Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shirley Doornik
"Dengan bergantinya sistem politik, maka jumlah partai di Indonesia pun semakin menjamur. Tidak disangkal secara nasional Indonesia mengalami krisis kepemimpinan yang cukup akut, yang pada gilirannya mempengaruhi kepemimpinan di dalam partai itu sendiri.
Untuk itu penelitian ini mencoba untuk menjawab seberapa besar keterkaitan kepemimpinan terhadap proses pengambilan keputusan dan seberapa besar keterkaitan kemajemukan di dalam partai itu terhadap proses pengambilan keputusan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengerti lebih jauh keterkaitan kesemuanya itu dengan proses pengambilan keputusan.
Masalah kepemimpinan dikupas oleh White dan Lippitt yang membagi tipe-tipe kepemimpinan sebagai berikut: autocratic leadership, yang kepemimpinan yang cenderung menyelesaikan seluruh masalah secara sendiri; democratic leadership, yang mengambil keputusan melalui proses diskusi kelompok dan laissez-faire, dimana pemimpinnya cenderung untuk menghindar dari tanggung jawabnya.
Penelitian ini memakai metode deskriptif, dimana yang menjadi objek penelitiannya adalah DPP PDI Perjuangan. Dari hasil penelitian didapat keterangan bahwa ada keterkaitan antara tipe kepemimpinan yang otokratik dengan kecenderungan pengambilan keputusan secara otokratik juga. Di samping itu ada keterkaitan antara kemajemukan anggota DPP dengan proses pengambilan keputusan. Dimana keterkaitan itu melahirkan kecenderungan keputusan yang mengabaikan aspirasi lembaga lain, tetapi ada kesempatan dimana proses aktualisasi diri terjadi.
Dari penelitian ini diharapkan PDT Perjuangan khususnya DPP mampu untuk merubah tipe kepemimpinan agar kontroversi seputar keputusan DPP dapat diredam. Hal ini juga nantinya akan berdampak pada image partai sendiri."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T1302
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nunung Mintarsih
"Dalam negara Jerman Timur dengan sistem Komunis-Sosialisnya yang digambarkan dalam Roman Flugasche ternyata telah menekan, mendominasi, membatasi dan mematikan hak individu. Kenyataan ini juga diperburuk dengan kondisi ekonomi yang buruk.
Pembatasan hak individu tercermin dalam bidang pers, hal ini disebabkan pers yang berfungsi sebagai propaganda partai. Josefa Nadler, tokoh utama dalam Roman Flugasche mendapat tekanan dari partai dan rekan-rekannya, ketika ia memutuskan untuk menyampaikan kenyataan yang sebenarnya; kota B adalah kota terkotor di Eropa Sehingga ia akhirnya terpojok, terasing dan keberadaannya tereliminasi dari sekitarnya
Keputusan Josefa untuk menyampaikan kebenaran yang berarti dengan jelas telah melanggar doktrin partai merupakan salah satu bentuk penentangannya terhadap sistem. Disamping itu Josefa juga menyampaikan laporan tersebut kepada pimpinan partai. Josefa juga melontarkan kritik terhadap stuktur kehidupan yang telah di bentuk, sehingga melahirkan kehidupan yang monoton dan tanpa makna. Josefa menggugat individu-individu yang diarahkan dan di bentuk agar menjadi individu-individu yang satu, yang berkepribadian dan berfikir sesuai dengan doktrin partai.
Di samping melalui kritik kritiknya. Josefa, yang dalam kehidupan telah disingkirkan. banyak melampiaskannya dalam mimpi, fantasi dan halusinasi yang seringkali berupa simbol-simbol dan bersifat mencerdaskan (unheimlich).
Kenyataan-kenyataan yang tergambar dalam narasi merupakan refleksi dari kehidupan Monika Maron. Seperti halnya Josefa, Maron menginginkan terdapat perubahan dalam negerinya, yang ia sebut sebagai revolusi yang romantis. Maron juga mengalami permasalahan ketika ia ingin menerbitkan karyanya yang menurut pemerintah tidak mencerminkan nilai-nilai positif tentang partai. Namum berbeda dengan Josefa, yang memutuskan untuk menarik diri dari kehidupan, Maron yang pernah menjadi wartawati menemukan sastra sebagai media untuk menyampaikan penentangan-penentangannya.
Selain itu, jika Josefa gagal menerbitkan laporannya, maka Maron yang mendapatkan beberapa kemudahan dari Stasi berhasil menerbitkan karya-karyanya di Jerman Barat. Karya-karya Maron banyak diminati publik, khususnya karena unsur sukbyektifiktas yang ia tonjolkan. Subyektifitas merupakan salah satu ciri roman yang diminati dan berkembang di jerman Barat pada masa itu, yaitu tahun 1980-an. Subyektifitas dalam roman Flugasche adalah penojolan konflik keberadaan aku, yang akhirnya terasing dan tereliminasi dari sekitarnya.
Karya-karya Maron menjadi perhatian publik, karena dengan tajam dan transparan mengungkap kehidupan di Jerman Timur. Selain itu pihak Jerman Barat juga memanfaatkannya sebagai propaganda sistem kapitalis, yaitu dengan menujukkan keburukan sistem komunis-sosialisme."
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library