabkan tingginya angka loss to follow-up dan belum tekontrolnya asupan kalori harian dari setiap subjek.
Background: Polycystic Ovarian Syndrome and obesity have shown an impact on endometrium ability to accept the results conception. The use of a Doppler Ultrasonography has an important role in the examination of endometrial receptivity due to efficiency and non traumatic procedure. The aim of this study is to investigate the effect of lifestyle modification on endometrial receptivity of obese women with polycystic Ovarian Syndrome using ultrasonography. Methods: This observational study was conducted at Cipto Mangunkusumo General Hospital Jakarta, Indonesia from August 2019 to May 2020. From a total of 32 subjects were participated in this study. Due to loss of follow up case, the final subject was decrease into 14 person. The subjects were firstly evaluated with the trans-vaginal ultrasound to see the picture of the endometrium, then advised to get nutrition counseling by Clinical nutritionist and then followed up for 6 months using trans- vaginal ultrasonography. Results: A total 19 subjects were received nutrition counseling by Clinical Nutritionist. But then, only 14 subjects were evaluated by Ultrasonography. There were several significant results between before and after treatment of some subjects such as calories, body weight, body mass index, waist circumference (p<0,05) and type of the vascular zone, endometrium volume, vascular flow index in endometrium (p<0,05). In this study, no significant results have been found on the correlation between dietary changes and changes of endometrial receptivity. Conclusion: No significant correlation has been found between changes in antropometrics and daily calorie intake with changes in endometrial vascular zones due to high loss to follow-up rates and uncontrolled daily caloric intake for each subject.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asri Mar Atus Sholihah
Abstrak :
ABSTRAK
B-cell leukaemia/lymphoma-2 Bcl-2 dan Bcl-2-associated X protein Bax merupakan anggota dari Bcl-2 family yang berperan dalam meregulasi apoptosis. Apoptosis penting dalam perkembangan manusia. Terganggunya kejadian apoptosisakan memberikan efek terhadap keadaan fisiologis manusia, diantaranya gangguan reproduksi. Salah satu gangguan reproduksi yang dialami oleh wanita usia reproduktif yaitu Sindrom Ovarium Polikistik (SOPK). Wanita penderita SOPK memiliki jumlah folikel yang lebih banyak dibandingkan wanita tanpa SOPK. Penelitian bertujuan untuk mengetahui ekspresi mRNA bax dan bcl-2 pada wanita SOPK serta mengetahui korelasi rasio ekspresi mRNA bax terhadap bcl-2 dengan rasio fertilisasi. Sel granulosa untuk penelitian didapatkan dari 18 wanita penderita SOPK dan 10 wanita tanpa SOPK yang sedang menjalani program FIV. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan yang berarti antara rasio ekspresi mRNA bax/bcl-2 wanita penderita SOPK dan tanpa SOPK p > 0,05. Korelasi yangkuat R = 0,525 ditemukan antara rasio ekspresi bax/bcl-2 dengan rasio fertilisasi.
