Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irna Rini Mutia Sari
Abstrak :
ABSTRAK
Pleurotus ostreatus adalah jenis jamur tiram yang banyak dikonsumsi dan hidup di Indonesia. Manfaat jamur tiram ini dapat juga digunakan sebagai antioksidan. Penelitian dilakukan untuk melakukan uji aktivitas antioksidan dari ekstrak jamur Pleorotus ostreatus dengan metode DPPH dan identifikasi golongan senyawa kimia dari fraksi teraktif. Metode DPPH dengan cara mengukur daya peredaman ekstrak terhadap radikal stabil DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil) secara spektrofotometri dengan λ 517,5 nm. Untuk metode pemisahan digunakan kromatografi kolom dipercepat, dan pemeriksaan senyawa dilakukan dengan mengukur titik leleh dan KLT. Hasil uji aktivitas antioksidan menunjukkan ekstrak etil asetat mempunyai nilai IC50 paling kecil 73,24 μg/ml antara ekstrak n-heksan dan ekstrak metanol. Hasil kromatografi ekstrak etil asetat diperoleh fraksi A-H. Fraksi F menunjukan aktivitas antioksidan terkuat dengan nilai IC50 54,08 μg/mL dan positif pada uji terpenoid dan saponin. Pada Fraksi B dilakukan rekristalisasi dan didapatkan senyawa murni yang disebutl sebagai senyawa PO. Hasil identifikasi senyawa diduga bahwa senyawa PO merupakan suatu steroid. Selanjutnya senyawa PO di lakukan uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH dan menunjukkan aktivitas antioksidan kurang kuat dengan nilai IC50 121,19 μg/mL.
ABSTRACT
Pleurotus ostreatus is a type of oyster mushroom which is widely consumed and living in Indonesia. Benefits of Oyster Mushrooms can also be used as an antioxidant. Research is done to perform a Test antioxidant activity of an extract fungi pleorotus ostreatus with the methods dpph and identification the chemical compounds of a fraction strongest. a DPPH with measuring stable extract power to against radical DPPH ( 1,1-diphenyl-2 pikrilhidrazil ) by spektrofotometri with λ 517,5 nm. To a method of separation used column chromatography accelerated, and characterizing a compound of done by measuring the melting point and TLC. Test results show antioxidant activity extract ethyl acetate has an IC50 value of most small 73,24 μg/mL between n-heksan extract and methanol extract. Fraction F shows the strongest antioxidant activity with IC50 values of 54,08 μg/mL and positive tests terpenoid and saponin. There is A-H fraction of the results column chromatography. On a fraction B done a recrystallization and obtained a compound of pure known as a compound po. Results of identification compound is suspected that the PO is a steroid compound. next a compound of po in do a test of antioxidant activity with the methods of dpph and shows antioxidant activity less strong with the value IC50 121,19 μg/mL.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1683
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Antonius Herry Cahyana
Abstrak :
Proses biokatalisis dengan pemanfaatan enzim sangai mendukung konsep kimiawi yang ramah lingkungan dan mempunyai jenis produk yang spesifik karena selektifitasnya. Jamur tiram putih (Pleurotus ostrealus), adalah jamur yang aman dikonsumsi, dan dikembang biakkan dan media berupa serpihan kayu, secara kimiawi merupakan Hgnin dan dimanfaatkan sebagai sumber energi bagi jamur lersebut. Kemampuan jamur tersebut dapat mendegradasi lignin menarik perhatian untuk diteliti, bahwa sisa proses metabolisme yang terjadi diduga masih mengandung suatu sistem enzim golongan oksidoreduktase. yang salah satunya dikenal enzim lakase (laccase}. Ekstrak enzim kasar lakase diperoleh dan media tumbuh jamur dengan bufer fosfal pH 6.0 dan dengan tahapan pemurnian parsial, enzim ini mampu mengkatalisis reaksi dengan substral senyawa fenolik, guatakol. Hasil reaksi dapat ditandai dengan terbentuknya produk yang tidak larut dalam sistem akueusnya, membentuk kekeruhan berwarna kemerahan. Tahap pemurnian terhadap hasil reaksi ini dapat diperoleh suatu senyawa yang dalam uji lanjut secara spektroskopik dengan alat UV-Vis dan GC-MS diketahui merupakan senyawa berbeniuk dimer dari substrat awalnya yaitu 4,4'-biguaiakoI dan menunjukkan aktivitas sebagai antimikroba terhadap B. subtilis dan e. coli
