Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dinni Melati Indriasti
"[ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh pengalaman
menanam tanaman kehutanan dan pelatihan penanaman debitur di Kabupaten
Lampung Selatan terhadap persentase tumbuh tanaman sebagai bentuk
keberhasilan penanaman. Data yang digunakan adalah data primer survey debitur
BLU Pusat P2H di Kab. Lampung Selatan yang telah menerima pencairan
pinjaman Tahap 1, dengan analisis data menggunakan regresi Ordinary Least
Square (OLS).
Hasil penelitian membuktikan bahwa pengalaman menanam tanaman
kehutanan yang dimiliki debitur tidak berpengaruh terhadap keberhasilan
penanaman. Hal ini disebabkan karakter debitur yang mangkir tidak mau
menanam yang beranggapan bahwa dana pinjaman merupakan dana hibah dan
proyek dari pemerintah, maraknya praktek percaloan dalam permohonan
pinjaman, penjualan lahan oleh debitur, adanya kemungkinan penyelewengan
penggunaan dana pinjaman untuk penggunaan lain selain menanam, dan serangan
hama penyakit tanaman untuk debitur yang benar-benar menanam.
Disamping itu, pelatihan penanaman debitur juga tidak berpengaruh
terhadap keberhasilan penanaman karena pelatihan yang diterima debitur baru
sebatas sosialisasi, bukan berupa pelatihan teknik aplikasi menanam di lapangan.
Monitoring BLU Pusat P2H terhadap debitur menjadi satu-satunya faktor yang
berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan penanaman. Monitoring menjadikan
debitur merasa lebih terawasi dalam penggunaan dana pinjaman dan lebih
bertanggung jawab atas keberhasilan penanaman.

ABSTRACT
This study is aimed to identify the effect of borrowers experience and
training of forestry plants planting to the percentage of living plants as a proxy of
succesfull planting. Data used is pimary survey data from revolving funds (BLU
Pusat P2H) borrower in Lampung Selatan that has already received phase 1 loan
disbursement, and is analysed by using Ordinary Least Square (OLS) regression.
This study shows that experience did not have an effect on the success of
planting. This is due to the characteristic of the borrower who did not plant and
thought that the revolving fund is a kind of grant from government or government
project, the rampant practice of brokering in loan application process, the land
used for planting being sold by the borrower, the possibility of loan abused by
using it for other purposes other than planting, and the plant pest and desease for
borrowers who do plant.
Furthermore, training also did not have an effect to the success of planting,
because training received by borrowers limited to the socialization only and did
not deliver technical skill training on how to planting on the field.
Monitoring/supervision from BLU Pusat P2H to the borrower is the only
significant factor that influence the success of planting. Monitoring/supervision
makes borrowers fell better supervised in the use of loan funds and more
responsible to the success of planting, This study is aimed to identify the effect of borrowers experience and
training of forestry plants planting to the percentage of living plants as a proxy of
succesfull planting. Data used is pimary survey data from revolving funds (BLU
Pusat P2H) borrower in Lampung Selatan that has already received phase 1 loan
disbursement, and is analysed by using Ordinary Least Square (OLS) regression.
This study shows that experience did not have an effect on the success of
planting. This is due to the characteristic of the borrower who did not plant and
thought that the revolving fund is a kind of grant from government or government
project, the rampant practice of brokering in loan application process, the land
used for planting being sold by the borrower, the possibility of loan abused by
using it for other purposes other than planting, and the plant pest and desease for
borrowers who do plant.
Furthermore, training also did not have an effect to the success of planting,
because training received by borrowers limited to the socialization only and did
not deliver technical skill training on how to planting on the field.
Monitoring/supervision from BLU Pusat P2H to the borrower is the only
significant factor that influence the success of planting. Monitoring/supervision
makes borrowers fell better supervised in the use of loan funds and more
responsible to the success of planting]"
2015
T43540
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sembiring, Sri Alem Br.
"Kegiatan praktik tanam campuran yang dilakukan petani di Gurusinga memperlihatkan adanya pilihan jenis tanaman yang berbeda-beda di antara petani. Perbedaan pilihan itu terjadi dari satu waktu tanam ke beberapa waktu tanam berikutnya. Beberapa petani ini cenderung melakukan percampuran tanaman dalam bentuk pola tanam yang berbeda, yaitu campur-campur, tumpang tindih, tua-muda, sada-sada dan ragi-agi. Mengapa petani cenderung memilih jenis tanaman yang berbeda dari satu waktu tanam ke waktu tanam berikutnya?
