Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Farahana Kresno Dewayanti
"Artemisinin-based Combination Theraphy (ACT) telah digunakan sebagai terapi utama untuk mengobati malaria falciparum tanpa komplikasi di Indonesia sejak 2004. Dihydroartemisinin-piperaquine (DHP) diangkat sebagai terapi utama untuk semua kasus malaria tanpa komplikasi sejak tahun 2016, termasuk kasus malaria vivax.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi polimorfisme nukleotida tunggal pada class domain propeller gen diantara kasus malaria tanpa komplikasi yang disebabkan Plasmodium vivax dari Provinsi Jambi dan Papua, Indonesia. IsolatP. vivax diambil dari April 2016 hingga April 2018. Melalui deteksi kasus aktif dan pasif malaria vivax tanpa komplikasi, sebanyak 41 isolat dari Provinsi Jambi dan 55 isolat dari Provinsi Papua terekrut pada penelitian ini. Domain propeller gen pvk12 diamplifikasi dengan metode nested PCR lalu disekuensing untuk mengevaluasi polimorfisme nukleotida tunggal.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan tidak ditemukan polimorfisme domain propeller pada kodon M448, T517, F519, I568, D605, D691, dan I708 dari seluruh isolat yang diteliti. Polimorfisme pada kodon S578Y dari domain propeller gen pvk12 ditemukan pada satu isolat dari Provinsi Jambi.

Artemisinin-based combination therapy (ACT) has been adopted as first line therapy for uncomplicated falciparum malaria in Indonesia since 2004. Dihydroartemisininpiperaquine (DHP) has been adopted as first line therapy for all uncomplicated malaria cases in Indonesia since 2016.
The present study aims is to evaluate the single nucleotide polymorphisms in propeller domain gene among uncomplicated of Plasmodium in Jambi and Papua Provinces, Indonesia. The P. vivax isolates were collected from April 2016 to April 2018. A total of 41 P. vivax isolates from Jambi and 55 isolates from Papua were collected from uncomplicated vivax malaria cases enrolled through active and passive case detections. Amplification by nested PCR used to amplify gene propeller domain and sequencing is used to evaluate single nucleotide polymorphism.
The overall results indicated that no polymorphisms of propeller domain pvk12 gene at codon M448, T517, F519, I568, D605, D691, and I708 were observed in all isolates. Polymorphism at codon S578Y of propeller domain gene was found in one isolate from Jambi Province.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Meizi Fachrizal Achmad
"Ruang Lingkup dan Cara penelitian : Resistensi Plasmodium falciparum terhadap klorokuin diltubungkan dengan mutasi titik gen Pfcrt sehingga diduga menyebabkan meningkatnya efflux klorokuin dari vakuola makanan. Penelitian pada beberapa riegara secant in vivo memo rikan hasil yang berbeda pada daerah yang berbeda. Indonesia adalah salah satu negara endemik malaria dimana penggunaan klorokuin sejak lama telah memacu timbulnya resistensi dan saat ini bampir 50 % P. falcipaaum telah resisten terhadap klorokuin. Untuk menentukan apakah klorokuin masih dapat dipakai sebagai first line therapy, diperlukan analisa mutasi Plot yang berguna untuk memberikan masikan dalam kebijakan pengobatan di suatu daerah. Sampel penelitian ini adalah P. falciparurn yang didapat dari pasien yang datang berobat ke Puskesmas Kenarilang (Alor) kemudan diberi klorokuin 25 mglkgbb selama 3 hari dan dilakukan pengamatan selama 28 hari. Dan spot darah pasien, DNA P. falciparum diekstrak dengan menggunakan metode Meier dan selanjutnya dilakukan amplifikasi DNA dengan primer yang menyandi gen Pfcrt. Hasil amplifikasi dipotong dengan menggunakan enzim restriksi untuk melihaQ. adanya mutasi.
