Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hasibuan, Anis Hasanah
Abstrak :
Studi kuantitatif ini bertujuan untuk mengetahui peran moderasi sel-esteem dalam hubungan antara religiusitas dengan intoleransi politik. Peneliti menduga bahwa orang religius yang memiliki tingkat self-esteem rendah cenderung menunjukkan intoleransi politik yang lebih tinggi dibandingkan orang religius yang memiliki tingkat self esteem tinggi. Partisipan penelitian dalam penelitian ini adalah 308 orang yang beragama Islam di sekitar JAbodetabek dan sudah memiliki hak politik atau setidaknya sudah mendapat hak pilih dalam pemilu. Instrumen penelitian yang digunakan adalah Skala Intoleransi Politik oleh Pepinsky, dkk (2018) untuk mengukur intoleransi politik, Skala Religiusitas Komitmen Worthington 2003 untuk mengukur religiusitas, dan self-esteem diukur melalui Rosenberg Self Esteem Scale 1965. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa efek individual religiusitas dan self esteem mampu memprediksi secara signifikan terhadap intoleransi politik. Selanjutnya, analisis moderasi menunjukkan bahwa self esteem tidak damapt memberikan efek moderasi yang signifikan bagi hubungan religiuistas dengan intoleransi politik.
This quantitative study was aims to determine the moderating role of self-esteem in the relationship between religiosity and political intolerance. It was hypothesized that religious people who have a low level of self-esteem tend to show higher political intolerance than religious people who have a high level of self-esteem. The research participants of this study were 308 Muslim around Jabodetabek and already had political rights at least had been given the right to vote in national elections. Political intolerance was measured by Scale of Political Intolerance which developed by Pepinsky, et al. 2018, religiosity was measured by the Scale of Religiosity Commitment by Worthington 2003, and self-esteem was measured by Rosenberg Self esteem Scale 1965. The results of this study indicate that the individual effects of religiosity and self esteem able to predict political intolerance significantly. Furthermore, moderation analysis shows that self esteem cannot provide a significant moderating effect for the relationship of religiosity with political intolerance.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adeline Dinda Caesara
Abstrak :
Penelitian ini merupakan studi kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara fundamentalisme agama dan intoleransi politik serta efek moderasi need for closure terhadap hubungan dua variabel tersebut. Fundamentalisme agama diprediksi memiliki hubungan positif dengan intoleransi politik di mana need for closure dapat memperkuat hubungan keduanya. Intoleransi politik diukur dengan Political Tolerance Scale yang dikembangkan oleh Mujani, Liddle, & Pepinsky (2018) sementara itu fundamentalisme agama diukur dengan Intratextual Fundamentalisme Scale yang diadaptasi oleh Muluk, Sumaktoyo dan Ruth (2013). Need for closure diukur dengan  Need for Closure Scale yang dikembangkan oleh Roets dan Van Hiel (2011) untuk mengukur kebutuhan keteraturan, prediktabilitas, ketegasan, menghindar dari ambiguitas, dan close mindedness. Responden penelitian ini adalah 211 orang masyarakat umum di Indonesia yang beragama Islam dan dijaring secara online. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fundamentalisme agama berkorelasi positif dan signifikan dengan intoleransi politik. Need for closure memiliki kontribusi sebagai moderator terhadap hubungan fundamentalisme agama dan intoleransi politik, khususnya ketika need for closure tinggi. Namun, tidak ditemukan peranan individual need for closure yang signifikan dalam menjelaskan intoleransi politik. Temuan ini menunjukkan pentingnya peran faktor kognitif dalam memahami agama dan sikap politik.
This research is a quantitative study which aims to determine the relationship between religious fundamentalism and political intolerance with the moderating effect of need for closure on the relationship of these two variables. Religious fundamentalism is predicted to have a positive relationship with political intolerance where need for closure can strengthen the relationship between them. Political intolerance is measured by the Political Tolerance Scale developed by Mujani, Liddle, and Pepinsky (2018) while religious fundamentalism is measured by the Intratextual Scale Fundamentalism adapted by Muluk, Sumaktoyo and Ruth (2013). Need for closure is measured by Need for Closure Scale developed by Roets and Van Hiel (2011) to measure the needs of regularity, predictability, firmness, avoidance of ambiguity, and close mindedness. Respondents of this study were 211 people in the general public in Indonesia who are Muslim and netted online. The results showed that religious fundamentalism was positively and significantly correlated with political intolerance. Need for closure has a contribution as a moderator on the relationship between religious fundamentalism and political intolerance, especially when the need for closure is high. However, in terms of individual effect, there was no significant role for need for closure in explaining political intolerance. This finding shows the importance of the role of cognitive factors in understanding religion and political attitudes.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Zhafira
Abstrak :
Penelitian ini merupakan studi kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui hubungan an­tara religiusitas Islam dan intoleransi politik dan efek moderasi kepercayaan politik ter­hadap hubungan dua variabel tersebut. Intoleransi politik diprediksi memiliki hubungan positif dengan intoleransi politik di mana kepercayaan politik dapat memperkuat hubungan keduanya. Intoleransi politik diukur dengan Political Intolerance Scale yang dikembangkan oleh Sullivan, Marcus, Feldman, dan Piereson (1981) sementara itu religiusitas Islam diukur dengan Muslim Religiosity Scale yang disusun oleh El-Menouar (2014). Ke­percayaan politik diukur dengan Citizen Trust in Government Organizations Scale yang dikembangkan oleh Grimmelikhuijsen dan Knies (2015). Responden penelitian ini meru­pakan 841 orang mahasiswa di Indonesia yang beragama Islam dan dijaring secara daring. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa religiusitas Islam berkorelasi positif dan signifikan dengan intoleransi politik. Sementara itu, kepercayaan politik tidak berkontribusi sebagai moderator terhadap hubungan religiusitas Islam dan intoleransi politik.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan Ikatan Psikologi Sosial-HIMPSI, 2017
150 JPS 15:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Zhafira
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan studi kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara religiositas Islam dan intoleransi politik dan efek moderasi kepercayaan politik terhadap hubungan variabel tersebut. Intoleransi politik diukur dengan Political Intolerance Scale yang dikembangkan oleh Sullivan, Marcus, Feldman, Piereson 1981 , religiositas Islam diukur dengan Muslim Religiosity Scale yang disusun oleh El-Menouar 2014 , dan kepercayaan politik diukur dengan Citizen Trust in Government Organizations Scale yang dikembangkan oleh Grimmelikhuijsen Knies 2015 . Responden penelitian ini merupakan 841 orang mahasiswa di Indonesia yang beragama Islam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa religiositas Islam berkorelasi positif dan signifikan dengan intoleransi politik. Sementara kepercayaan politik tidak berkontribusi menjadi moderator terhadap hubungan religiositas Islam dan intoleransi politik.
ABSTRAK
This quantitative study was aimed to examine the correlation between Muslim religiosity and political intolerance whereas political trust as moderator variable towards its correlation. Political intolerance was measured by Political Intolerance Scale which developed by Sullivan, Marcus, Feldman, Piereson 1981 , Muslim religiosity was measured by Muslim Religiosity Scale which developed by El Menouar 2014 , and political trust was measured by Citizen Trust in Government Organizations Scale which developed by Grimmelikhuijsen Knies 2015 . Respondents of this study were 841 Moslem college students. Results indicated that there is significant positive correlation between Muslim religiosity and political intolerance. Meanwhile, political trust was not contributing as moderator variable towards the correlation between Muslim religiosity and political intolerance.
2017
S67500
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rengganis Rizka Prasanti
Abstrak :