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 2005
SAIN-10-2-2005-22
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bintang Pertiwi Putri Rahayu
Abstrak :
Selenium merupakan mikronutien yang penting dibutuhkan tubuh bagi pertumbuhan dan perkembangan, dan banyak digunakan dalam bidang kesehatan. Selenium diperlukan untuk mencegah kerusakan sel dalam tubuh dengan cara melindungi sel-sel jaringan tubuh, menangkal radikal bebas dan bersama-sama dengan vitamin E sebagai antioksidan. Penelitian sebelumnya dilakukan di Laboratorim Biologi LIPI Cibinong, penambahan selenium pada media tanam P. ostreatus sebanyak 25 ppm menghasilkan peningkatan kandungan selenium pada tubuh buah tetapi masih jauh dari kebutuhan tubuh manusia 60 mdash;70 g/hari pada orang dewasa. Penelitian bertujuan untuk menganalisis penambahkan senyawa selenium ke dalam media tanam P. ostreatus sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan kandungan selenium dalam tubuh buah jamur, dan menganalisis apakah penambahan selenium dapat meningkatkan aktivitas antioksidan pada tubuh buah jamur. Penambahan konsentrasi selenium pada media tanam menggunakan beberapa konsentrasi berbeda yaitu 0, 50, 75, dan 100 ppm. Metode yang digunakan pada penelitian untuk melihat hasil produktivitas yaitu dengan menganalisis berat basah, panjang tangkai, diameter tudung, dan untuk menganalisis kandungan selenium pada tubuh buah yaitu dengan menggunakan teknik spektrofotometer serapan atom AAS. Sedangkan untuk menganalisis aktivitas antioksidan yaitu dengan metode ?-carotene bleaching BCB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas P. ostreatus mengalami peningkatan setelah dilakukan penambahan konsentrasi berbeda pada media tanam, dianalisis pada hasil berat besar tertinggi tubuh buah diperoleh dengan berat 80,00 6,35 g, diameter tertinggi tubuh buah diperoleh sebesar 10,56 0,43 cm, kandungan selenium pada tubuh buah P. ostreatus mengalami peningkatan setiap penambahan konsentrasi selenium semakin tinggi 100 ppm yaitu sebesar 22,19 ppm, dan nilai aktivitas antioksidan tertinggi setelah penambahan Se pada media tanam yaitu pada perlakuan penambahan Se 50 ppm yaitu sebesar 2,13 0,77 p ...... Selenium is an essential micronutrient which is needed for the body growth and development, and is much used in the health care. Selenium prevents cells damage in the body by protecting the tissues work together with vitamin E as the antioxidant to counteract free radicals. The previous research was conducted in Biology Laboratory of LIPI Cibinong, showed an increase of selenium level in P. ostreatus fruit body after 25 ppm selenium addition in its cultivation medium, but it was still inadequate for human body needs, particularly in adults 60 mdash 70 mg day. The aim of the study was analysis of selenium compound addition into the P. ostreatus culture medium could increase selenium levels, the productivity and antioxidant activity in mushrooms fruit bodies. The addition of selenium concentration in the growing media applied some different concentrations, namely 0, 50, 75 and 100 ppm. The method applied in this research was finding out the productivity by analyzing wet weight, stem length, cup diameter, and selenium content in the fruit body by applying atomic absorption spectrophotometric technique AAS . To analyze antioxidant activity, however, was to apply carotene bleaching BCB. The results showed that the productivity of pleurotus ostreatus increased after conducting some additions of different concentrations on the growing media, which was analyzed as a result of the highest heavy weight of fuit body which was obtained as much as 80,00 6,35 g, the highest diameter of fruit body was obtained as much as 10,56 0,43 cm, the content of selenium in the fruit body of pleurotus ostreatus increased more 100 ppm, namely as much as 22,19 ppm, and the highest value of antioxidant activity after adding selenium on the growing media, as well as additional treatment of 50 ppm selenium, namely as much as 2,13 0,77 p
