Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gede Adidasmanae
Abstrak :
Polyethylene terephthalate (PET) merupakan poliester termoplastik yang diproduksi secara komersial melalui produk kondensasi. PET adalah bahan dasar dari botol plastik. Banyaknya limbah produk berbahan dasar PET yg sulit diuraikan, menjadi salah satu alasan untuk menggunakannya sebagai bahan isian yang berfungsi sebagai serat dalam beton, selain untuk menambah kekuatan beton itu sendiri. Kadar PET yang ditambahkan pada beton normal adalah 1.35 ; 2.70 ; 4.05 ; 6. 75 ; 9.45 dan 13.50 kg/m3 atau dalam volume fraksi adalah 0.00 ; 0.10 ; 0.20 ; 0.30 ; 0.50 ; 0.70 ; 1.00 %. Percobaan pembebanan yang dilakukan meliputi pembebanan tekan, pembebanan lentur dan modulus elastisitas. Benda uji percobaan untuk kuat tekan, dan modulus elastisitas adalah silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm, untuk benda uji percobaan lentur adalah balok 15x15x60 cm3. Dari hasil penelitian beton normal berumur 28 hari, dapat disimpulkan dengan bertambahnya kadar serat maka beton segar akan mangalami penurunan nilai slump yang sangat mempengaruhi workability. Dengan kadar PET 0.7% terjadi peningkatan kuat tekan sebesar 10.1% pada silinder diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Peningkatan kuat lentur sebesar 37.8% pada balok. Penambahan modulus elastisitas sebesar 24.6% dan poisson’s ratio sebesar 40.2% pada benda uji silinder diameter 15 cm, tinggi 30cm ......Polyethylene terephthalate (PET) is thermoplastic polyester commercially produced condensation process. Beside of its function in increasing the concrete’s strength, the many un-degraded wastes made of PET is the main reason of using it as filler material in concrete. Rates of PET added on normal concrete are 1.35, 2.70, 4.05, 6.75, 9.45, and 13.50 kg/m3. In volume fraction, they are 0.00, 0.10, 0.20, 0.30, 0.50, 0.70, and 1.00 %. Loading tests applied comprises of compressive loading, bending loading, and elasticity modulus tests. Test samples for compressive and elasticity modulus are cylindrical concrete with 15 cm in diameter and 30 cm in height. Meanwhile, 15x15x60 cm3 concrete cubes are used for bending tests. Thesis analysis shows that for 28 days aged concrete, it is concluded that the increase in fiber rate will decrease slump value equivalently which highly effect its workability. With PET rate of 0.70 %, the compressive strength is increased by 11% for cylindrical concrete and bending is increased by 37.8 % for cubes. The said rate of PET also increase elasticity modulus by 24.6 % and poisson’s ratio by 40.2 % on cylindrical test samples.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S35734
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. M. Dimas A. Chandra
Abstrak :
ABSTRAK Hollow core slab (HCS) merupakan pelat lantai struktural yang terbuat dari beton bertulang dan memiliki lubang di bagian tengah penampangnya. Secara umum, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kekuatan HCS yang dibuat dengan teknik pengecoran di tempat tanpa menggunakan teknik prategang dan menggunakan limbah botol PET 1,5 liter sebagai pembentuk lubang, serta menggunakan cacahan limbah PET sebagai bahan tambah dalam upaya meningkatkan kekuatan. Cacahan limbah PET yang ditambahkan ke dalam campuran beton adalah sebanyak 0,5% dan 0,7% dari volume fraksi, yang merupakan kadar optimal untuk peningkatan kuat geser, kuat tekan, kuat lentur, dan kuat tarik belah pada umur 28 hari. Pengujian dilakukan terhadap material dan benda uji HCS. Pengujian material meliputi pengujian beton (kuat tekan, kuat lentur, kuat tarik belah, kuat geser) dan pengujian baja tulangan (kuat tarik). Sementara itu, pengujian benda uji pelat dilakukan dengan metode pembebanan pada sepertiga bentang di atas dua tumpuan. Benda uji pengujian beton dan baja tulangan mengacu pada standar yang ditetapkan American Society for Testing Materials. Sementara benda uji pelat yang diuji memiliki dimensi 1,75 cm x 60 cm x 15 cm. Hasil studi eksperimental ini menunjukkan bahwa benda uji HCS dengan tambahan PET dapat mencapai beban maksimal yang lebih tinggi dibandingkan dengan benda uji HCS tanpa tambahan PET. Persentase tambahan PET yang optimal untuk HCS in situ nonprategang adalah 0,7% dari volume fraksi. Di samping itu, eksperimen ini juga menunjukkan bahwa keretakan yang terjadi pada benda uji HCS untuk seluruh variasi didominasi oleh keretakan akibat lentur.
