Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 212 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agus Sugiono; Mulyanto Muljadi
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rayhan Rasyid
Abstrak :
Hubungan manusia dan tempat yang saling membutuhkan membuat kawasan Glodok tidak dapat hanya dilihat sebagai kawasan dengan warisan budaya sebagai kawasan etnis Tionghoa tetapi juga realitas di dalamnya yang berisi dengan keseharian manusia. Manusia dengan budaya dan nilai-nilainya akan membentuk identitas pada sebuah place. Place identity adalah struktur kognitif kompleks yang melibatkan sikap, nilai-nilai, pemikiran, keyakinan, makna, dan kecenderungan perilaku individu terhadap suatu place. Skripsi ini mengkaji bagaimana hubungan manusia dan place identity dan mengidentifikasi place identity dalam konteks kawasan Glodok. Melalui studi kasus di kawasan Glodok, penulis ini mengurai prinsip-prinsip place identity pada kawasan Glodok dan bagaimana hal tersebut membentuk place identity kawasan ini. Hasil penelitian ini menggugah bagaimana identitas pada Glodok sebagai place tercermin dari kehidupan, aktivitas, dan budaya dari manusia yang ada di dalamnya. ......The interdependent relationship between humans and a place makes Glodok not merely a neighborhood with cultural heritage as a Chinese ethnic area, but also a reality within it of the daily lives of its people. Humans, with their cultures and values, contribute to shaping the identity of a place. Place identity is a complex cognitive structure that involves attitudes, values, thoughts, beliefs, meanings, and behavioral tendencies of individuals towards a place. This thesis examines the relationship between humans and place identity and identifies place identity within the context of Glodok. Through a case study conducted in Glodok, the author unravels the principles of place identity in the area and how they shape the place identity of Glodok. The research findings highlight how the identity of Glodok as a place is reflected through the lives, activities, and culture of the people within it. Overall, this research provides valuable insights into the interplay between humans and a place in the context of Glodok. The findings emphasize the significance of human presence, their activities, and their culture in shaping the identity of a place.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Hamidah
Abstrak :
Place attachment menggambarkan ikatan emosional yang positif terhadap suatu tempat secara spesifik yang terbentuk melalui pengalaman manusia baik secara individu maupun kelompok. Relasi secara sosial, material, dan ideologi menjadi faktor pembentu hubungan dengan tempat. Place attachment terdiri dari tiga komponen yaitu manusia, tempat, dan proses psikologis yang terdefinisi melalui dua subdimensi yaitu place dependence (keterikatan fungsional) dan place identity (keterikatan emosional). Komponen tersebut dapat menjadi modal untuk mengidentifikasi dan mengembangkan kawasan perkotaan dengan melibatkan persepsi pengguna ruang kota, sehingga dapat menghasilkan pemrograman kawasan secara bottom up. Kawasan Pasar Jambi merupakan pusat perdagangan dan pariwisata dengan nilai historis di Kota Jambi yang perkembangannya sejalan dengan eksistensi Sungai Batanghari. Penelitian perancangan yang tersusun melalui tesis ini bertujuan untuk menata ulang kawasan Pasar Jambi yang livable dan walkable sehingga pengembangan ruang publik dengan variasi karakter kawasan dapat terhubung dengan place attachment. Hasil penelitian perancangan menunjukkan adanya kebutuhan untuk mengembangkan kawasan berdasarkan karakter familiarity & distinctiveness, aktivitas yang secara regular berlangsung, kesinambungan dengan jenis aktor yaitu pedagang, pengunjung, dan warga; dan fitur kontekstual masing-masing spot yaitu area blok-blok Pasar Jambi dan tepian sungai Batanghari. ......Place attachment is a positive emotional relationship developed by human experience, both individually and in groups. The relationship with the place is formed by social, material, and ideological relations. Place attachment consists of three components: individuals, places, and psychological processes that are defined by two sub-dimensions: place dependence (functional attachment) and place identity (emotional attachment). These components can be used to identify and develop urban areas by including the perceptions of users, resulting in bottom-up programming. Pasar Jambi area is a historical commercial and tourism center in Jambi City that has grown in tandem with the existence of the Batanghari River. This thesis intends to reorganize the livable and walkable Pasar Jambi area so that the development of public spaces with various characteristics can be linked with place attachment. The result shows that there is a need to develop the area based on the characteristics of familiarity and distinctiveness, regularly-occupied activities, environmental congruence with multiple types of actors, which are traders, visitors, and residents; and the contextual features of each spot, which are the area of Pasar Jambi blocks and Batanghari riverfront.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmawati Rahayu
Abstrak :
