Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Martati
"Alasan dan tujuan penelitian gerabah prasejarah khususnya di Plarangan (Jawa Tengah), karena selama ini belum cukup tulisan-tulisan yang membicarakan mengenai gerabah dan membahasnya sampai dengan analisis teknologis. Dalam penelitian ini akan diambil sampel 22 buah (4 buah tempayan, 7 buah periuk dan 11 buah cawan) untuk analisis tipologis sedangkan untuk analisis teknologis dipergunakan sampel..."
Depok: Universitas Indonesia, 1985
S11565
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aliza Diniasti Saleh
"ABSTRAK
Penguburan merupakan kegiatan manusia dalam usaha untuk menyingkirkan mayat dari lingkungan orang yang masih hidup. Penguburan itu dilaksanakan secara berpola dan menurut aturan kebudayaan masyarakat pendukungnya. Pola kebudayaan dan struktur sosial masyarakat, yang merupakan gagasan kolektif, sangat merpengaruhi kegiatan tersebut (Hastings 1961:411; Howells 1962:15-; Koentja_raningrat 1980a:227; 1980b:70-71; Seligman 1953:24).
Kegiatan yang berhubungan dengan penguburan meliputi: (1) perawatan mayat, (2) persiapan sesaji dan upacara, dan (3) pelaksanaan penguburan (Binford 1972: 232). Semua itu memerlukan pengelolaan dan pembagian kerja yang cermat, karena melibatkan sebagian besar atau bahkan seluruh warga masyarakat (Binford 1972:400; Soe--jono 1977a:9-10). Di samping. itu, kegiatan ini juga melibatkan bermacam-macam kelompok fungsional dalam ma_syarakat, seperti pemimpin upacara, keluarga si mati, dan kriawan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa_

"
Lengkap +
1984
S11439
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Barli Nurbudi
"Manik-manik adalah benda budaya hasil karya manusia yang secara umum berfungsi sebagai perhiasan. Keanekara_gaman warna, bentuk dan bahan merupakan bagian yang unik dan menarik. Manik-manik dari Plawangan adalah contoh kasus yang menjadi subyek penelitian. Selain bervariasi da-lam warna, bentuk dan bahan, pada manik-manik Plawangan terdapat bekas-bekas buat yang berlainan. Keberadaan geja_la-gejala tersebut mengundang penulis untuk mengungkapkan kemungkinan teknik buatnya. Sasaran yang hendak dicapai pada penelitian ini ada_lah mengetahui jenis-jenis bahan, bentuk, teknik buat, kemungkinan ada atau tidaknya hubungan bahan dengan bentuk dan bahan dengan ukuran. Penelitian manik-manik Plawangan dilakukan secara langsung mengamati bendanya. Setiap manik-manik dikelom_pokkan berdasarkan jenis bahannya, kemudian setiap jenis bahan tersebut dipilah lagi menurut bentuk garis keliling, profil dan ujung. Dari hasil tipologi bahan dan bentuk se_lanjutnya setiap jenis manik-manik diamati warna dan ukur_annya. Analisa jejak buat dilakukan terhadap seluruh jenis bahan melalui.pengamatan pada setiap gejala yang diduga akibat proses pembuatan. Dalam usaha ini obyek yang menjadi pengamatan adalah bagian permukaan, bentuk lubang dan dinding lubang. Khusus pada manik-manik kaca, pengamatan juga dilakukan terhadap bentuk gelembung udara dan arah garis (striasi). Dalam upaya mengetahui hubungan bahan dengan bentuk dan kemungkinan adanya hubungan antara bahan dengan ukuran dilakukan korelasi kedua unsur tersebut. Hasil pengamatan tersebut menunjukkan bahwa manik-_manik Plawangan terdiri atas 6 jenis bahan yaitu, emas, kaca, terakota, batu, kerang dan tulang dengan masing-ma_sing tipenya. Manik-manik emas terdiri atas satu tipe, kaca terdiri atas lima tipe dengan sembilan sub-tipe dan sebelas variasi, terakota terdiri atas tujuh tipe dengan dua sub-tipe, batu terdiri atas lima tipe dengan dua sub_tipe, kerang terdiri atas satu tipe dengan tiga sub-tipe, dan tulang terdiri atas satu tipe dengan dua sub-tipe. Dari hasil pengamatan terhadap jejak buat yang terdapat pa pada manik-manik Plawangan, diketahui ada sepuluh teknik buat manik-manik yaitu, teknik tempa, pelubangan langsung, tarik, tarik-tekan, tekan, pembentukan langsung, gulung, bor satu nisi, bar dua sisi dan teknik potong. Hasil ko_relasi antara bahan dengan bentuk belum menunjukkan hasil yang berarti, sedangkan korelasi antara bahan dan ukuran memberikan gambaran bahwa manik-manik yang berukuran kecil sekali (1,2 - 6,8 mm) merupakan manik-manik yang paling po_puler yaitu, terdapat pada jenis bahan emas, kaca, batu, kerang dan tulang. Jejak-jejak buat yang tertinggal pada manik-manik dapat digunakan sebagai petunjuk cara pembuatan manik-manik, balk pada manik-manik yang dibuat dari bahan alami (seperti batu, tulang dan kerang) maupun yang dibuat dari bahan olahan (seperti emas, kaca dan terakota)."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widhiana Laneza