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
T49385
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Wulandari
Abstrak :
Lakase (E.G. 1.10.3.2) merupakan enzim oksidatif yang memiliki kemampuan seperti enzim peroksidase (E.G.1.11.1.7). Enzim lakase adalah enzim yang mengkatalisis reaksi oksidasi sejumlah substrat fenolik yang kaya akan elektron, seperti guaiakol. Telah dilakukan isolasi terhadap enzim lakase dari media tanam jamur tiram putih {Pleurotus oestreatus) dan didapat enzim lakase ekstrak kasar dengan aktivitas spesifik 0,2019 U/mg protein. Guaiakol yang dikatalisis oleh enzim lakase membentuk suatu produk yang berwarna merah dan selanjutnya diekstrak dengan etil asetat. Pemisahan senyawa hasil ekstrak menggunakan kromatografi kolom silika gel diperoleh suatu kristal jarum berwarna kuning, dengan titik leleh antara 84-86°G. Identifikasi struktur kimia senyawa hasil isolasi dengan alat instrumentasi yaitu UV, FTIR dan GGMS. Reaksi pembentukan senyawa hasil reaksi menunjukan hasil penggabungan pada posisi para-para, 4,4'-biguaiakol dengan m/z 246, waktu retensi 19,22 menit dan luas area 87,12%. Senyawa hasil reaksi selanjutnya diuji aktivitas bioaktifnya sebagai senyawa antimikroba. Diperoleh diameter zona bening senyawa hasil reaksi lebih luas dibandingkan dengan guaiakol.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S30575
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Chrisayu Natasha
Abstrak :
ABSTRAK
Lignoselulosa merupakan sebuah komponen organik yang jumlahnya berlimpah dan merupakan sumber utama dalam menghasilkan gula dari hasil fermentasi dengan adanya peristiwa pendegradasian lignoselulosa oleh selulase. Pelepah kelapa sawit yang merupakan salah satu tanaman mengandung lignoselulosa akan digunakan sebagai substrat dalam penelitian ini. Pada penelitian ini, pelepah kelapa sawit akan didegradasi oleh Pleurotus ostreatus dan diberikan perlakuan yang berbeda yakni menggunakan bervariasi komposisi serta sumber nutrisi untuk pertumbuhan miseliumnya. Jenis nutrisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dedak serta beras jagung. Hasil penelitian ini menunjukkan kandungan pelepah kelapa sawit awal adalah lignin 60,56%, selulosa 16%, dan hemiselulosa 17,73%. Setelah diberikan perlakuan, hasil pendegradasian terbaik adalah menggunakan dedak 0,6 gram dan CaCO3 0,4 gram yaitu 22,01% untuk kadar lignin dan 32,74% untuk kadar selulosa.
ABSTRACT
Lignocellulose is an abundant amount of organic components and the main source of sugar produced from the fermentation by lignocellulose degradation by cellulase. Midrib of palm oil which is one of lignocellulosic-containing plant will be used as a substrate in this study. In this study, the midrib of palm oil will be degraded by Pleurotus ostreatus and given a different treatment that uses varying composition and source of nutrients for miselium growth. Types of nutrients used in this study were rice bran and corn. The results of this study indicate the content of the initial palm midrib is 60.56% lignin, 16% cellulose, and hemicellulose 17.73%. After giving a treatment, the best degradation is using rice bran 0.6 grams and 0.4 grams of CaCO3 22.01% for lignin and 32.74% for cellulose.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42350
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Melissa Reinata
Abstrak :
Jamur tiram putih atau Pleurotus ostreatus merupakan salah satu jamur tiram konsumsi dengan kandungan senyawa bioaktif, salah satunya adalah α-glukan yang berpotensi sebagai imunomodulator. Gen yang mengkode pembentukan α-glukan pada P. Ostreatus adalah gen α-glucan synthase (AGS1). Konstruksi primer, isolasi, dan optimasi primer untuk amplifikasi gen AGS1 dari P. ostreatus yang dibudidaya di Indonesia belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengamplifikasi gen AGS1 menggunakan dua pasang primer yang dikonstruksi secara in silico, mengisolasi DNA dari P. ostreatus, dan optimasi suhu annealing menggunakan dua pasang primer (AGS1-1 dan AGS1-2). Penelitian ini diawali dengan konstruksi primer gen AGS1 yang dilakukan dengan