“Depok Friendly City” merupakan branding Kota Depok yang dicanangkan sejak 2016 sebagai bentuk implementasi masterplan Kota Depok menjadi Kota Cerdas (Smart City). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas dari place branding yang telah dilakukan. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan studi literatur, wawancara, dan observasi yang kemudian dianalisis secara spasial dan deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa identitas tempat pada Jalan Margonda Raya berdasarkan fitur tempat yang tersedia paling banyak tersebar di segmen utara dan selatan dengan setiap segmen telah ditandai dengan kesesuaian keberadaan landmark berdasarkan fungsi aktivitas utamanya. Pemerintah berusaha membangun citra futuristik dan instagramable dari Jalan Margonda Raya kepada para pejalan kaki. Citra tempat yang terbentuk pada pejalan kaki menilai karakteristik fisik tempat pada Jalan Margonda Raya sudah cukup aman dan nyaman, serta aksesibilitas pada transportasi publik mudah dengan kondisi cuaca, lingkungan, dan ketersediaan fasilitas pendukung masih terbilang kurang. Persepsi tempat yang terbentuk oleh sebagian besar informan terhadap Jalan Margonda Raya adalah macet yang dalam hal ini tidak memiliki korelasi spesifik bagi aktivitas mereka sebagai pejalan kaki. Place branding “Depok Friendly City” bagi pejalan kaki hanya efektif untuk merepresentasikan segmen utara dan segmen selatan. ......"Depok Friendly City" is Depok City branding which was proclaimed since 2016 as a form of implementation of the Depok City master plan to become a Smart City. This study aims to analyze the effectiveness of the place branding that has been done. Methods of data collection in this study using literature studies, interviews, and observations which were then analyzed spatially and descriptively. The results of this study indicate that the identity of places on Jalan Margonda Raya based on available space features is most widely spread in the north and south segments with each segment having been marked with the suitability of the presence of landmarks based on its main activity function. The government is trying to build a futuristic and instagramable image of Jalan Margonda Raya for pedestrians. The image of the place formed by pedestrians assesses the physical characteristics of the place on Jalan Margonda Raya as safe and comfortable enough, and accessibility to public transportation is easy with weather conditions, the environment, and the availability of supporting facilities is still lacking. The place perception formed by most of the informants towards Jalan Margonda Raya is traffic jam which in this case has no specific correlation to their activities as pedestrians. Place branding “Depok Friendly City” for pedestrians is only effective for representing the north and south segments.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Putri Ananta Poli
Abstrak :
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui transformasi tempat pada rumah yang menjadi coffee shop di Kota Manado. Dari tujuan tersebut, memunculkan pertanyaan tentang bagaimana transformasi tempat pada rumah yang menjadi coffee shop. Penelitian dilakukan dengan menggunakan kuisioner daring pada 39 responden yang diolah menggunakan analisis kualitatif. Temuan pada penelitian ini menunjukkan bahwa rumah sebagai first place dengan fungsi domestik, berubah penggunaan ruangnya menjadi third place, yaitu tempat untuk berinteraksi sosial. Perubahan tempat ini didorong oleh keinginan orang untuk bekerja di luar rumah saat pandemi. Selain kegiatan domestik, juga terjadi kegiatan produksi dan berkumpul yang menjadi karakter dari second dan third place. Kegiatan yang terjadi pada waktu dan tempat yang bersamaan, pada akhirnya menciptakan tempat baru di dalam rumah, yaitu fourth place. Penelitian ini kemudian bisa menjadi masukan bagi pembuat kebijakan untuk meninjau kembali kebijakan perkotaan dalam bidang perumahan dan permukiman agar penggunaan ruang di rumah dapat dimaksimalkan dengan baik. ......The purpose of this study was to determine the transformation of the place in the house into a coffee shop in Manado City. From this goal, it raises the question of how to transform a place in a house into a coffee shop. The study was conducted using an online questionnaire on 39 respondents who were processed using qualitative analysis. The findings in this study indicate that the house as the first place with a domestic function, changes its use of space into a third place, which is a place for social interaction. This change of place is driven by people's desire to work outside the home during the pandemic. In addition to domestic activities, there are also production and gathering activities which are the characteristics of the second and third places. Activities that occur at the same time and place, ultimately create a new place in the house, namely the fourth place. This research can then be input for policy makers to review urban policies in the housing and settlements sector so that the use of space at home can be maximized properly.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulaikha Shabrina Samsulhadi
Abstrak :
ABSTRACT
A bridge is a structure connecting separated places. On the one hand, a bridge?s function as connector has given many benefits to human life in many aspects, such as economically, socially and culturally. On the other hand, many bridges also have another function as a place to hang out. Such Bridges have certain potentials so that many people are attracted to hang out on there. Usually, a proper space to hang out is provided in a public space. A successful public space is one that attracts many people to use it. Based on a theory by Ray Oldenburg, Jane Jacob and William H. Whyte, a space is able to attract many people for hanging out because of its third place and place-making characteristics. This thesis will discuss the phenomenon of the use of bridges as places to hang out and the relation to the theory of third place and place making. Also, to identify whether the characteristics of third place and place-making theories are the only reasons for hanging out or not. Three bridges with different condition will be used as case studies to analyze and to know the potentials of bridges as places to hang out.