ABSTRACT
B cell leukemia lymphoma 2 Bcl 2 and Bcl 2 associated X protein Bax are members of the Bcl 2 family that play a role regulating apoptosis. Apoptosis plays an important role in human development. Disruption of apoptosis will have an effect on the physiological state of humans, including reproductive disorders. One of there productive disorders experienced by women in reproductive age is Polycystic Ovary Syndrome (PCOS). Women with PCOS have a higher number of follicles than women without PCOS. The aim of this study was to find out the expression of baxand bcl 2 mRNA expression in PCOS women and to know the correlation of bax mRNA expression ratio to bcl 2 with fertilization ratio. Granulosa cells for the study were obtained from 18 women with PCOS and 10 women without PCOS undergoing IVF program. The results showed no significant difference between the expression ratio of bax bcl 2 mRNA women with PCOS and without PCOS p 0.05. A strong correlation R 0.525 was found between the expression ratio of bax bcl 2and the fertilization rate.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laksmi Wingit Ciptaning
Abstrak :
Ruang lingkup dan cara penelitian : Respon ovarium terhadap stimulasi FSH sangat dipengaruhi oleh fungsi reseptor FSH (FSHR). Genotip FSHR memainkan peranan yang mendasar pada respon fisiologis organ target terhadap stimulasi FSH. Telah diketahui polimorfisme pada gen reseptor FSH mempengaruhi sensitivitas reseptor terhadap FSH. Persentase penderita Sindrom Ovarium Polikistik (SOPK) pada wanita usia reproduksi cukup besar yaitu sekitar 5 -10 % dan dalam penanganannya membutuhkan terapi induksi ovulasi, salah satunya dengan menggunakan FSH eksogen. Sehubungan dengan hal tersebut perlu dilakukan penelitian terhadap polimorfisme gen reseptor FSH pada penderita SOPK di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : a). Distribusi genotip dan frekuensi alel FSHR di posisi 307 dan 680 ekson 10 pada kelompok SOPK dan kelompok normal. b). Kadar FSH basal pada wanita penderita SOPK dan wanita normal. c). Hubungan antara distribusi genotip FSHR di posisi 307 dan 680 dengan level FSH basal pada kelompok SOPK dan kelompok normal. Kesimpulan : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan distribusi genotip maupun frekuensi alel pada posisi 307 dan 680 pada ekson 10 gen reseptor FSH antara kelompok wanita penderita SOPK dan kelompok wanita normal. Ada perbedaan bermakna antara kadar FSH basal pada kelompok SOPK dan kelompok normal . Tidak terdapat perbedaan kadar FSH yang bermakna pada varian genotip posisi 307 maupun posisi 680 gen FSHR antara kelompok SOPK dan kelompok normal, dengan kadar FSH basal tertinggi pada posisi 307 pada kelompok SOPK dimiliki oleh genotip Threonin/Threonin dan kadar FSH basal tertinggi di posisi 680 pada kelompok SOPK dimiliki oleh genotip Asparagin/Serin.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T 16217
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Y. Danang Prasetyo
Abstrak :
Latar Belakang: Sindrom ovarium polikistik (SOPK) merupakan kelainan endokrin dan metabolisme dengan prevalensi tinggi. Salah satu akibat dari SOPK merupakan infertilitas. Fertilisasi In Vitro (FIV) merupakan salah satu alternatif dari masalah tersebut. Akan tetapi, belum terdapat penelitian yang mendeskripsikan hubungan SOPK dengan komplikasi obstetri pada pasien yang menjalani FIV dibandingkan dengan pasien lainnya. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan komplikasi obstetri pada wanita yang menjalani program FIV dengan SOPK Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kohort retrospektif yang dilakukan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo sejak tahun 2013-2019. Subjek penelitian merupakan seluruh wanita berusia diatas 18 tahun yang menjalani program FIV tanpa kelainan ginekologis lain selain SOPK. Luaran dalam penelitian ini adalah komplikasi obsteri berupa abortus dan IUFD. Analisa dilakukan dengan menggunakan cox-regresi untuk mendapatkan nilai Risk Ratio (RR) setelah dilakukan control terhadap confounding Hasil: Penelitian ini mengikutsertakan 355 wanita, dimana 72 diantaranya memiliki SOPK (20,3%). Komplikasi obstetri yang didapatkan pada subjek dengan SOPK adalah preterm (2,78%), IUFD (17,24%), abortus (9,72%), dan kehamilan ektopik (1,39%). Tidak dijumpai hubungan antara SOPK dengan IUFD pada wanita yang menjalani program FIV (RR: 1.07, 95%CI: 0.52-2.20, p-value: 0.864). Didapatkan adanya hubungan antara interaksi antara SOPK dengan pembelahan nisbah < 6 terhadap terjadinya abortus pada wanita yang menjalani program FIV. (RR: 7.32, 95%CI: 2.10-25.45, P-value: 0.002). Simpulan: SOPK tidak memengaruhi terjadinya IUFD dan abortus pada wanita yang menjalani program FIV. ......Introduction: Polycystic ovary syndrome (PCOS) is an endocrine and metabolic disorder with a high prevalence. One result of PCOS is infertility. In Vitro Fertilization (FIV) is one of the alternatives to the problem. However, there are no study describing the differences in obstetric complications of PCOS patients undergoing FIV compared to other patients. Aim: This study aims to determine the relationship of obstruction complications in women undergoing FIV programs with PCOS. Methods: This was a retrospective cohort study conducted at Dr. RSUPN. Cipto Mangunkusumo since 2013-2019. The study subjects were all women aged over 18 years who underwent FIV programs without other gynecological abnormalities besides PCOS. The outcomes in this study were obstetric complications in the form of abortion and IUFD. Analysis is done by using cox-regression to get the value of Risk Ratio (RR) after controlling for confounding Results: This study included 355 women, of whom 72 had PCOS (20.3%). Complications found in subjects with PCOS were preterm preterm were found in (2.78%), IUFD (17.24%), abortion (9.72%) and ectopic pregnancy (1.39%). No association was found between PCOS and IUFD in women undergoing FIV programs (RR: 1.07, 95% CI: 0.52-2.20, p-value: 0.864). Interaction between PCOS and ratio <6 had higher probability of having abortion in women undergoing FIV program obtained. (RR: 7.32, 95% CI: 2.10-25.45, P-value: 0.002). Conclusion: PCOS does not affect the occurrence of IUFD and abortion in women undergoing FIV programs.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lydwina Juvanni Callestya
Abstrak :
Sindrom ovarium polikistik (SOPK) adalah salah satu kelainan endokrin yang paling umum terjadi pada wanita usia reproduktif. Patogenenesis SOPK berhubungan langsung dengan resistensi insulin. Beberapa studi menyimpulkan bahwa akupunktur dapat meningkatkan sensitivitas insulin sehingga dapat memperbaiki gejala SOPK. Uji klinis acak tersamar ganda dilakukan pada 44 penderita SOPK yang dibagi secara acak ke dalam dua kelompok, yakni kelompok elektroakupunktur kombinasi medikamentosa (n=22) dan kelompok elektroakupunktur sham kombinasi medikamentosa (n=22). Elektroakupunktur dilakukan 3 kal seminggu, sebanyak 12 kali, selama 4 minggu, pada titik CV3 Zhongji, CV4 Guanyuan, CV6 Qihai, ST25 Tianshu, ST28 Shuidao, ST36 Zusanli, SP6 Sanyinjiao, dan BL57 Chengsan. Pemeriksaan gula darah puasa dan insulin puasa dilakukan untuk mengukur indeks HOMA-IR sebagai luaran primer. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna. Median indeks HOMA-IR pada kelompok elektroakupunktur kombinasi medikamentosa sebelum dan sesudah terapi menunjukkan perbedaan bermakna secara statistik (p=0,014). Sedangkan median indeks HOMA-IR pada kelompok elektroakupunktur sham kombinasi medikamentosa sebelum dan sesudah terapi tidak terdapat perbedaan bermakna (p=0,592). Kesimpulan penelitian ini elektroakupunktur kombinasi medikamentosa efektif untuk meningkatkan sensitivitas insulin.
