Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Coward, Harold
Yogyakarta: Kanisius, 1989
291.172 COW p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
TIJUDIP
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Indonesian Conference of religion and peace (ICRP) , 2006
201 MJM
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Mahfudin
"ABSTRAK
Esensi kebenaran sebuah agama sejatinya teletak pada jawabannya atas problem kemanusiaan. Sebab, sesungguhnya agama sejak awal mempunyai nisi suci untuk menyelamatkan dan menuntun manusia menuju jalan kehidupan yang baik dan benar. PIuralisme adalah realitas yang betul-betel terjadi di sekitar kehidupan kita sehari-hari. Hal itu nampak pada Pluralisme Agama, Budaya, Pendidikan, Ras dan Suku. Pluralisme berbagai hal itu sebetulnya memang sebuah hal yang alami tanpa melalui rekayasa atau kehendak manusia. Maksudnya, itu adalah kehendak Tuhan sebagai pencipta manusia dan seluruh kehidupan yang ada di muka bumf. Tentunya, dengan tujuan agar peruedaan itu diambil aspek positifnya sebagai jalan pemandu untuk bekerja sama, introspeksi diri, dan tolong menolong. Matra, sejatihnya nilai-nilai Pluralisme terutama Pluralisme Agama itu memiliki akar yang eukup kuat dalam ajaran agama, terutama Islam. Pluralisme adalah bagian intrinsik dari ajaran Islam yang dalam realitas dan sejarahnya menyatu dengan ajaran monoteisme sebagai ajaran pokok dalam Islam. Untuk itu apabila Allah menghendaki niscanya menjadi urnat yang tunggal, satu suku, satu bangsa, satu agama, tetapi Allah tidak menghendaki itu. Allah memang sengaja menjadikan kita bermacam-macam untuk menguji berkenaan dengan apa yang dianugerahkan dan mempersilahkan hamba-Nya berlomba-berlomba dalam kebaikan. Matra dalam kehidupan yang heterogen seperti di Indonesia, Pluralisme Agama merupakan sesuatu yang harus dipahami untuk menjunjung tunggi terhadap komunitas lain.
Pada dasarnya Fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang Pluralisme Agama tidaklah salah, karena dimaksudkan untuk menghindari pemikiran yang dianggap sekuler di Indonesia. Tetapi fatwa adalah bagian dari ijtihad manusia, ketika suatu persoalan tidak ditemukan jawabannya dalam Al-Qur'an dan Al-Hadist. Matra bisa dipastikan, kebenaran fatwa tentunya bersifat relatif sehingga selalu dimungkinkan untuk diubah seiring perubahan ruang, waktu, dan tradisi. Dan fatwa perlu ditinjau kembali, waktu demi waktu, untuk dilihat apakah fatwa tersebut memberikan efek maslahat terhadap umat atau justru menimbulkan huruhara di tengah masyarakat. Fatwa harus didahalui oleh deskripsi yang memadai tentang satu pokok soal, termasuk dengan cara mengajak berdiskusi seseorang atau sekelompok yang akan terkena sasaran dari fatwa. Dengan mengajak diskusi atau dialog akan bisa menghasilkan sebuah solusi yang dapat diterima semua masyarakat. Untuk itu, mengubah teks fatwa bukanlah perkara tabu."
2007
T 20725
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Zainuddin, 1962-
Malang: UIN-Maliki Press, 2013
201.559 8 ZAI p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Suwartiningsih
"Being a pluralist community, Nias consists of not Tionghoa (Chinese), Padang, Batak and Javanese. Social harmony within the community is like no other ever found in other regions across Indonesia. Indeed, social harmony amongst the Nias community has been a very much interesting social fact for research and analysis. Has some sort of local wisdom been exercised as a social capital to create the social harmony within the life of this religious-pluralist community? A research on this was conducted in Kota Gunungsitoli by applying the descriptive- qualitative research. The research shows that their local wisdom of Banua dan fatalitusota, Emali dome si so ba lala, ono luo na so yomo, Sebua ta ide'ide'o, side'ide'ide mutayaigo [tidak bold] and the fact that religious communities in this region have strong understanding and emphasis on their religious values. These factors heavily influence both the creation and the preservation of the social harmony within the community."
Jakarta: Pusat Pengkajian Reformed, 2014
SODE 1:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Randyka Afriadi Wijaya
"[Munculnya fenomena revitalisasi tradisi tidak hanya direspon dan dilakukan oleh komunitas lokal semata namun juga dilakukan oleh jaringan sosial masyarakat urban yang tersebar di berbagai wilayah. Munculnya revitalisasi tidak
dapat dipisahkan dari konteks kekuatan global yang melingkupinya, dan membuat orang lokal memanfaatkan globalisasi itu sendiri untuk memunculkan nilai-nilai
tradisi yang mereka miliki. Upaya untuk kembali dalam romantisme tradisi yang telah mapan, juga merupakan bentuk upaya mendapatkan otonomi lokal kembali. Persoalan tersebut juga berkaitan dengan adanya upaya masyarakat dalam menemukan pemaknaan baru dari tradisi lama dan mengakomodasi wacana pluralisme dan demokrasi dalam konteks kekinian. Perdebatan dalam studi sebelumnya selalu dikaitkan dengan adanya globalisasi, modernitas serta persoalan identitas. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan studi kasus Jaringan Gusdurian.

The emergence of tradition revitalization phenomenon was not only responded and conducted by local community, but also social networks of urban society that spread around some areas. Revitalization of tradition cannot be
separated from global forces context which encloses its process, and it made local people use globalization processes to express their values of tradition that they
have. The efforts to return to traditional romanticism, which have been established, are forms of initiative to regain their local autonomy. These phenomenons were related to discover the new meanings of old traditions and to accommodate pluralism and democratic discourses in the recent contexts. The discussions in the previous studies were always related to the context of globalization, modernity, and identity issues. This research uses a qualitative method that is based on the study case of Gusdurian Network.;The emergence of tradition revitalization phenomenon was not only
responded and conducted by local community, but also social networks of urban
society that spread around some areas. Revitalization of tradition cannot be
separated from global forces context which encloses its process, and it made local
people use globalization processes to express their values of tradition that they
have. The efforts to return to traditional romanticism, which have been
established, are forms of initiative to regain their local autonomy. These
phenomenons were related to discover the new meanings of old traditions and to
accommodate pluralism and democratic discourses in the recent contexts. The
discussions in the previous studies were always related to the context of
globalization, modernity, and identity issues. This research uses a qualitative
method that is based on the study case of Gusdurian Network., The emergence of tradition revitalization phenomenon was not only
responded and conducted by local community, but also social networks of urban
society that spread around some areas. Revitalization of tradition cannot be
separated from global forces context which encloses its process, and it made local
people use globalization processes to express their values of tradition that they
have. The efforts to return to traditional romanticism, which have been
established, are forms of initiative to regain their local autonomy. These
phenomenons were related to discover the new meanings of old traditions and to
accommodate pluralism and democratic discourses in the recent contexts. The
discussions in the previous studies were always related to the context of
globalization, modernity, and identity issues. This research uses a qualitative
method that is based on the study case of Gusdurian Network.]
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S61034
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library