Kajian ini berusaha membahas pilihan petani yang berbeda-beda atas jenis tanaman tersebut dengan menjelaskan bagaimana petani mengambil suatu keputusan untuk memilih jenis tanaman dan faktor-faktor apa yang mendasari pilihan petani tersebut. Penelitian di lapangan selama berkisar enam bulan (Juli - Desember 1999) dapat dimanfaatkan untuk mengamati dua periode waktu tanam dan panen dari satu jenis tanaman petani. Penulis menyadari bahwa dua waktu tanam yang diamati adalah merupakan periode singkat dari suatu periode panjang dalam pengalaman petani dengan beragam peristiwa khusus yang mereka alami. Namun, dari dua periode singkat ini, petani juga harus mengambil keputusan untuk memilih beberapa jenis tanaman yang harus ditanam untuk menggantikan beberapa tanaman lain yang telah siap panen.
Dengan menggunakan analisis pengambilan keputusan, kajian ini sampai pada suatu pemahaman bahwa pilihan jenis tanaman yang berbeda-beda di antara beberapa petani dalam dua waktu tanam itu terkait erat dengan harapan-harapan mereka atas pilihan tersebut. Harapan-harapan tertentu akan memberikan prioritas-prioritas pada beberapa pertimbangan tertentu. Dengan harapan yang berbeda atau sama atau juga prioritas pada pertimbangan yang berbeda atau pada pertimbangan yang sama, beberapa pilihan jenis tanaman petani dapat menjadi berbeda [dan beberapa pilihan mereka juga dapat menjadi sama]. Prioritas pada beberapa pertimbangan tertentu tersebut akan diputuskan petani dengan proses evaluasi yang cenderung sama, yaitu setelah mereka mengevaluasi pengalaman dan perkembangan kondisi baru yang berhubungan dengan faktor-faktor produksi, harga, distribusi, keputusan petani lain, hubungan dengan orang lain, dan penilaian mereka atas tinggi rendahnya tingkat ketidakpastian yang mereka hadapi. Hasil evaluasi tersebut adalah keputusan 'judi' dan keputusan hati-hati.
Keputusan 'judi' yang diambil sangat singkat sebelum penanaman akan dipilih petani dengan harapan untuk mendapatkan keuntungan yang besar dalam waktu singkat dan cenderung mengabaikan resiko kerugian 'putus modal'. Pola tanam yang cenderung dikembangkan adalah sada-sada (rotasi) atau ragi-agi (bertingkat). Keputusan hati-hati dan yang selalu mengalamai penyesuaian secara terus-menerus dengan perkembangan kondisi baru akan dipilih petani dengan harapan untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek dan jangka panjang petani dan memperhitungkan resiko dan pertimbangan lainnya dengan lebih cermat. Pola tanam yang cenderung dikembangkan adalah campur-campur, tumpang tindih dan tua muda.
Dengan pertimbangan tertentu., beberapa petani akan memilih melakukan dua jenis keputusan ini secara bersamaan dalam waktu tanam yang sama atau pada waktu tanam berikutnya. Perkembangan kondisi baru yang serba tidak pasti cenderung membuat petani melakukan evaluasi dalam setiap waktu tanam untuk memilih jenis tanaman yang akan ditanam. Percampuran tanaman yang 'biasa' mereka lakukan juga `ditampilkan' atas dasar evaluasi pengalaman dan perkembangan kondisi baru. Hasil penelitan ini juga menunjukkan bahwa jenis keputusan apa pun yang dipilih petani, maka pertimbangan hubungan sosial, pinjam-meminjam, dan informasi baru cenderung menentukan keputusan akhir mereka, apakah akan mengganti jenis tanaman pilihan atau hanya mengurangi banyaknya jumlah yang akan ditanam dari beberapa pilihan tanaman tersebut. Hubungan-hubungan tersebut dapat merupakan hubungan dengan keluarga inti, keluarga luas, petani lain di luar lingkungan kerabat, dan dengan orang lain. Pertimbangan-pertimbangan petani ini menunjukkan bahwa keputusan-keputusan petani tidak terlepas dari lingkungan sosial dan budaya mereka."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T7163
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riadzul Jannah
"ABSTRAK
Kebutuhan manusia akan biophilia menjadi suatu hal mutlak dan memerlukan strategi penerapan yang baik demi terpenuhinya kebutuhan manusia secara maksimal, baik secara psikologis maupun fisik. Penerapan biophilia ini disalurkan melalui sebuah perancangan biophilic yang melibatkan unsur-unsur alam khususnya tanaman. Karena keterbatasan ruang dan lahan, desain biophilik juga perlu disesuaikan. Elemen tanaman menjadi penting dalam hal ini karena dapat merespon kebutuhan manusia secara naturalist dan ecologist. Ternyata, strategi dalam desain biophilik yang paling sering dijumpai untuk rumah lahan terbatas ialah low planting yang dapat memberikan manfaat yang maksimal pada lahan yang terbatas dengan penyesuaian dimensi dan tata letak secara horizontal maupun vertikal.