bantuan laman NCBI Primer-BLAST, Primer3Plus, dan FastPCR. Isolasi DNA dilakukan dari tubuh buah P. ostreatus menggunakan kit, kemudian konsentrasi dan kemurnian hasil isolasi diukur dengan spektrofotometer. Tahapan amplifikasi gen target dilakukan dengan teknik PCR, lalu amplifikasi PCR divisualisasikan dengan elektroforesis gel agarosa dan dilakukan analisis data. Isolat DNA dari tubuh buah P. ostreatus memiliki konsentrasi sebesar 4,561—23,539 ng/μL dengan kemurnian 1,778—2,226. Pasangan primer AGS1-1 dan AGS1-2 berhasil mengamplifikasi dan menghasilkan amplikon berukuran 700—800 pb dan 600—700 pb pada suhu annealing 57 oC yang diduga sebagai gen AGS1. ......White oyster mushroom or Pleurotus ostreatus is an edible mushroom containing bioactive compounds, one of which is alpha glucan which has potential as an immunomodulator. One of the genes that encodes the formation of alpha glucan is the α-Glucan Synthase (AGS1). Currently, there has been no primer construction, isolation, and primer optimization in the amplification of the AGS1 gene from P. ostreatus cultivated in Indonesia. Therfore, this study aims to amplify the AGS1 gene using two pairs of primers constructed in silico, isolate DNA from P. ostreatus, and optimize the annealing temperature using two pairs of primers (AGS1-1 dan AGS1-2). This research began with the construction of AGS1 gene primers with the help of NCBI Primer-BLAST, Primer3Plus, and FastPCR. DNA isolation from the fuiting body of P. ostreatus was done using a kit, then the concentration and purity of the isolation results were measured with a spectrophotometer. The amplification of the target gene was carried out by PCR technique, then the PCR amplification results were visualized by agarose gel electrophoresis and data analysis was performed. The concentration of DNA isolates from P. ostreatus fruiting bodies amounted to 4,561—23,539 ng/μL with a purity of 1,778—2,226. Primer pairs AGS1-1 and AGS1-2 successfully amplified and produced amplicons with a range of 700—800 bp dan 600—700 bp at annealing temperature of 57 oC, which is suspected to be AGS1 gene.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriella Charlotte Verina
Abstrak :
Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus (Jacq.) Kumm 1871) diketahui mengandung senyawa bioaktif yang bermanfaat bagi kesehatan. Salah satunya adalah senyawa beta glukan (β-glukan) yang memiliki kemampuan imunomodulator dengan meningkatkan jumlah sel natural killer dan mendukung perkembangan respons imun. Senyawa β-glukan dikode oleh gen FKS, yaitu gen spesifik pada kompleks β-1,3-glukan sintase. Gen FKS terekspresi di fase miselia, primordia, bakal tubuh buah, dan tubuh buah dewasa P. ostreatus dan paling tinggi pada fase tubuh buah dewasa. Studi mengenai desain primer, isolasi, dan optimasi primer untuk amplifikasi gen FKS dari P. ostreatus yang dibudidayakan di Indonesia belum pernah dilakukan. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan untuk mendesain dua pasang primer (FKS-A dan FKS-B) secara in silico, mengisolasi gen FKS dari tubuh buah P. ostreatus, dan optimasi primer untuk amplifikasi gen FKS. Penelitian diawali dengan desain primer yang dibantu oleh NCBI PrimerBlast dan Primer3Plus, kemudian DNA diisolasi dari tubuh buah P. osteatus. Konsentrasi dan kemurnian isolat DNA diukur menggunakan spektrofotometer. Gen target diamplifikasi dengan teknik PCR yang kemudian divisualisasikan dengan elektroforesis gel agarosa. Isolat DNA dari tubuh buah P. ostreatus memiliki konsentrasi senilai 2,803—22,616 ng/μL dengan rerata 14,819 ng/μL dan kemurnian di rentang 1,815—2,083. Pasangan primer FKS-A dan primer FKS-B berhasil mengamplifikasi dan menghasilkan amplikon berukuran 100—200 bp dan 300—400 bp yang diduga sebagai gen FKS. Hasil tersebut menunjukkan bahwa desain primer, isolasi dan optimasi primer untuk amplifikasi yang diduga sebagai gen FKS dari P. ostreatus berhasil dilakukan. ......White oyster mushroom (Pleurotus ostreatus (Jacq.) Kumm) is known to contain bioactive compounds that are beneficial to health. One of them is the beta