ABSTRAK
Jembatan adalah struktur yang menghubungan tempat yang terpisah. Di satu sisi, fungsi jembatan sebagai penghubung telah memberikan banyak manfaat pada kehidupan manusia untuk banyak aspek, seperti ekonomi, sosial dan budaya. Namun disisi lain, banyak jembatan yang ternyata memiliki fungsi lain yaitu sebagai tempat nongkrong. Jembatan seperti nya memiliki potensi-potensi tertentu sehingga mampu menarik banyak orang untuk nongkrong di jembatan. Pada umumnya, tempat yang benar/ layak untuk nongkrong adalah di ruang public dan ruang public yang sukses adalah ruang public yang mampu menarik banyak pengguna. Berdasarkan teori dari Ray Oldenburg, Jane Jacob and William H. Whyte, suatu ruang publik mampu menarik banyak pengguna disebabkan oleh karakter Third Place dan Place-Making nya. Skripsi ini akan membahas tentang fenomena penggunaan jembatan sebagai tempat nongkrong dan keterkaitannya dengan teori Third Place dan Place-Making. Juga, untuk mengidentifikasi apakah karakter third place dan place-making adalah satu-satunya alasan atau tidak. Tiga jembatan dengan kondisi yang berbeda akan digunakan sebagai studi kasus untuk dianalisa.
2016
S63215
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anneli Puspita Xenia
Abstrak :
ABSTRAK
Munculnya kebiasaan meminum kopi di kedai kopi modern dan berkembangnya jumlah kedai kopi di Jakarta adalah fenomena yang menarik di kota yang terkait dengan ruang publik di perkotaan. Skripsi ini mengeksplorasi karakteristik-karakteristik fisik yang mempengaruhi interaksi sosial di kedai kopi Crematology, terkait pentingnya kedai kopi sebagai third place. Oldenburg 1989 menyatakan third place sebagai ruang publik yang netral, di mana orang-orang dapat berkumpul dan berinteraksi untuk menikmati lingkungan mereka serta melewati hari-hari mereka. Kontras dengan tempat tinggal dan tempat bekerja, third place menyediakan ruang untuk interaksi sosial dan dianggap sebagai tempat berlabuhnya kehidupan komunitas. Karakteristik-karakteristik fisik dari kedai kopi yang berhubungan dengan interaksi sosial terjadi di lingkungan dan meningkatkan kualitas hidup serta menyediakan keterikatan sosial. Masyarakat telah melihat kedai kopi sebagai sesuatu yang penting, dan mereka memunculkan place attachment terhadap kedai kopi. Place attachment salah satunya dilihat berdasarkan bagaimana karakteristik-karakteristik fisik dari suatu kedai kopi dapat mendukung tujuan dan aktivitas seseorang. Karakteristik-karakteristik yang terbangun secara fisik dan sosial di dalam suatu kedai kopi dapat menciptakan arti dan koneksi terhadap manusia yang berkontribusi terhadap place attachment.
ABSTRACT
The emergence of habit of drinking coffee at modern coffee shops and the fast development of new coffee shops in Jakarta are two interesting phenomena in the city related to urban public space. This thesis explores physical characteristics that affect the social interactions in Crematology Coffee, especially the importance of a coffee shop as a third place. Oldenburg 1989 distinguishes ldquo third place rdquo as a public place on neutral ground where people can gather and interact that allow people to simply enjoy the surroundings and get through the day. In contrast to first place home and second place work , a third place serves as a place for social interactions and often considered as the anchor of community life. The characteristic of coffee shops as a third place relates to the social interaction occurs at the neighborhood that in terms that may enhance quality of life and provide social bounding. Society has seen coffee shops as an important matter, and they develop place attachment to them. Place attachment can be based on physical characteristics that support goals and activities of people. Characteristics which are built physically and socially within a coffeeshop can emerge meanings and connections to people which contribute to place attachment.