ABSTRACT
The human rsquo s need of biophilia becomes an absolute thing and requires a good strategy for the maximum fulfillment of human needs, both psychologically and physically. The application of biophilia can be implemented through a biophilic design, that involves natural elements especially plant. Due to the limited space, the biophilic design is adjusted. The plant becomes an important element in this case, to respond the biophilia in form of naturalist and ecologist. As result, the most frequent strategy chosen in biophilic design for limited exterior space is using plants through low planting. This low planting can benefit maximally for limited exterior space through adjustment and horizontally and vertically layouts. "
2017
S67659
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dewi Setyarini
"Setiap kegiatan pembangunan pada umumnya menimbulkan masalah lingkungan hidup. Penanggulangannya perlu dilakukan tindakan terpadu, guna menghindarkan kerusakan-kerusakan yang menimpa lingkungan hidup manusia. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah, salah satunya berupa program penghijauan.
Begitu pula kota Kudus, sebagai salah satu kota industri juga tidak mau ketinggalan untuk melakukan penghijauan, yang terutama dilaksanakan di Kecamatan Kota, dan dimaksudkan untuk mencegah bahaya erosi, banjir dan polusi.
Dalam melaksanakan suksesnya suatu program maka peran masyarakat sangat diperlukan, untuk itu perlu adanya partisipasi masyarakat karena masyarakat sebagai subyek juga sekaligus menjadi obyek dari pembangunan itu sendiri.
Penelitian ini mengacu pada teori difusi inovasi dari Roger, pada taraf konsekuensi dalam suatu inovasi, dengan memperhatikan peran media massa dan komunikasi interpersonal dalam difusi inovasi.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana pengaruh intensitas penyuluhan terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam program penghijauan kota.
Metode penelitian yang digunakan adalah korelasional, untuk mencari hubungan antara 2 variabel tersebut. Sedangkan untuk pengumpulan data digunakan daftar pertanyaan. Penelitian ini tidak meneliti seluruh populasi melainkan hanya mengambil sampel dengan teknik proportional random sampling.
Hipotesis mayornya adalah "Semakin tinggi intensitas penyuluhan, semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat dalam program penghijauan kota". Adapun sub variabel intensitas penyuluhan meliputi isi pesan, pengenaan media dan frekuensi penyuluhan. Sedangkan sub variabel dari tingkat partisipasi masyarakat adalah tingkat partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan, tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program dan tingkat partisipasi masyarakat dalam monitoring dan evaluasi program. Dengan menyilangkan masing-masing sub variabel ini, maka diperoleh 9 hipotesis minor yang perlu diuji kebenarannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara isi pesan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan dan tingkat partisipasi masyarakat dalam monitoring dan evaluasi program yang signifikan. Tingkat pengaruh masing-masing sebesar 16 % dan 32 %. Hubungan antara pengenaan media dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan ternyata signifikan dan pengaruhnya sebesar 16%. Dan hubungan antara frekuensi penyuluhan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan dan tingkat partisipasi masyarakat dalam monitoring dan evaluasi program yang signifikan, serta mempunyai pengaruh sebesar 25 % dan 19 %.
Dari 9 pengujian hipotesis, ternyata ada 5 pengujian terbukti signifikan. Jadi secara umum dapat dikatakan ada pengaruh antara intensitas penyuluhan terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam program penghijauan kota, walaupun tidak secara mutlak karena ada variabel lain yang ikut mendukungnya. Dengan demikian hipotesis mayor yang diajukan dapat diterima.