glucan compound (β-glucan) which has immunomodulatory abilities by increasing the number of natural killer cells and supporting the development of the immune response. β-glucan compounds are encoded by the FKS gene, which is a specific gene in the β-1,3-glucan synthase complex. The FKS gene is expressed in the mycelia, primordia, young fruiting body, and mature fruiting body phases of P. ostreatus and is highest in the mature fruiting body phase. Studies on primer design, isolation, and primer optimization for FKS gene amplification of P. ostreatus cultivated in Indonesia have never been conducted. Therefore, this study was conducted to design two pairs of primers (FKS-A and FKS-B) in silico, isolate the FKS gene from the fruiting body of P. ostreatus, and optimize the primers for the amplification of the FKS gene. The research began with a primer design assisted by NCBI PrimerBlast and Primer3Plus, then DNA was isolated from the fruit body of P. osteatus. The concentration and purity of DNA isolates were measured using a spectrophotometer. The target gene was amplified by PCR technique which was then visualized by agarose gel electrophoresis. DNA isolates from the fruit body of P. ostreatus had concentrations of 2,803—22,616 ng/μL with an average of 14,819 ng/μL and purity in the range of 1,815—2,083 with an average of 1,978. Primer pairs of FKS-A and FKS-B successfully amplified and produced amplicons measuring 100-200 bp and 300-400 bp which are suspected to be FKS genes. The results showed that the primer design, isolation and primer optimization for the amplification of the suspected FKS gene from P. ostreatus were successfully carried out.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulistiawati
Abstrak :
ABSTRAK Saat ini di alam dikenal dua kelompok jamur yang mempunyai aktivitas pelapukan kayu. Pertama, jamur pelapuk putih ( White rot fungi), yaitu jamur yang dapat merusak lignin dan selulosa kayu. K dua, jamur pelapuk coklat (Brown rot fungi), yaitu jamur yang dapat merusak selulosa kayu. Beberapa jamur yang tergolong jamur pelapuk putih (Scizaphyllum commune, Tinctoporia borbonica, Phanerochaete chrysosporium, Tremetes versicolor, Aspergillus niger, Trichoderma sp, Coriolus versicofor) dilaporkan mampu mendegradasi komponen sisa lignin yang terdapat pada air limbah pabrik pulp dan kertas. Dalam penelitian ini diuji kemampuan Pleurotus ostreatus HHB1 (yang juga tergolong 'White rot fungi') mendegradasi sisa lignin yang terdapat dalam air Iimbah pabrik pulp dan kertas. Pada tahap awal penelitian dilakukan adaptasi yang bertujuan agar Pleurotus ostreatus HHB1 dapat menyesuaikan diri dengan air limbah yang akan didegradasi. Selanjutnya terhadap jamur yang sudah beradaptasi dilakukan evaluasi kurva pertumbuhannya dengan mengukur perubahan berat kering spora selama selang waktu 72 jam. Didapatkan bahwa fase lag atau fase adaptasi terjadi dalam selang waktu 16 jam pertama, sedangkan fase eksponensial terjadi pada selang waktu 32 jam berikutnya. Pengamatan selanjutnya selama 24 jam tidak menunjukkan terjadinya perubahan berat kering spora (fase stasioner). Pengamatan nilai BOD dan Unit warna ditentuan dalam selang waktu dari 0 sampai 72 cenderung turun dengan persentase penurunannya masing - masing sebesar 40,22 %, dan 67,01%. pH cenderung naik dari 6,4 hingga 7,5. Sedangan COD cenderung tidak berubah. Evaluasi laju pengurangan Unit warna dalam selang waktu yang diamati menunjukkan bahwa reaksi penghilangan Unit warna secara umum berorde dua. Pada percobaan kondisi optimum (pengocokan 100 goyangan/menit, pada 260000 unit warna awal air limbah, 2 gll glukosa, 2,5 x 109 spora/mL inokulum, pH 6,0 dan 0,1 gll NH4NO3) penghilangan Unit warna dapat mencapai 93,08% dalam waktu 48 jam. Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa jamur Pleurotus ostreatus HHB1 yang diteliti mempunyai kemampuan mendegradasi sisa lignin yang terdapat dalam limbah pabrik pulp dan kertas. Aktivitas jamur Pleurotus ostreatus HHB1 juga diamati pada terjadinya perubahan poly kromatogam (GCMS) dari estrak dietil eter sebelum dan sesudah perlakuan.