"Dalam Arkeologi salah satu jenis temuan non-artefak yang mempunyai relevansi dengan kebudayaan secara langsung adalah rangka manusia. Temuan rangka manusia sebagai data arkeologi mempunyai bagian-bagian yang tingkat keterawetannya berbeda. Salah satu bagian dari rangka manusia yang besar kemungkinannya untuk terawetkan dengan haik adalah gigi, karena susunan struktur zat organik pembentuknya lebih kuat dan keras dibandingkan dengan bagian rangka yang lain. Hal ini menyebabkan temuan gigi dalam situs-situs arkeologi. Hiasanya ditemukan dalam keadaan lebih lengkap kualitasnya dari pada. Jenis tulang lainnya. Banyak informasi dapat diperoleh dari analisis terhadap gigi, salah satunya dibicarakan dalam skripsi ini, yaitu penelitian terhadap keausan gigi pada komunitas pantai., untuk melihat interaksi biologis budaya manusia serta secara tidak langsung lingkungannya. Selain itu dari penelitian terhadap keausan gigi dapat diperoleh gambaran tentang makanan pada masa itu. Dari hasil penelitian terhadap rangka manusia Hari situs Gilimanuk dan Plawangan dapat diambil kesimpulan: Tingkat presentase keawetan gigi pada situs Gilimanuk dan Plawangan dapat dikatakan sama baik. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap unsur gigi antara lain: faktor kebudayaan, faktor sumber daya lingkungan yang dimafaatkan sebagai makanan."
Lengkap +
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Santoso Soegondho
"Penelitian ini berusaha merekonstruksi cara-cara hidup manusia masa lalu, melalui sisa-sisa budaya materialnya, yaitu wadah keramik tanah liat. Rekonstruksi kehidupan manusia masa lalu adalah salah satu tujuan arkeologi, di samping penyusunan sejarah kebudayaan dan penggambaran proses budaya (Binford, 1972: 80-89)1. Adapun objek dari arkeologi ialah sisa-sisa peninggalan masa lampau yang tidak berupa keterangan tertulis seperti: reruntuhan bangunan, alat-alat, perlengkapan kehidupan, karya seni dan lain-lain, yang oleh pembuatnya tidak dimaksudkan sebagai keterangan tentang suatu peristiwa sejarah (Piggott, 19-59: 2; 1965: 2; Chang, 1972: 185). Peninggalan-peninggalan semacam itu merupakan bukti-bukti arkeologi yang dapat memberikan keterangan sejarah melalui interpretasi dan dengan bantuan ilmu-ilmu lain.
Untuk mendapatkan informasi sejarah yang lengkap dari bukti-bukti arkeologi tersebut, dibutuhkan bantuan-bantuan dari ilmu-ilmu lain. Adapun ilmu-ilmu lain yang banyak membantu arkeologi adalah: geologi, palinologi, zoologi, biologi, antropologi, sosiologi, ethnografi, geografi, dan ekologi (Hole, 1973: 22). Bantuan dari ilmu-ilmu lain tersebut diperlukan mengingat adanya kekurangan-kekurangan di dalam arkelogi sendiri.
Kekurangan itu antara lain kurang lengkapnya bukti-bukti arkeologi yang sampai ke tangan peneliti. Menurut Hole (1973: 22) bukti-bukti arkeologi adalah suatu dokumen yang tidak lengkap tentang aktifitas manusia. Bahkan menurut Piggott bukti-bukti arkeologi ialah bukti yang tanpa disadari (unconscious evidence) (1959: 2) dan tidak jelas (inevident) {1965: 2). Kekurangan lainnya adalah sedikitnya laporan arkeologi yang dapat digunakan, sehingga sulit dipakai untuk pengambilan kesimpulan maupun untuk kajian statistik (Hole, 1973: 23). Selain itu oleh Hole jugs dinyatakan bahwa arkeologi itu dapat lebih efisien, apabila dalam pelaksanaan penelitiannya digunakan metode pengambilan sampel, sistem ekskavasi dan analisis yang baik dan tepat (Hole, 1973: 23).