Sebagai saran, hendaknya penyuluhan ini harus tetap dilakukan secara teratur dan terarah, agar masyarakat tidak melupakan arti pentingnya program penghijauan kota, baik melalui media massa maupun media tatap muka. Dan perlu diingat bahwa dalam setiap pelaksanaan kegiatan pembangunan harus diusahakan untuk mengurangi atau menghindari dari timbulnya efek sampingan terhadap lingkungan.
Saran untuk para peneliti selanjutnya adalah agar diadakan penelitian-penelitian lebih lanjut terhadap peran variabel-variabel lain yang ikut mendukung keberhasilan program penghijauan kota ini, agar dengan demikian partisipasi masyarakat tetap terjaga."
Depok: Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Wulandari
"Kampung sebagai unplanned settlement memiliki proses pembentukkan secara berangsur-angsur (incremental) tanpa adanya perencanaan terpusat. Adanya fenomena transformasi yang dipengaruhi oleh perkembangan kota membuat etnis Betawi sebagai penduduk urban terusir dari inner-city dan berbagai area di wilayah kota. Keberadaan kaum pendatang pada area kampung mempengaruhi kultur Betawi yang tercermin melalui pola fisik berupa cara bermukim dan kultur bertanam. Kondisi kampung yang yang semakin padat akibat aktivitas pembangunan membuat pola hunian Betawi yang awalnya dipengaruhi oleh keberadaan kebun mengalami perubahan dengan membentuk pola klaster (Nas et al., 2008). Pada Kampung Rawa Belong, berkembangnya aktivitas pembangunan mendorong masyarakat Betawi menjual atau menyewakan tanahnya bagi kaum pendatang. Hal tersebut merupakan wujud transformasi kelompok hunian Betawi yang tidak lagi hanya ditempati oleh kerabat tetapi juga kaum pendatang. Fenomena tersebut mencerminkan karakteristik etnis Betawi sebagai etnis yang berasal dari daerah urban yang bersifat dinamis dan terbuka. Dalam kultur bertanam, Kampung Rawa Belong sebagai pusat penyedia tanaman tidak hanya melibatkan etnis Betawi sebagai pelaku usaha tetapi juga masyarakat umum. Hal tersebut menunjukkan adanya pergeseran kultur menjadi common values berupa nilai ekonomi. Perkembangan variasi usaha tanaman pada kampung membuat ruang yang digunakan tidak hanya berupa pekarangan, namun juga berupa pasar maupun kios. Perkembangan usaha tanaman selain mendorong aktivitas pembangunan juga menciptakan ruang-ruang hijau pada area kampung.

Kampung as an unplanned settlement has a formation process by incremental process without centralized planning. The phenomenon of transformation which is influenced by the development of the city has made Betawi ethnic groups as urban residents driven from inner-city and various areas in the city. The presence of migrants in the village area influence the Betawi culture, which has reflected through physical patterns in the form of settlement and planting culture. The increasingly crowded condition of the villages due to development activities made the Betawi residential patterns that were initially influenced by the presence of field changes by forming a cluster pattern (Nas et al., 2008). In Kampung Rawa Belong, the development has encouraged Betawi people to sell or lease their land to migrants. This is a form of transformation of Betawi residential groups which are no longer only occupied by relatives but also migrants. This phenomenon reflects the characteristic of the ethnic Betawi as ethnic originating from urban areas that are dynamic and open. In the planting culture, Rawa Belong Village as a center of plant supply does not only involve Betawi ethnic group as business people but also the people in general. This phenomenon shows the shift of culture into common values in the form of economic values. The development of plant business variations in the village makes the use of space not only in the form of yards, but also in the form of market and kiosks. The development of plant business beside encouraging development also creating green spaces in the kampung area.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhimatul Farokha
"[ABSTRAK
Tesis ini membahas persepsi orang tua dalam Pendidikan Seks dan Penanaman Nilai-nilai Islam kepada anak sesuai tinjauan Psikologi Perkembangan Islami serta peran mereka dalam menjalankannya. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan desain deskriptif. Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa orang tua memiliki persepsi yang positif dalam melihat Pendidikan Seks dan Penanaman Nilai-nilai Islami sesuai tinjaun Psikologi Perkembangan Islami, dan orang tua sudah sangat berperan aktif dalam menjalankannya. Penelitian ini menyarankan agar bisa menjadi modul sosialisasi pendidikan bagi keluarga dan orang tua dalam upaya mencegah seks bebas pada anak sedari dini.