Polycystic ovary syndrome (SOPK) is one of the most common endocrine disorders in women of reproductive age. The pathogenesis of SOPK is directly related to insulin resistance. Several studies have concluded that acupuncture can increase insulin sensitivity to improve symptoms of PCOS. Double-blind randomized clinical trials were performed on 44 patients with SOPK who were randomly divided into two groups, the electroacupuncture with medication group (n=22) and the electroacupuncture sham with medication group (n=22). Electroacupuncture was given 3 times a week, 12 times, for 4 weeks, at the point of CV3 Zhongji, CV4 Guanyuan, CV6 Qihai, ST25 Tianshu, ST28 Shuidao, ST36 Zusanli, SP6 Sanyinjiao, and BL57 Chengsan. Fasting blood glucose and fasting insulin were performed to measure the HOMA-IR index as the primary outcome. The results showed a significant difference. The median HOMA-IR index in the electroacupuncture with medication group before and after therapy showed statistically significant differences (p = 0.014). While median HOMA-IR index in electroacupuncture sham with medication group before and after therapy there was no significant difference (p = 0.592). The conclusion of this study electroacupuncture combination with medication is effective to improve insulin sensitivity.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Puspita
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang: SOPK adalah gangguan endokrin yang hingga saat ini etiologinya masih belum jelas. Faktor epigenetik metilasi DNA, akhir-akhir ini mendapatkan perhatian dalam patogenesis SOPK. Gen HSD17B1 disebut sebagai "estrogenik" 17β-HSD karena mengkatalisasi langkah terakhir dalam biosintesis estrogen dengan secara istimewa mengurangi estrone, estrogen yang lemah untuk menghasilkan estrogen 17β-estradiol yang kuat. Kami berspekulasi cacat pada metilasi DNA mendorong deregulasi gen sehingga terjadi penurunan ekspresi mRNA HSD17B1, akhirnya menghasilkan estradiol yang tidak cukup pada pasien SOPK. Metode: Kami mengumpulkan total 60 pasien wanita. MSP untuk analisis metilasi DNA, qPCR untuk analisis ekspresi mRNA. Tujuan: Untuk menganlisis metilasi DNA pada kelompok pasien SOPKdan kelompok wanita sehat, ekspresi mRNA pada kelompok pasien SOPK dan kelompok wanita sehat, tingkat estradiol pada pasien SOPK dan kelompok wanita sehat, korelasi antara metilasi DNA dan ekspresi mRNA pada pasien SOPK, korelasi ekspresi mRNA pada pasien SOPKdan kadar serum estradiol. Hasil: Metilasi gen HSD17B1 pada wanita SOPK adalah 42,64% dan kelompok yang sehat menunjukkan 53,80%, p = 0,160 tidak signifikansi antara kedua kelompok. Nilai ekspresi relatif gen HSD17B1 adalah 0,70 kali lebih rendah dibandingkan dengan kelompok wanita sehat, p = 0,003 signifikansi antara kedua kelompok. Estradiol rata-rata pada kelompok SOPK25,78 pg / ml dan kelompok wanita sehat adalah 36,74 pg / ml. Korelasi tingkat metilasi DNA versus ekspresi mRNA pada pasien SOPK, tidak signifikan p = 0,076. Korelasi antara ekspresi mRNA gen HSD17B1 dan kadar serum estradiol, signifikansi p = 0,020. ;Semakin terjadi penurunan ekspresi mRNA, semakin rendah kadar serum estradiol.
ABSTRACT
Background: PCOS is the most common endocrine disorder but its etiology remains unclear. Lately, epigenetic factors have gained considerable attention in the pathogenesis of PCOS, DNA methylation.  HSD17B1 is referred to as the "estrogenic" 17β-HSD because it catalyzes the final step in estrogen biosynthesis by preferentially reducing the weak estrogen estrone to yield the potent estrogen 17β-estradiol. We speculated defects in DNA methylation promote the deregulation of genes make decrease mRNA expression HSD17B1, finally produces not enough estradiol in PCOS patients. Methods: We collected a total of 60 female patients. MSP for DNA methylation analysis, qPCR for mRNA expression analysis. Aims: To investigate, DNA methylation in PCOS patients group and healthy women group, mRNA expression in PCOS patients group and healthy women group, estradiol level in PCOS patients and healthy women group, the correlation between DNA methylation and mRNA expression in PCOS patients, correlation mRNA expression in PCOS patients and estradiol serum level. Results: Methylated of HSD17B1 gene in PCOS women was 42.64 % and a healthy group showed 53.80 %, p=0.160 not significances between the two groups.  The relative expression value of the HSD17B1 gene was 0.70 fold lower compare with a healthy women group, p=0.003 significance between the two groups. The average estradiol in the PCOS group 25.78 pg/ml and the healthy women group is 36.74 pg/ml. Correlation of DNA methylation level versus mRNA expression in PCOS patients, not significance p=0.076. Correlation between mRNA expression of the HSD17B1 gene and estradiol serum level, significance p=0.020. (More decrease mRNA expression, more lower estradiol serum level).
2019
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library