Arkeologi di Indonesia memfokuskan perhatiannya pada dua bidang kajian, yaitu kajian sejarah kuno (ancient history) dan masa prasejarah (prehistory). Masa sejarah kuno, yaitu masa yang sudah meninggalkan keterangan-keterangan tertulis tetapi masih berupa tulisan kuno, masih menjadi bagian dari kajian arkeologi, sebab sebagian besar peninggalan-peninggalan yang berupa keterangan tertulis dari masa itu seperti prasasti, umumnya tidak menerangkan tentang suatu peristiwa melainkan hanya merupakan peringatan tentang suatu kejadian. Sebaliknya kajian tentang masa prasejarah di Indonesia jelas merupakan bagian dari arkeologi, karena kajian ini mempelajari riwayat kehidupan manusia dari masa yang belum mengenal tulisan, yang hanya meninggalkan benda-benda."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
D327
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wirastri
"ABSTRAK
Bukti kubur dari masa prasejarah telah ditemukan sejak masa Berburu dan Mengumpul Makanan Tingkat Lanjut, pada masa Perundagian sisa kubur tersebut ditemukan pula pada berbagai tempat, yang terdiri dari kubur dengan wadah dan kubur tanpa wadah. Pada penguburan tanpa wadah sikap rangka dan keletakan bekal kubur dapat lebih jelas terlihat. Situs penguburan tanpa wadah yang telah beberapa kali diteliti adalah situs Liang Bua, Plawangan, Gilimanuk dan Anyer.
Skripsi ini membahas kubur tanpa wadah yang terdapat pada keempat situs tersebut. Tujuan penulisan ini adalah untuk melihat ketentuan-ketentuan yang berlaku pada praktek penguburan pada keempat situs tersebut. Data diperoleh dari deskripsi tentang kubur khususnya kubur tanpa wadah, yang terdapat pada skripsi-skripai sarjana, disertasi dan laporan-laporan penelitian lainnya yang telah diterbitkan oleh instansi yang berwenang.
Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan deskripsi tentang rangka dan gambar-gambar rangka dalam kubur. Temuan kubur yang digunakan sebagai data dari situs Liang Bua, merupakan hasil penelitian tahun 1965 dan 1978, Gilimanuk: tahun 1973-1979, Plawangan: tahun 1973-1986, dan Anyer: tahun 1955 dan 1976.
Kemudian dilakukan pengelompokan pola-pola kubur berdasar keteraturan sikap rangka terutama pada sikap badan, di masing-masing situs, sehingga diketahui pola kubur yang terdapat pada masing-masing situs. Pola kubur pada keempat situs dibandingkan sehingga terlihat persamaan dan perbedaan dari pola kubur yang ada dan diketahui pula pola kubur yang berlaku pada semua situs. Melalui data etnografi pada beberapa suku bangsa di Indonesia, dicoba untuk mengetahui ketentuan-ketentuan tertentu yang dikenakan pada praktek penguburan pada keempat situs tersebut.
Dari analisis yang telah dilakukan pada kubur_kubur tanpa wadah tersebut, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa terdapat pola kubur (khususnya pada kubur primer) yang berlaku pada keempat situs yaitu rangka dengan sikap badan lurus dan kaki lurus sejajar. Pala kubur ini pada masing-masing situs merupakan pola yang terbanyak ditemukan. Di samping itu terdapat pula pola-pola tertentu yang hanya berlaku pada masing-masing situs. Orientasi rangka pada situs Liang Bua adalah ke mulut gua (sungai Racang), Gilimanuk ke teluk Gilimanuk dan gunung Prapat Agung, Plawangan ke gunung Muria, dan Anyer ke selat Sunda.
Berdasar data etnografi diketahui pula bahwa rangka pada kubur primer dapat diletakkan dalam berbagai sikap tanpa ketentuan tertentu, hanya rangka tersebut diikat agar roh si mati tidak bangkit kembali. Kerangka yang biasa ditemukan tanpa sebagian tulang anggota badan mengganggu kehidupan di kampung. Rangka yang penempa_tannya khusus atau menyimpang dari yang lain disebabkan karena kematian yang dianggap tidak wajar oleh masyarakat setempat.