ABSTRACT There are two groups of fungi, which are known having an activity to decompose wood. Firsty, white rot fungi which is able to decompose lignin and cellulose. Secondly, brown rot fungi which is able to decompose cellulose. Many of white rot fungi groups ( such as, Scizophyllum commune, Tinctoporia borbonica, Phanerochaete chrysosporium, Tremetes versicolor, Rspergillus niger, Trichoderma sp, Carlo/us versicolor) were reported having an activity to degrede lignin residues in pulp and paper mill waste water. In this research an examination on activity of Pleurotus ostreatus HHB1 ( white rot fungi group) to reduce unit colour of waste water was carried out. In the early stage of the research the Pleurotus ostreatyus HHB1 was subjected to an adaptation experiment employing the waste water sampel, in order to obtain suitabel strain. Fathermore a growth curve was evaluate to adapted starin by measuring the dry weight of spore at certain interval time during 72 hours observartion. The result indicate that the lag ( adaptation stage), exponential and stationary stage were observed for the first 16, the next 32, and the last 24 hours respectively. When the similar strain ( adapted strain) was applied to treat the pulp and paper mill waste water the following results were observed. Respected to initial value, as much as 98.08 % decreasing in colour unit (in Pt1Co unit) could be reach in 48 hours, while the BOD value was decreased as much as 40.22 % in 72 hours. The COD value, however, showed no significant changing during observation time. During the treatment the pH was observed increasing from initial value. For the additional information, the changing in cromatogram profile ( measured with quadrupole GCMS) of the diethyl ether extract of treated and untreated waste water was observed. With the assumption that lignin is a main constribution of colour developing in a pulp and paper mill waste water and from the presented result it is concluded the Pleurotus ostreatus HHB1 has an activity to degrade lignin. Based on the simple kinetic evalution the rate of colour reduction observed in this research generally has a second order.
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djarwanto
Abstrak :
Di alam banyak ditemukan jamur pelapuk kayu yang dapat dimakan. Salah satunya adalah genus Pleuratus (jamur tiram), yang merupakan salah satu perombak utama bahan lignoselulosa di hutan tropis (Kurtzman & Zadrazil, 1982). Jamur tersebut telah diterima masyarakat sebagai sumber bahan makanan tambahan (Suprapti, 1987). Jamur tiram memiliki nilai gizi cukup baik (Crisan & Sand, 1978; Bano & Rajarathnam, 1982, dan Djarwanto & Suprapti, 1992), Selain itu, jamur P. ostrecrrrrs dapat menghambat pertumbuhan tumor pada tikus sebesar 75,3% (Chang, 1993). Kayu akasia (Acacia mangium Willd.), damar (Agathis borneensis Warp.), dan karet (Hevecr brasiliensis Muell. Arg.) merupakan tiga dari beberapa jenis kayu yang dikembangkan sebagai pohon hutan tanaman industri. Di Indonesia, limbah lignoselulosa yang merupakan produk sampingan industri kehutanan terdapat melimpah. Tanpa perlakuan terhadap limbah tersebut maka proses pelapukan secara alami akan memakan waktu yang relatif lama, sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan. Mempertimbangkan bahwa sumber daya kayu dan jamur pelapuk banyak terdapat di Indonesia, maka terbuka peluang untuk memanfaatkannya secara bersamaan sehingga akan diperoleh nilai tambah yang lebih baik dibandingkan apabila dimanfaatkan secara terpisah atau dibiarkan begitu saja. Dengan memanfaatkan kekayaan tersebut secara bijaksana, diharapkan akan mempunyai andil dalam pelestarian sumberdaya alam dan kemungkinan terbukanya lapangan kerja Baru. Ketahanan kayu yaitu daya tahan suatu jenis kayu terhadap beberapa faktor seperti jamur, serangga, dan binatang laut. Di daerah tropis, nilai suatu jenis kayu untuk keperluan konstruksi sangat ditentukan oleh keawetannya, karena kayu yang berkelas kuat satu, tidak akan ada artinya jika kelas awetnya rendah, sehingga kelas pakainya juga rendah. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan produktivitas sembilan isolat jamur Pleurolus dalam mengkonversi limbah lignoselulosa menjadi biomasa yang dapat dimakan, dan kemampuan jamur tersebut melapukkan balok tiga jenis kayu hutan tanaman. Jenis jamur yang diteliti yaitu Pleurolus flabellalrrs Berk. & Br., P. oslrealus Jacq. ex Fr., dan P. sajor-caju (Fr) Sing., masing-masing terdiri dari tiga isolat yang diperoleh dari lapangan di Jawa Barat dan koleksi Puslitbang Hasil Hutan, Bogor. Untuk mengetahui pertumbuhan miselium jamur pada media agar dipergunakan Malt Extract Agar (MEA), dan Potato Dextrose Agar (PDA) dalam cawan petri. Media produksi dibuat dari serbuk gergaji kayu akasia, damar, dan karet, masing-masing sebanyak 77,5%, ditambah dengan dedak 20%, gips 1,0%, CaCO3 1,0%, urea 0,5%, dan air suling secukupnya. Masing-masing komposisi dicampur hingga homogen dan dimasukkan ke dalam kantong plastik PVC sebanyak 450 gram, kemudian disterilkan dan diinokulasi dengan isolat jamur tersebut. Efisiensi konversi biologi (EKB) dinyatakan dalam persentase bobot tubuh buah jamur segar terhadap bobot bahan media kering, sesuai dengan penelitian Silverio el al. (1981), Royse (1985), Diable & Royse (1986), dan Madan el al. (1987). Kemampuan jamur dalam melapukkan balok kayu diuji dengan metode Kolleflask sesuai standar DIN 52176. Sebagai pembanding digunakan Schizophyllum commune Fr. Data bobot tubuh buah, jumlah pilaus, frekuensi panen, nilai EKB dan pengurangan berat balok kayu dianalisis dengan menggunakan rancangan faktorial 3x3x3 (jenis kayu, jenis jamur dan isolat) dengan lima ulangan. Hasilnya menunjukkan bahwa miselium jamur Pleurolus dapat tumbuh baik pada media MEA maupun PDA. Laju pertumbuhan miselium pada media agar berkisar antara 5,5-8,8 mm/hari. Laju pertumbuhan yang tinggi ditemukan pada P. ostreatus isolat II, sedangkan yang rendah pada P. flabellatus isolat II. Isolat jamur yang cepat tumbuh untuk masing-masing jenis yaitu P. flabellatus isolat III, P. ostreatus isolat I dan II, dan P. sajor-caju isolat I dan III. Sampai umur tiga minggu setelah inokulasi, pertumbuhan miselium pada permukaan media serbuk gergaji kayu akasia paling cepat. Laju pertumbuhan miselium berturut-turut adalah P. ostreatus, diikuti P. sajor-caju, dan yang paling lambat adalah P. flabellatus. Laju pertumbuhan yang cepat adalah P. ostreatus isolat I & II, dan P. sajor-caju isolat I & III. Permulaan panen jamur tercepat adalah P. flabellatus isolat III, diikuti oleh P. flabellatus isolat II & I, dan yang paling lambat adalah P. sajor-caju isolat II. Frekuensi panen dan jumlah pileus P. flabellatus adalah paling tinggi. Frekuensi panen yang tinggi umumnya pada isolat II, sedangkan jumlah pileus isolat I umumnya paling banyak. Kemampuan jamur Neuron's dalam mengkonversi media yang paling tinggi adalah pada kayu karet, dan yang paling rendah pada kayu damar. Produktivitas dan biokonversi yang tinggi dihasilkan oleh P. ostretus isolat I dan II, P. flabellatus isolat I, sedangkan P. sajor-caju hampir sama untuk masing-masing isolat. P. flabellatus isolat I dan II merupakan strain yang berbeda dengan isolat III, P. ostreatus isolat I adalah satu strain dengan isolat III yang berbeda dengan isolat II, sedangkan P. sajor-caju isolat I dan III memiliki strain yang berbeda dengan isolat II. Pemanfaatan limbah serbuk gergaji tersebut merupakan salah satu upaya mengefisiensikan pemanfaatan sumber daya kayu yang berimplikasi pada konservasi sumber daya alam, karena biokonversi membantu mempertahankan lingkungan dari timbunan sisa bahan organik yang berlebihan, dan memberikan nilai tambah berupa biomassa jamur yang dapat dimakan. Kemampuan P. sajor-caju melapukkan kayu rendah, sedangkan kemampuan P. ostrealus lebih tinggi. Pada umumnya ketiga jenis jamur Pleurotus isolat II dan lII lebih merusak kayu daripada isolat I. Derajat pelapukan kayu akasia oleh jamur Pleurolus tidak berbeda dengan damar, sedangkan pada kayu karet lebih tinggi. Pengurangan berat kayu yang tinggi ditemukan pada kayu karet yang diinokulasi dengan P. ostreatus isolat II dan P. flabelatus isolat III. Kemampuan jamur Pleura's dalam melapukkan contoh uji balok kayu umumnya lebih rendah dibandingkan dengan S. commune.