ABSTRACT
This thesis discusses the perceptions of parents in Instilling Sex Education and Islamic values to children according to a review of Islamic Development Psychology as well as their role in applying it. This is a qualitative research with descriptive design. This study shows that parents have a positive perception in viewing the Sex Education Introduction and Islamic values corresponding to the Overview in Islamic Developmental Psychology, and the parents have a very active role in implementing. This study suggests the possibility of the socialization of educational modules for families and parents in an effort to prevent promiscuity in children early on., This thesis discusses the perceptions of parents in Instilling Sex Education and Islamic values to children according to a review of Islamic Development Psychology as well as their role in applying it. This is a qualitative research with descriptive design. This study shows that parents have a positive perception in viewing the Sex Education Introduction and Islamic values corresponding to the Overview in Islamic Developmental Psychology, and the parents have a very active role in implementing. This study suggests the possibility of the socialization of educational modules for families and parents in an effort to prevent promiscuity in children early on.]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Eko Dewanto
"ABSTRAK
Agroekosistem adalah suatu lingkungan binaan dan menjadi bagian dari ekosistem alam yang didominasi oleh manusia dan tanaman pertanian. Keanekaragaman hayati yang rendah dan ekosistemnya yang tidak stabil, menyebabkan terjadi eksplosi hama atau organisme pengganggu tanaman (OPT). Kondisi tersebut menjadi kendala utama bagi lingkungan produksi sayuran di Kabupaten Dati II Banjamegara Jawa Tengah.
Pada sistem konvensional, penggunaan pestisida yang intensif dianggap sebagai cara pengendalian OPT yang efektif, Namun demikian, cara tersebut memiliki dampak negatif seperti: tercernarnya tanah dan air, ancaman bagi kesehatan manusia, dan tidak efisiennya usaha tani. Untuk menanggulangi permasalahan tersebut, di Indonesia telah diterapkan sistem pengendalian hama terpadu (PHT) untuk tanaman padi pada tahun 1989 dan untuk tanaman sayuran pada tahun 1992.
Sistem PHT adalah suatu konsep atau filosofi untuk menanggulangi masalah hama melalui pendekatan ekologi dan ekonomi. Ada tiga konsepsi dasar PHT yaitu: pengamatan agroekosistem, konsepsi ambang ekonomi (AE), dan konsepsi pelestarian lingkungan. Dalam program PHT, petani dilatih memahami konsepsi dasar itu melalui sekolah lapangan pengendalian hama terpadu (SLPHT) yang berlokasi di lahan milik petani, dengan proses belajar berdasarkan pengalaman, agar petani dapat menerapkan teknologi PHT di lahannya sendiri.
Tujuan dari studi ini ialah untuk mengetahui dampak implemetasi sistem PHT dibandingkan dengan sistem Konvensional pada komponen lingkungan yang meliputi: pendapatan usaha tani kentang dan kubis, keanekaragaman spesies serangga di pertanaman kentang/kubis, serta kadar residu pestisida di dalam hasil panen, tanah dan air larian yang berasal dari pertanaman kentang/kubis yang menerapkan sistem PHT dan sistem konvensional.
Metode penelitian yang digunakan adalah Ex Post Facto atau kausal komparatif dengan metode penetapan sampel Purposive Sampling dan Simple Random Sampling. Penelitian dilaksanakan di dataran tinggi Dieng Kabupaten Dati II Banjarnegara mulai bulan November 1998 sampai dengan Januari 1999. Wilayah penelitian meliputi kecamatan Batur, Pejawaran dan Wanayasa. Dipilih dua sampel desa dari tiap kecamatan, yang terdiri atas satu desa yang mewakili sistem PHT dan satu desa mewakili sistem konvensional (non PHT). Sebagai responden ditentukan 20 petani kentang dan 20 petani kubis dari setiap desa. Jumlah responden di enam desa sampel tersebut ialah 240 petani, yang terdiri atas 120 petani PHT dan 120 petani non PHT. Untuk mengamati residu pestisida dan keanekaragaman serangga, ditentukan empat petak pertanaman kentang dan empat petak pertanaman kubis di setiap desa.