ABSTRACT Hollow core slab (HCS) is a type of structural slab made of reinforced concrete and has voided cross section. In general, the purpose of this experiment is to discover the strength of castinsite and nonprestressed HCS using 1,5 liters PET bottles as part of the formwork, and using shredded PET waste as additives to increase the strength of concrete. The percentages of shredded PET waste added to the fresh concrete are 0,5% and 0,7% of volume fraction. The percentages are taken as the optimum dosage to increase the shear strength, compressive strength, flexural strength, and splitting tensile strength of 28 days old concrete. The tests include the test of materials and the test of HCS. The tests of materials include the test of concrete (shear strength, compressive strength, flexural strength, and splitting tensile strength) and the test of steel bar (tensile strength). HCS specimens are tested with third point loading scheme. Concrete and steel bar specimens are made according to American Society for Testing Materials, while HCS specimens are 1,75 cm x 60 cm x 15 cm in size. The result of this experiment shows that HCS specimens with PET addition reach higher maximum load than HCS specimens made of normal concrete. The optimum percentage of PET addition to the strength of castinsite and nonprestressed HCS is 0,7% of volume fraction. Besides, the experiment also shows that the cracks occur are dominated by flexural cracks.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S720
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sony Aria Wiryawan
Abstrak :
ABSTRAK
Polyethylene terephthalate (PET) merupakan poliester termoplastik yang diproduksi secara komersial melalui produk kondensasi. PET adalah bahan dasar dari botol plastik dengan berat jenis berkisar antara 0.92-0.96 dan akan mengeras bila dipanaskan. Berdasarkan karakteristik fisik dari PET, dalam studi ini telah dilakukan penelitian limbah botol plastik PET sebagai bahan baku pembuatan agregat kasar ringan dan menggunakannya dalam campuran beton ringan. Agregat kasar ringan dihasilkan dari pembakaran botol PET, hasil pembakaran diperoleh agregat dengan bentuk tidak beraturan dan bersudut dengan tekstur permukaan halus. Karakteristik geometrik agregat ringan tersebut menyerupai agregat kasar pada umumnya. Pengujian sifat fisik agregat diperoleh berat jenis sebesar 1,316, penyerapan air 1,140%, berat isi 820 kg/m3, dan keausan agregat 28,40%. Dari pengujian kuat tekan hancur agregat terhadap 2 ukuran spesimen kubus diperoleh kuat tekan hancur agregat plastik kubus (5_5_5) cm lebih besar 1,06 kali dibandingkan dengan kubus (15_15_15) cm. Namun dalam perhitungan rancang campur beton ringan nilai kuat tekan hancur agregat kubus (15_15_15) cm yang digunakan. Dalam studi ini, agregat ringan plastik dan agregat halus normal (pasir alam) diklasifikasikan berdasarkan ukuran spesimen kubus yang digunakan yaitu kubus beton (5_5_5) cm dan (15_15_15) cm sehingga diperoleh beton ringan agregat bergradasi normal dan beton ringan agregat bergradasi modifikasi. Dari hasil pengujian beton ringan agregat plastik meliputi pengujian beton segar dan beton yang telah mengeras memperlihatkan beton segar agregat plastik mempunyai kelecakan yang baik, berat isi kering 1742 kg/m3, kuat tekan ratarata beton ringan bergradasi normal (263,333 ? 270,757) kg/cm2 dan kuat tekan rata-rata beton ringan bergradasi modifikasi (228,374 ? 263,333) kg/cm2. Kuat tekan beton yang didapat dengan menggunakan kuat tekan mortar maksimum masih dibawah kuat tekan target rencana sebesar 287,2 kg/cm2, modulus elastisitas sebesar (104612-104642) kg/cm2, Poisson?s Ratio (0,2201-0,2212). Berdasarkan pada hasil kuat tekan beton ringan terjadi penurunan kekuatan untuk beton ringan dengan spesimen kubus ukuran (5_5_5) cm sebesar 0,97 kali lebih kecil dibandingkan dengan beton ringan spesimen kubus ukuran (15_15_15) cm, hal ini diperkirakan terjadi karena agregat plastik dengan gradasi yang lebih kecil mempunyai porositas yang besar sehingga berpengaruh pada kuat tekan beton ringan yang dihasilkan. Besarnya porositas yang terjadi pada agregat dengan gradasi yang lebih kecil dikarenakan pola pemecahan yang berulang-ulang pada saat mendapatkan gradasi agregat tersebut dan diperkirakan timbul retak-retak pada struktur dalam agregat. Hal ini dapat dibuktikan dengan pengujian porositas dimana untuk agregat ringan ukuran (6.35-4.75) mm porositasnya sebesar 28,37% sedangkan agregat ringan ukuran (25,4-9,5) mm porositasnya hanya sebesar 12,67%.