Depok: Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, 2017
S67986
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambun, Hilda Shinta Paulina
Abstrak :
Skripsi ini akan membahas bagaimana elemen ruang terminal bandara dapat mempengaruhi sense of place pemakai jasa penerbangan sipil terhadap terminal bandara berdasarkan studi kasus di Terminal 3 Bandara Soekarno ndash; Hatta. Lebih lanjut, bagaimana terminal bandara mengindikasikan keberadaan non ndash;place dari elemen arsitektural dan pengalaman placelessness penumpang di dalamnya. Fokus penelitian pada karya ilmiah ini adalah area terminal bandara yang dapat diakses untuk proses keberangkatan oleh calon penumpang pesawat. ...... This study case of Terminal 3 Soekarno Hatta Airport observes the terminal as physical setting and its elements to create a sense of place for its passengers. The aim for this observation is to identify the presence of non place in airport terminal from architectural elements and passengers rsquo experience of placelessness. This thesis covers theoritical review of non place, sense of place, and placelessness and case study on departure area of the terminal as a passenger.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67002
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ganishtasya Endhys Saputri
Abstrak :
Tulisan ini membahas proses sebuah in-between space yang awalnya dianggap sebagai ruang sisa dapat beralih sebagai sebuah place yang memiliki nilai di dalamnya. Tujuan dari penulisan ini untuk memahami bahwa hadirnya manusia dan kualitas ruang fisik memengaruhi transformasi tersebut. In-between space sebagai ruang sisa sendiri merupakan ruang yang terbentuk secara tidak terencana dan berada diantara elemen urban lain. Uniknya, ruang tersebut tetap memungkinkan beragam aktivitas hadir. Kehadiran makna dan sense of place lah yang memicu proses place-making. Dalam memahami konsep transformasi in-between space, skripsi ini menggunakan kasus Kolong Jembatan Slipi yang dianalisis berdasarkan tiga aspek: 1) identifikasi kualitas fisik dan ruang in-between space sebagai ruang sisa; 2) proses kehadiran aktivitas manusia di dalam in-between space; 3) sense of place yang hadir melalui beragam aktivitas. Melalui analisis tersebut menunjukkan bahwa kualitas ruang in-between space dan hadirnya aktivitas manusia memicu perubahan in-between space dari ruang sisa menjadi sebuah place. ......This paper discusses about an in-between space that was originally considered as a lost space can turn into a place that has meaning and value in it. The purpose of this paper is to understand that the presence of humans and the quality of physical space influence the transformation. In-between space as lost space is a space that is formed unplanned and is located between other urban elements. These activities are influenced by the characteristics of the physical space between spaces as lost space and also by different human perceptions. In understanding the concept of transformation of the in-between space, this paper uses the case of Kolong Jembatan Slipi, which determines based on three aspects: 1) identification of the physical quality of the in-between space as lost space; 2) the process of the presence of human activities in the in-between space; 3) the emergence of meaning and a sense of place from the connection between human activity and the physical space between spaces. So, it can be said that this paper wants to show that the quality of the in-between space and the presence of human activity triggers the change in the in-between space from as lost space to a place.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meidina Rizki Chairunissa
Abstrak :
Budaya kafe adalah industri yang berkembang di kota-kota di seluruh dunia, tidak terkecuali dengan ibu kota metropolitan Indonesia, Jakarta. Namun, spektrum sosioekonomi Jakarta yang luas dan asuhan pasca-kolonial menggeser budaya kota Jakarta menuju konteks urban dan sosial yang unik. Kesenjangan besar antara kelompok sosialekonomi telah menciptakan masyarakat yang tersegregasi secara sosial, dan hal ini diperkuat oleh rangka urban Jakarta yang dimodernisasi secara prematur. Hal ini berdampak pada berkembangnya kafe-kafe di Jakarta sebagai tempat ketiga dan persepsi terhadap kafe-kafe tersebut dari masyarakat Jakarta yang tersegregasi, Oleh karena itu, skripsi ini mempelajari persepsi kafe sebagai tempat ketiga di antara warga Jakarta dan bagaimana persepsi tersebut menyimpang epanjang spektrum sosial-ekonomi Jakarta — bagaimana kafe itu berperilaku dalam konteks urban Jakarta yang unik. Skripsi ini juga mempertanyakan persepsi terhadap kafe di antara warga Jakarta dan apakah kafe-kafe tersebut telah memenuhi peran mereka sebagai tempat ketiga. = Cafe culture is a growing industry in cities all around the world, and the metropolitan capital of Indonesia, Jakarta is no exception to this phenomenon. However, Jakarta’s broad socio-economic spectrum and post-colonial upbringing shifts the its culture to its unique urban and social context. The large gaps between socio-economic groups have created a socially segregated society that is continuously reinforced by the city’s prematurely modernized urban formula. This impacts Jakarta’s burgeoning of cafes as a third place and how it is perceived by the segregated clusters of Jakartans societies. This undergraduate thesis studies the perception of cafes as third-places among Jakartans and how it deviates along Jakarta’s socio-economic spectrum—how the cafe behaves in the unique urban fabric of Jakarta. It questions the perception towards cafes among Jakartans and whether or not that they have fulfilled their role as a third-place.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>