Hasil dan Kesimpulan : Angka endemisitas malaria di Alor sebesar 65,9 % (1921292) dengan prevalensi malaria falsiparum sebesar 28,9 % (871292) sebagai infeksi tunggal dan 4,4 % (131292) sebagai infeksi campur. Sedangkan aagka kegagalan pengobatan sebesar 65 % (26140) dan diantaranya disebabkan oleh resistensi parasit terhadap klorokuin sebesar 56,3 % (18132). Mutasi pada kodon 76 Pfcrt memperlihatkan hubungan yang sangat bermakna dengan kegagalan pengobatan (p r 0,05). Selma penderits yang gagal dalam pengobatan (resisten) ternyata mengandung parasit yang mengalami mutasi pada gen Pfcrt sebesar 100 % (18/18). berdasarkan kriteria WHO, Alor dimasukkan ke dalam kategori "change period'.
Dengan demikian penggunaan klorokuin sebagai obat pilihan pertama pada pengobatan malaria falsiparum di Alor sudah selayakrtya dievaluasi kernbali. Walaupun belum ideal, namun penggunaan terapi kornbinasi artemisin dengan amodiakuin dapat dijadikan sebagai pilihan pertama pada pengobatan malaria falsiparum tanpa komplikasi."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T13679
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhayati
"Ruang lingkup dan cara penelitian: Sampai saat ini malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di daerah tropis. Plasmodium vivax merupakan spesies penyebab malaria setelah P. falcifarum dan menyebabkan angka kesakitan yang tinggi. Akhir-akhir ini telah banyak laporan tentang parasit yang muncul kembali di dalam darah (rekurens) setelah diobati dengan klorokuin, sewaktu kadar klorokuin diperkirakan masih efektif, sehingga perlu dilakukan evaluasi efikasi klorokuin. Adanya variasi yang besar pada farmakokinetik klorokuin perlu dilakukan pengukuran kadar klorokuin dalam darah untuk membuktikan apakah rekurens disebabkan oleh parasit resisten. Oleh karena itu, telah dilakukan penelitian prospektif secara in vivo di daerah hiperendemik malaria, Kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur terhadap 32 orang penderita malaria vivax yang diobati dengan kiorokuin dosis standar (25 mg/kg, selama 3 hari). Pasien tersebut diamati selama 28 hari terhadap parasitemia dan gejala klinis, kemudian dikonfirmasikan dengan kadar klorokuin dalam darah mereka.
Hasil dan Kesimpulan: Klorokuin efektif terhadap P. vivax pada 34, 4% (11/32) penderita. Sebanyak 65, 6% (21/32) mengalami kegagalan pengobatan dalam 28 hari. Tujuh belas orang mengalami kegagalan pengobatan sewaktu kadar klorokuin melebihi atau sama dengan kadar terapeutik minimal (100 ng/ml), sehingga parasit P. vivax terbukti resisten, sedangkan pada 4 orang kadar klorokuin dalam darah tidak terukur dan tidak terbukti resisten. Dan 17 orang tersebut, 5 orang mengalami kegagalan pengobatan pada hari ke-7 atau sebelumnya. Disimpulkan bahwa angka kegagalan pengobatan klorokuin terhadap P. vivax di Nusa tenggara Timur ialah 65, 6% dan angka resistensi 53,1%."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T10971
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maurin Merlina
"Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengidentifikasi polimorfisme T-46C daerah promoter dan polimorfisme G131A daerah ORF gen FY pada subjek penderita malaria dan tanpa malaria di Sumba Barat. Metode yang digunakan meliputi PCR-RFLP daerah promoter dan ORF gen FY, pengklonaan daerah promoter, sequencing dari hasil klona, dan direct sequencing. Hasil PCR-RFLP pada 106 sampel penduduk asli Sumba Barat berhasil mengidentifikasi dua genotipe GATA pada daerah promoter dan tiga genotipe FY* pada daerah ORF dengan frekuensi GATA+/+ (94,34%); GATA+/- (5,66%); FY*A/FY*A (83,02%); FY*A/FY*B (13,21%); dan FY*B/FY*B (3,77%). Alel GATA+ dan FY*A ditemukan sangat dominan di Kecamatan Wanokaka (GATA+ = 0,98; FY*A = 0,92) dan Loli (GATA+ = 0,94; FY*A = 0,83), dengan demikian sesuai dengan pola distribusi alel GATA+ dan FY*A di Asia Pasifik.