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evan Febriansyah
Abstrak :
Jamur tiram putih Pleurotus ostreatus merupakan salah satu jenis jamur yang paling banyak dibudidayakan di dunia. Nutrien yang tersedia di dalam media tanam merupakan faktor yang mempengaruhi terhadap pertumbuhan jamur. Penelitian bertujuan untuk mengisolasi bakteri pemicu pertumbuhan jamur dan meneliti pengaruhnya dalam pertumbuhan miselia jamur dan mempelajari pengaruhnya terhadap pertumbuhan tubuh buah jamur pada konsentrasi berbeda 50 dan 75 . Sembilan belas bakteri diisolasi dari media tanam jamur tiram putih dan diamati pengaruhnya terhadap pertumbuhan miselia jamur tiram putih. Tiga isolat bakteri dengan hasil pertumbuhan miselia terbaik kemudian diidentifikasi berdasarkan sekuensing 16S rRNA dan konstruksi pohon filogenetik dilakukan dengan metode neighbor-joining menggunakan aplikasi MEGA versi 6.06 dengan 1000x bootstraps. Berdasarkan pertumbuhan miselia pada media PDA, terlihat bahwa terdapat perbedaan antar perlakuan dalam jumlah hari yang dibutuhkan bagi miselia untuk tumbuh memenuhi cawan petri 3 hari lebih cepat dibanding kontrol dan diidentifikasi sebagai Bacillus cereus strain ATCC 14579, Bacillus aryabhattai strain B8W22 dan Acinetobacter pittii strain ATCC 19004. Terjadi peningkatan kecepatan tumbuh miselia, jumlah tubuh buah, panjang tangkai, dan berat basah tubuh buah jamur tiram putih terhadap penambahan ekstrak B. aryabhattai pada media tanam. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan ekstrak isolat bakteri memiliki efek menguntungkan bagi pertumbuhan jamur. ...... White oyster mushroom Pleurotus ostreatus is one of the most widely cultivated mushrooms in the world. Nutrients available in the growth medium are factors that affect the growth of fungi. The study aimed to isolate the bacteria that promote the growth of the mushroom and studied its effect in mycelial growth and studied its effect on the growth of mushroom fruit body at different concentrations 50 and 75 . Nineteen bacteria were isolated from the white oyster mushroom growth media and its effect on the growth of mycelia of white oyster mushrooms was observed. Three isolates of bacteria with the best results on mycelia growth then identified based on 16S rRNA sequencing and phylogenetic tree construction performed by neighbor joining method using MEGA version 6.06 application with 1000x bootstraps. Based on mycelial growth on PDA media, it was seen that there was a difference between treatments in the number of days required for mycelia to grow to fill the petri dish 3 days earlier than control and identified as Bacillus cereus strain ATCC 14579, Bacillus aryabhattai strain B8W22 and Acinetobacter pittii strain ATCC 19004. There is an increase in the growth rate of mycelia, the number of fruit body, the length of the stalk, and the fresh weight of the fruit body of white oyster mushroom by the addition of B. aryabhattai extract on growth medium. The results of this study indicate that the addition of bacterial isolate extracts has a beneficial effect on the mushroom growth.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
T49380
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>