ABSTRACT
Polyethylene terephthalate (PET) is classified as thermoplastic polyester that is commercially produced by condensation system. PET is used as the basic raw material to produce plastic bottle with specific gravity ranging between 0.92-0.96 and will become hardened when it has heated. Based on physical characteristic of PET, this study has been done an investigation about PET as basic raw material for lightweight coarse aggregates and the usage of these aggregates in lighweight concrete. Lightweight coarse aggregates for lightweight concrete produced from burned plastic PET bottle. The shape of aggregates were irregular and angular with smooth surface. The geometric characteristic of aggregates were generally look like of coarse aggregate. The test results of physical properties of aggregates such as specific gravity is 1,316, density is 820 kg/m3, and the resistance of abration is 28,40%. Aggregates crushing strength result of lightweight coarse aggregate show on a size cube of (5_5_5) cm has strength larger by 1,06 times compared to a size cube of (15_15_15) cm, but in the calculation of lighweight concrete mixture were used the aggregates crushing strength of cube (15_15_15) cm. In this study, lightweight coarse and fine aggregate were classified according to the size of concrete cube so there are two different type of lightweight concrete, a modification and normal grade. Based on test of lightweight concrete including fresh and hardened concrete show that the fresh concrete has good workability, dry weight of concrete 1742 kg/m3, the average strength of lightweight concrete with a normal grade were ranging between (263,333-270,757) kg/cm2 and a modification grade were ranging between (228,374-263,333) kg/cm2, strength of concretes results with the used that have maximum strength mortar were still below the target strength equal to 287,2 kg/cm2, modulus of elasticity was ranging between (104612-104642) kg/cm2, and Poisson?s ratio was ranging between (0,2201-0,2212). Based on the result of compressive strength of lightweight concrete, the decrease in strength of concrete cube (5_5_5) cm was occured because of the aggregates that were used have relatively high porosity. High porosity was occured because of repeatedly crushing process to get smaller aggregates, and its process would cause fracture in interstructure of aggregates. The result of porosity test show that lightweight coarse aggregate with size (6.35-4.75) mm or the smaller ones has porosity 28,37% compared by coarse aggregate with size (25,4-9,5) mm that has porosity only 12,67%.
2006
S35863
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abimantrana
Abstrak :
Hollow-CoreSlabbukanlah produk baru di dunia konstruksi. Namun, selama ini Hollow-CoreSlabidentik dengan produksi di pabrik secara pracetak dan melibatkan proses prategang. Sebuah rangkaian penelitian dilakukan, untuk meneliti mengenai perilaku dan kapasitas lentur Hollow-CoreSlabyang dibuat secara insitu non-prategang dengan menggunakan limbah botol PET sebagai pembuat lubang. Skripsi ini akan membahas mengenai pengaruh penambahan sengkang diagonal dan vertikal terhadap perilaku pelat Hollow-CoreSlab(HCS) insitu non-prategang dan feasibilitas pelaksanannya. Penelitian ini dilakukan secara eksperimental dengan menggunakan benda uji berdimensi 1750 x 600 x 150 mm3. Pada penelitian ini dilakukan pengujian pembebanan empat titik sehingga didapatkan perbandingan perilaku antara HCS insitu non-prategang yang diperkuat oleh sengkang dengan HCS insitu non-prategang yang tidak diberi perkuatan. Analisis dilakukan dengan membandingkan grafik beban-lendutan, grafik momen-rotasi, dan pengamatan visual dari pola retak dan keruntuhan yang terjadi pada benda uji. Dari hasil penelitian diketahui bahwa HCS insitu non-prategang dengan perkuatan sengkang memberikan kemudahan dalam hal pelaksanaan. Adanya sengkang membantu memastikan limbah botol PET yang digunakan tidak bergerak selama proses pengecoran. Selain itu, perilaku HCS insitu non-prategang yang diperkuat sengkang tidak berbeda dengan yang tidak diperkuat sengkang. Keruntuhan yang terjadi pada keduanya sama-sama didominasi oleh kegagalan lentur. Adapun kapasitas lentur HCS insitu non-prategang yang diperkuat sengkang meningkat antara 8-11 %. Penelitian ini memberikan pemahaman mengenai kemudahan pelaksanaan yang didapat dari adanya sengkang pada HCS insitu non-prategang, sehingga membuka kemungkinan untuk diaplikasikan pada proyek konstruksi. ......Hollow-CoreSlabis not a new product in the construction world. But, Hollow-Core Slab has always been known as precast and prestressed concrete product. A series of experiment is therefore conducted, to study the behavior and bending capacity of a Cast In-site Non-prestressed Hollow-Core Slab, which was made using PET Plastic Botle Waste as it?s Void. This undergraduate thesis will discuss and explain the effect of added Stirrups, whether its diagonally or vertically assembled, to the behavior and manufacturing feasibility of Cast In-Site Non-prestressed Hollow-Core Slab. The study was done by experiment using samples of 1750 x 600 x 150 mm3. The testing was conducted using four-point-loading method, in order to obtain results that show behavior comparison of the tested samples. Analysis is conducted by comparing force-displacement graphs, moment-rotation graphs, and visual observation of crack pattern and failure mode. From the results, it is discovered that HCS samples with added Stirrups are easier to be manufactured. The presence of Stirrups contributes in making sure that the PET Plastic Bottle Waste will not shift or move during casting. Besides of that, it is confirmed from this experiment that the presence of Stirrups does not change the failure mode of Cast In-site Non-prestressed HCS. Both variants, with or without added Stirrups, has a failure mode that is governed by flexural failure. Furthermore, the flexural capacity of HCS is 8-11 % increased by the presence of Stirrups. This study gives us understanding about how Cast In-Site Non-prestressed HCS can be manufactured in a simpler way, so to make it easier to be applied in the real-world construction project.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S599
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library