Alel GATA- hanya ditemukan pada kelompok sampel tanpa malaria, sehingga mengindikasikan adanya kemungkinan resistensi vivax, namun korelasi antara GATA- dan sifat resistensi vivax masih perlu dibuktikan. Asosiasi alel GATA- dan FY*A (FY*Anull) yang ditemukan di Sumba Barat mirip dengan pola Asia Pasifik, namun berbeda dengan pola Afrika (FY*Bnull). Hal tersebut mendukung dugaan terjadinya peristiwa mutasi yang terpisah antara populasi Afrika dan Asia Pasifik. Hasil direct sequencing daerah promoter menemukan polimofisme baru (T-86G) yang diduga berasosiasi dengan kerentanan atau resistensi individu di Sumba Barat terhadap malaria dan penyakit infeksi lainnya. Penelitian berhasil membuktikan adanya polimorfisme T-46C daerah promoter dan G131A daerah ORF gen FY di Sumba Barat."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S31458
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evy Beatrix Senduk
"Malaria masih menjadi masalah di Indonesia termasuk di Sulawesi Utara dengan Annual parasite incidence(API) 0,35. Parasitemia dapat menyebabkan perubahan profil hematologi.Adanya asosiasi antara parasitemia dengan profil hematologi,sehingga kegunaannya sebagai indikator pemeriksaan laboratorium malaria perlu diteliti.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil hematologi (Hb, hitung leukosit dan trombosit) pada penderita malaria rawat inap di daerah hipoendemis ) dan hubungannya dengan hitung parasit. Penelitian ini potong lintang menggunakan data rekam medis pasien malaria rawat inap dari tiga RS di kota Manado, kota Bitung and kab Minahasa Tenggara, Sulawesi Utara yang positif P. vivax atau P. falciparum dan memiliki data hematologi serta hitung parasit. Analisis data dan asosiasi menggunakan uji statistik bivariat pada perangkat lunak SPSS. Sebanyak 65 rekam medis pasien malaria berusia 1 bulan – 67 tahun dianalisis dan didapatkan 28 pasien (43,1%) terinfeksi Plasmodinum falciparum, 37 pasien (56,9%) terinfeksi P. vivax; pasien anak terdiri dari 10.8% balita dan 9,2% anak SD yang tinggal di kota Manado, Bitung dan kab Minahasa tenggara. Kelainan hematologi yang dominan adalah trombositopeni (90,3%), diikuti oleh anemia (61,6%). Sedangkan hitung lekosit umumnya normal, 15,4% lekopeni dan 12,3% lekositosis. Penderita malaria falciparum mengalami trombositopenia sedang-berat sedangkan malaria vivax ringan-berat, perbedaan ini bermakna pada uji statistik (p=0.034, p<0.05). Anemia yang terjadi pada subyek bersifat ringan sampai berat dan tidak ada perbedaan bermakna antara malaria falciparum dan vivax (p=0,278, p>0,05). Pada penghitungan parasitemia, 64,6% pasien dengan hitung parasit sedang, proporsi parasitemia sedang lebih banyak pada penderita malaria vivax dibanding malaria falciparum (78,4% versus 46,4).Pada P. vivax kadar trombosit berbanding terbalik dengan hitung parasit walaupun secara statistik tidak signifikan. Pada P. vivax kadar Hb dan leukosit tidak ada perbandingan terbalik dengan hitung parasit.Pada Plasmodinum falciparum kadar Hb,trombosit dan leukosit tidak ada perbandingan terbalik dengan hitung parasit.Tombositopenia merupakan parameter hematologi yang dapat menjadi indicator untuk penegakkan diagnosis malaria lebih lanjut.