Penelitian ini bertujuan untuk melihat peranan collective narcissism sebagai moderator dalam hubungan antara ideologi politik dan intoleransi politik. Ideologi politik diduga dapat memprediksi intoleransi politik terhadap kelompok yang berbeda nilai, baik pada kelompok ideologi nasionalis sekuler maupun religius. Selain itu, diduga bahwa collective narcissism secara individual dapat menjelaskan intoleransi politik dan juga dapat memoderasi hubungan ideologi politik dan intoleransi politik. Partisipan sejumlah 256 orang WNI yang telah berusia di atas 18 tahun (Musia = 29,81, rentang pendidikan SMP - S3) mengisi kuesioner secara online melalui Survey UI. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa ideologi politik dapat menjelaskan intoleransi pada kelompok partisipan berideologi nasionalis sekuler tapi tidak pada kelompok partisipan berideologi religius. Collective narcissism ditemukan dapat memprediksi intoleransi politik pada kedua kelompok, dan hubungan ideologi politik dengan intoleransi politik. Pada kedua kelompok tidak ditemukan peran moderasi dari collective narcissism terhadap hubungan ideologi politik dengan intoleransi politik.


The objective of this study is to see the role of collective narcissism as moderator in the correlation between political ideologi and political intolerance. Political ideology was assumed to predict political intolerance towards social groups with different political views, in both secular nationalist and religious ideological groups. It was also assumed that collective narcissism can individually predict political intolerance, while also moderating the correlation between political ideology and political intolerance. The participants, 256 Indonesian citizens who are at least 18 years old, with education backgrounds ranging from junior high school to doctoral degree (Mage = 29,81), filled in questionnaires online in Survey UI. Results reveal that political ideology only explains political intolerance in the secular nationalist group of participants, but not in the religious group. Collective narcissism is found to predict political intolerance in both ideological groups, along with the correlation between political ideology and political intolerance. In both ideological groups, no moderating effect is found from collective narcissism in the correlation between political ideology and political intolerance.

Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilman Rizaldi Ruswin
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prediksi orientasi dominansi sosial SDO dan identitas sosial terhadap intoleransi politik di Indonesia. Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasional. Alat ukur yang digunakan adalah Skala Orientasi Dominansi Sosial dan Skala Intoleransi Politik Putra, 2007 serta adaptasi dari Alat Ukur Identitas Sosial Kusumawardhani, 2010 . Penelitian dilakukan pada 772 mahasiswa S1/D4 yang dilakukan dengan accidental sampling dengan mengisi kuesioner daring melalui tautan http://lurus.in/niatnya. Penelitian ini menemukan bahwa SDO dapat memprediksi kemunculan intoleransi politik = 0,260, p < 0,05 , dan identitas sosial memiliki pengaruh yang kecil dalam memprediksi kemunculan intoleransi politik = 0,138, p < 0,05.
This study aims to predict social dominance orientation SDO and social identities religion and ethnicity on political intolerance. This study used correlational method, and examine SDO with Skala Orientasi Dominansi Sosial Putra, 2007 , political intolerance with Skala Intoleransi Politik Putra, 2007 , and social identity with Alat Ukur Identitas Sosial Kusumawardhani, 2010 . The researcher used online questionnaire http lurus.in niatnya with 772 undergraduate students as sample with accidental sampling. The researcher found that SDO predicts political intolerance 0,260, p 0,05 and a small contribution of social identity to predict political intolerance 0,138, p 0,05.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67821
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library