"
Lengkap +
1990
S12805
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stevy Maradona
"Bekal kubur adalah benda-benda atau hal-hal lain (yang dapat berupa orang/hewan) yang dikubur bersama dengan mayat; dianggap berfungsi sebagai bekal untuk roh orang yang meninggal dalam perjalanan ke alam baka/digunakan (dimanfaatkan) oleh roh di dunia arwah. Dari berbagai jenis bekal kubur yang d temukan, tembikar adalah jenis bekal kubur yang paling dominan dan umum ditemui. Di Indonesia, kehadiran bekal kubur dalain konteks penguburan prasejarah diperkirakan baru muncul pada masa perundagian. Ada beberapa situs penguburan yang teretak di daerah pesisir, yang sekilas memiliki temuan bekal kubur yang hampir sama seperti tembikar, manik-manik, dan benda-benda yang terbuat dari logam, yaitu situs Anyer, Plawangan, dan Gilimanuk. Tembikar yang digunakan sebagai bekal kubur di situs Anyer, Plawangan dan Gilimanuk setelah diidentifikasi terdiri dari jenis- jenis periuk, cawan, lempayan, kendi dan piring serta benda-benda terakota lainnya. Tembikar yang paling umum digunakan sebagai bekal kubur adalah periuk. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa tembikar-tembikar yang digunakan sebagai bekal kubur di ketiga situs memiliki beberapa persamaan-persamaan seperti dari bentuk, ukuran, teknik buat, teknik penyelesaian, tenik khas, motif dan pola hias serta dari konteksnya dalarn ruang kubur. Dari bentuknya tembikar-tembikar bekal kubur diketiga situs dapat digolongkan ke dalam 2 bentuk umum, yaitu tembikar bulat dan tembikar berkarinasi. Muncul variasi-variasi bentuk pada masing-masing tipe tembikar, dan umumnya variasi yang muncul adalah bagian leher dan kaki. Dari ukuran diketahui bahwa rata-rata ukuran tinggi periuk adalah 10,9 cm, cawan 5,8 cm, kendi 21 cm, piring 2,4 cm, tempayan 32,8 cm. Dari ukuran diameter diketahui bahwa rata-rata diameter periuk adalah 12,9 cm, cawan 15,6 cm, kendi 19,5 cm, tempayan 40,3 cm, piring 13,3 cm. Teknik buat tembikar memiliki ciri yang berbeda tiap situsnya. Tembikar situs Anyer umurnnya dibuat dengan teknik pijit walaupun ada juga yang dibuat dengan teknik roda putar dan pijit, tembikar situs Piawangan seluruhnya dibuat dengan teknik roda putar tatap landas, dan tembikar Gilimanuk. semuanya dibuat dengan teknik roda putar pijit. Teknik penyelesaian permukaan tembikar bervariasi antara diupam dan tidak diupam, serta ada yang dislip. hiasan pada pada tembikar bekal kubur_ umumnya motif-motif geometris yang dibuat dengan teknik gores, tera, dan tempel. Pengecualian terdapat pada situs Gilimanuk yang memiliki hiasan dengan motif wajah manusia dan situs Piawangan yang memiliki hiasan yang dibuat dengan teknik lukis. Jumlah bekal kubur yang disertakan terbagi ke dalam kelas-kelas. Sedikitnya ada 8 kelas yang muncul, mulai dari yang paling sedikit, yaitu 1 bekal kubur hingga yang paling banyak yaitu 8 bekal kubur. Penyertaan bekal kubur dengan kuantitas tertentu dipercaya melambangkan status sosial tertentu Pula, Semakin banyak barang bawaannya ke alam kubur maka semakin tinggi status sosial si mati. Selain itu dipercaya juga bahwa barang-barang yang, dibawa sebagai bekal kubur nantinya akan digunakan sebagai harta kekayaan si mati di kehidupan di alam roh. Apabila tembikar yang dikuburkan hanya berjumlah 1 atau 2 saja maka ia biasa diletakkan di dekat kepala, sekitar badan, dan di daerah kaki. Tetapi bila tembikar bekal kubur yang disertakan dalam jumlah banyak, biasa diletakkan berjejer di samping rangka atau diletakkan tersebar di sekelilingnya. Variasi bekal kubur di ketiga situs ini umumnya terdiri dari bekal kubur sejenis, bekal kubur dengan 2 jenis, bekal kubur dengan 3 jenis, dan bekal kubur dengan 4 jenis. Bekal kubur yang hanya terdiri dari satu jenis banyak ditemukan, dan umumnya seperti yang telah dikatakan di atas adalah tembikar jenis periuk. Bekal kubur dengan 2 jenis biasanya terdiri dari periuk dan cawan atau periuk dan piring tetapi yang paling sering muncul adalah periuk dan cawan. Bekal kubur dengan 3 jenis umumnya terdiri dari periuk, cawan dan kendi."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S11999
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library