Malaria is still a problem in Indonesia, including in North Sulawesi with an annual parasite incidence (API) of 0.35. Parasitemia can cause changes in the hematological profile. There is an association between parasitemia and the hematological profile, so its use as an indicator for malaria laboratory tests needs to be studied. This research aims to determine the hematological profile (Hb, leukocyte and platelet count) in hospitalized malaria sufferers in hypoendemic areas) and relationship with parasite count.This cross- sectional study used medical record data from inpatient malaria patients from three hospitals in Manado city, Bitung city and Southeast Minahasa district, North Sulawesi who were positive for P. vivax or P. falciparum and had hematology data and parasite counts. Data and association analysis used bivariate statistical tests in SPSS software. A total of 65 medical records of malaria patients aged 1 month – 67 years were analyzed and it was found that 28 patients (43.1%) were infected with Plasmodinum falciparum, 37 patients (56.9%) were infected with P. vivax; Pediatric patients consist of 10.8% toddlers and 9.2% elementary school children living in the cities of Manado, Bitung and southeast Minahasa district. The predominant hematological disorder was thrombocytopenia (90.3%), followed by anemia (61.6%). Meanwhile, the leukocyte count was generally normal, 15.4% leukopenia and 12.3% leukocytosis. Patients with falciparum malaria experienced moderate-severe thrombocytopenia while vivax malaria had mild-severe, this difference was significant in statistical tests (p=0.034, p<0.05). The anemia that occurred in the subjects was mild to severe and there was no significant difference between falciparum and vivax malaria (p=0.278, p>0.05). In calculating parasitemia, 64.6% of patients had a moderate parasitemia count, the proportion of moderate parasitemia was greater in vivax malaria sufferers than falciparum malaria (78.4% versus 46.4). statistically insignificant. In P. vivax there is no inverse comparison of Hb and leukocyte levels with the parasite count. In Plasmodinum falciparum there is no inverse comparison of the Hb, platelet and leukocyte levels with the parasite count. Thrombocytopenia is a hematological parameter that can be an indicator for further diagnosis of malaria."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Ayu Setya Utami
"Invasi Plasmodium vivax (Grassi & Filetti, 1889) ke dalam retikulosit ditentukan oleh adanya interaksi antara ligan PvDBP II dan reseptor Duffy Antigen Receptor for Chemokines (DARC) pada permukaan sel darah merah. Penelitian bertujuan mengkarakterisasi polimorfisme pada gen pengkode PvDBP II dari isolat P. vivax di Kabupaten Mimika, Papua dan menentukan asam amino yang conserved. Gen pengkode PvDBP II diamplifikasi dari 12. Hasil amplifikasi gen pengkode PvDBP II kemudian diklona dan dilakukan sequencing pada 43 klona yang positif. Mutasi synonymous ditemukan pada 15 kodon asam amino (20%), sedangkan mutasi nonsynonymous terjadi pada 58 kodon asam amino (77,3%). Sebagian besar mutasi (78,6%) terletak pada critical binding motif PvDBP II. Rekonstruksi pohon filogenetik menggunakan metode Bayesian, memperlihatkan adanya hubungan kekerabatan antara isolat Indonesia dan isolat dari negara lain. Kesimpulan dari penelitian adalah polimorfisme pada isolat Indonesia sangat tinggi (81,4%) dan asam amino sistein adalah asam amino yang conserved (83,3%).

The interaction between PvDBP II and its receptor, the Duffy antigen receptor for chemokines (DARC) is essential for the merozoite invasion into the reticulocytes. This study aimed to characterize the genetic polymorphisms of the gene encoding the PvDBP II in isolates from Mimika district, Papua. The gene encoding the PvDBP II from 12 isolates was subjected to PCR amplification and the patterns of polymorphisms were characterized using DNA cloning. Fourty three clones were further examined by sequencing. Fifteen synonymous (20%) and 58 nonsynonymous (77,3%) mutations were identified. The highest frequency of polymorphisms (78,6%) was found in critical binding motif of PvDBP II. Phylogenetic analysis of DNA sequences using Bayesian methods demonstrated that P. vivax (Grassi & Filetti, 1889) isolates from Indonesia were related with other isolates from different geographical regions. The conclusions of this study are the level of polymorphisms in Indonesian isolates is high (81,4%) and cysteine residues are conserved (83,3%)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S866
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library