Pengaruh implementasi PHT pada nisbah manfaat dan biaya (BIC Ratio) usahatani kentang dan kubis berbeda sangat nyata dibandingkan dengan sistem konvensional. Demikian pula keanekaragaman spesies serangga bukan sasaran pada pertanaman sistem PHT berbeda sangat nyata. Secara umum pengaruh sistem PHT pada kandungan residu pestisida (insektisida) di dalam hasil panen dan tanah berbeda nyata sampai sangat nyata dengan sistem konvensional, sedangkan residu di dalam air larian pada umumnya tidak berbeda nyata.
Berdasarkan batas maksimum residu (BMR) menurut SKB MENKES dan MENTAN No, 8811MENKESISKBIVIII11 996-7 1 11Kpts/ TP.27018196, kadar residu dalam hasil panen di wilayah studi masih rendah, Rata-rata kadar residu yang terdeteksi di dalam umbi kentang ialah 0,0026 ppm dan di dalam krop kubis 0,0024 ppm, sedangkan BMR untuk kartaphidroklorida untuk umbi kentang adalah 0,1000 ppm dan untuk krop kubis adalah 0,2000 ppm. Hasil peneiitian dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Pendapatan usaha tani kentang/kubis pada sistem PHT lebih tinggi daripada sistem konvensional. Nisbah manfaat dan biaya pada kentang sistem PHT ialah 1,04 dan sistem konvensional 0,85, sedangkan pada kubis sistem PHT ialah 1,18 dan sistem konvensional sebesar 0,82; (2) Keanekaragaman spesies serangga bukan sasaran di pertanaman kubis dan kentang yang menerapkan sistem PHT lebih tinggi daripada sistem konvensional, Rata-rata nilai keanekaragaman pertanaman sistem PHT adalah 2,01 dan sistem konvensional 1,10; dan (3) Kadar residu senyawa insektisida di dalam hasil panen (kentang dan kubis), di dalam tanah dan dalam air larian yang berasal dari pertanaman yang menerapkan sistem PHT lebih rendah daripada sistem konvensional, dengan perincian sebagai berikut: (a) residu insektisida pada basil panen pada sistem PHT adalah 0,0042 ppm, sedangkan pada sistem konvensional 0,0113 ppm, (b) Residu insektisida dalam tanah pada pertanaman sistem PHT ialah 0,0496 ppm dan pada sistem konvensional sebesar 0,06'70 ppm, dan (c) residu insektisida pada air larian di pertanaman sistem PHT adalah 0,0027 ppm dan pada sistem konvensional adalah 0,0054 ppm.

ABSTRACT
Impact of Integrated Pest Management on the Environment of Vegetable Crop (A Case Study on the Environment of Potato and Cabbage Planting in the Distric of Banjarnegara, Central Java Province)Agroecosystem is an artificial environment and as a part of the natural ecosystem in where dominated by human and crops. Due to low biological diversity and unstable ecosystem, pest outbreak always occur in a certain agroecosystem. This condition becomes major constraint for the environment of vegetable planting in the distric of Banjarnegara, Central Java Province.
In the conventional system, the use of pesticide intensively is considered as the most effective control measure to overcome pest problem. However, this In the conventional system, the use of pesticide intensively is considered as the most effective control measure to overcome pest problem. However, this system has negative impacts such as soil and water pollution, threat to human health, and inefficient farming system. To overcome this problem, integrated pest management (IPM) has been adopted and implemented in Indonesia since 1989 in rice and in vegetable crops since 1992.
IPM system is a concept or philosophy to overcome pest problem through ecological and economical approach. There are three basic concepts of IPM namely observation of the agroecosystem, establishment of economic treshold and environmental conservation. In IPM program, farmers were trained to understand these basic concepts through Farmer's Field School (FFS) located at farmer's field, using experience learning processes, in order they can implement 1PM technology at their own fields.
This objective of this study was to investigate the impact of the IPM implementation versus the Conventional system on the environment components, includes the income gained by farmers from the potato and cabbage farming, diversity of non-target insect species in potato and cabbage field, and the level of pesticide residues in yield, soil and run off originated from the fields which were subjected to IPM system versus Coventional system.
Wanayasa, located at Dieng plateau area district of Banjarnegara, Central Java-Two sample villages were chosen from each sub-districts. One village represented IPM system while the other one represented conventional system (non IPM). Respondents in each village comprised 20 potato farmers and 20 cabbage farmers; the total number of respondents involved in this study were 240 farmers (120 farmers for IPM system and 120 farmers for non IPM system). To observe the pesticide residues and the diversity of insects, four blocks of potato field and four blocks of cabbage field were chosen in each sample village.
It was found that the impact of 1PM implementation on the net profit of potato and cabbage farming was significantly higher than that of conventional system. It was also found that the diversity of non-target species in the potato and cabbage field for IPM system was significantly higher than that of conventional system. In general, the effect of IPM system on the level of pesticide (insecticide) residues in the potato tubers and cabbage crops and in the soil was significantly lower than that of conventional system while the level of insecticide residues in run off was generally not significantly different in both systems.
Compared with the maximum residue limit (MRL) defined by joint decree of Ministry of Health and Ministry of Agriculture No. 881IMENKES/SKBIVIIII1996-71 liKpts/TP.27018/96, the levels of pesticide residue in the study area was relatively low because the average residue levels detected in potato tubers was 0.0026 ppm and in cabbage crops was 0.0024 ppm. According to this decree, the maximum levels for cartaphydrochioride residue in potato tuber is 0.1000 ppm and in cabbage crop is 0.2000 ppm.
In conclusion, results of this study are: (I) the net profit obtained by the farmer from potato/cabbage fanning with 1PM system was higher versus conventional system. The BIC ratios for potato with 1PM system and conventional system were 1.04 and 0.85 respectively while for cabbage with IPM system and conventional system were 1.18 and 0.82 respectively; (2) the diversity of non target insect species in cabbage and potato fields with IPM system was higher than that of conventional system. The average of diversity of crop field with IPM system was 2.01 while in conventional system was 1.10; and (3) in IPM system, the insecticide residue levels in the potato tubers and cabbage crops, in the soil and m the water run off were lower than that of conventional system; as follows: (a) the insecticide residues in the potato tubers and cabbage crops practicing IPM system was 0.0042 ppm while from conventional system was 0,0113 ppm, (b) the insecticide residues in the soil samples from the crop field with IPM system was 0.496 ppm while in conventional system was 0.0670 ppm, and (c) the insecticide residue in water run off in the field with IPM system was 0.0027 ppm and in conventional system was 0.0054 ppm.
"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kharis Pradana Suryarajasa
"ABSTRAK
Hingga kini Indonesia masih berjuang hebat dalam melawan korupsi sebagai sebuah penyakit ganas yang menggerogoti Indonesia. Korupsi juga dianggap sebagai penghambat pembangunan manusia dan Negara. Pemberantasan korupsi berbasis keluarga merupakan salah satu pilihan dalam upaya mencegah tindak korupsi bagi tunas-tunas bangsa berikutnya. Ibu dalam hal ini memiliki peran penting dalam upaya menanamkan kejujuran kepada anak dan keluarga sebagai upaya pencegahan korupsi sejak dini. Penggunaan metode appreciative inquiry dalam meningkatkan nilai kejujuran pada ibu merupakan pendekatan yang cukup efektif. Intervensi dilakukan dengan penggunaan metode appreciative inquiry terhadap 21 ibu bekerja dan ibu rumah tangga. Evaluasi data kuantitatif melalui pre-test dan posttest dilakukan dengan teknik paired samples statistics dengan N=21 dan pernyataan sebanyak 33 items. Hasil analisa statistik menunjukkan peningkatan yang signifikan dengan nilai p = 0,000 yang berarti < 0.05 dan interval mean pada pre-test dan mean pada post-test sebesar 0.11738.

ABSTRACT
Until now, Indonesia is still a great fight against corruption as a malignant disease that undermined Indonesia. Corruption is also considered as a barrier to human development and the State. Combating corruption is one of the family-based option in efforts to prevent corruption for subsequent shoots nation. The mother in this case has an important role in efforts to instill honesty to children and families as corruption prevention efforts early on. The use of appreciative inquiry method in enhancing the value of honesty in the mother is an approach that is quite effective. Interventions carried out with the use of appreciative inquiry method to 21 working mothers and housewives. Evaluation of quantitative data through the pre-test and post-test was performed using paired samples statistics with N = 21 and a statement as much as 33 items. Statistical analysis showed a significant increase in the value of p = 0.000 meaning of <0.05 and a mean interval in the pre-test and post-test on the mean of 0.11738.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T45177
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>