Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arya Aditya Purbadi
Abstrak :
Salah satu metode untuk menentukan keberadaan ion logam dalam suatu sampel adalah dengan senyawa pengkelat yang mampu berfluorosensi dalam bentuk kompleksnya. Senyawa ligan pengkelat yang dimanfaatkan dalam penelitian ini adalah ligan 2-(1-metil-5-fenil-4,5-dihidro-1H-pirazol-3-yl)piridin. Senyawa ligan tersebut disintesis dengan dua tahap yakni tahap kondensasi Claisen-Schmidt dan tahap penambahan metil hidrazin berlebih. Karakterisasi senyawa ligan yang disintesis dilakukan dengan bantuan instrumentasi seperti spektroskopi FTIR dan NMR. Eksperimen ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh konsentrasi ion logam Cu2+ dan Fe3+ yang dikelatkan dengan ligan 2-(1-metil-5-fenil-4,5-dihidro-1H-pirazol-3-yl)piridin, terhadap kemampuannya berfluorosensi sebagai senyawa kompleks. Selektivitas ligan dalam mengkelat ion logam-pun dipertimbangkan. Variasi konsentrasi kedua ion logam diurutkan dari 0,001; 0,002; 0,003; 0,004; 0,005; 0,006; 0,007; 0,008; 0,009 dan 0,01 mol L-1, dalam keberadaan 0,01 mol L-1 senyawa ligan. Dari hasil penelitian ini, ditemukan bahwa seiring peningkatan konsentrasi ion Cu2+ pada kompleks Cu-ligan, emisi fluorosensinya semakin meredup, pada panjang gelombang 255 nm. Hal yang sama terjadi pada kompleks Fe-ligan, terjadi peredupan emisi seiring dengan meningkatnya konsentrasi Fe3+ pada kompleks Fe-ligan, di atas konsentrasi Fe3+ 0,028 mol L-1, pada panjang gelombang 509 nm. Pada uji selektivitasnya, tercatat bahwa ligan ligan 2-(1-metil-5-fenil-4,5-dihidro-1H-pirazol-3-yl)piridin lebih senang mengkelat ion Fe3+ dibandingkan Cu2+. ......One of the method to determine the presence of metal ions in a certain sample, is by using a chelating ligand that gives fluorescent emission when forming it?s complex compound. The ligand compound utilized in this experiment is 2-(1-methyl-5-phenyl-4,5-dihydro-1H-pyrazol-3-yl)pyridine. The organic ligand was synthesized using a two-step reaction: the first step is a Claisen-Schmidt condensation reaction, the second step is the addition of excess methyl hydrazine. Characterization of the ligand synthesized in this experiment, was done by using instruments such as FTIR spectroscopy and NMR. This experiment was to study the effect of Cu2+ and Fe3+ concentrations that were chelatet by 2-(1-methyl-5-phenyl-4,5-dihydro-1H-pyrazol-3-yl)pyridine ligand, on the fluorescent abilities of their respective complex compounds. The selectivity of the ligand on chelating the two metal ions, was also taken to account. The concentration of both metal ions were varied from 0.001, 0.002, 0.003, 0.004, 0.005, 0.006, 0.007, 0.008, 0.009 dan 0.01 mol L-1, in the presence of 0.01 mol L-1 ligand. From the experimental results, it is shown that as the concentration of Cu2+ increased in Cu-ligand complex, the fluorescent emission became dimmer, at wavelength 385 nm. The same thing happened with Fe-ligand complex, the fluroscent emission of Fe-ligand became dimmer as the concentration increased, at wavelength 509 nm. In the selectivity test, it was shown that 2-(1-methyl-5-phenyl-4,5-dihydro-1H-pyrazol-3-yl)pyridine ligand was more favorable to chelate Fe3+ ions instead of Cu2+.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S64231
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifah
Abstrak :
ABSTRAK
Senyawa piridin merupakan molekul senyawa dengan struktur cincin benzen dengan satu gugus CH yang diganti oleh atom nitrogen. Piridin merupakan senyawa kimia yang penting karena memiliki banyak kegunaan dalam aplikasi kehidupan sehari-hari. Penelitian ini dilakukan melalui sintesis senyawa derivat dihidropiridin menggunakan reaksi Hantzsch menggunakan pelarut gliserol yang bersumber dari limbah minyak jelantah. Pada hasil sintesis didapatkan persen yield sebesar 55 dengan menggunakan reagen benzaldehid dan 67 dengan menggunakan reagen sinamaldehid. Hasil sintesis yang didapatkan diuji sebagai senyawa antioksidan dan termasuk dalam kategori senyawa antioksidan yang lemah.
ABSTRACT
The pyridine compound is a molecule of a compound with a benzene ring structure with one CH group replaced by a nitrogen atom. Pyridine is an important chemical compound because many uses in the application of everyday life. This research has done by synthesis of dihydropyridine derivative compounds through Hantzsch reaction using glycerol solvent sourced from waste cooking oil. The synthesis result obtained percent yield of 55 by using benzaldehyde reagent and 67 by using cinnamaldehyde reagent. The resulting of synthesis were tested as an antioxidant compound and included in the category of weak antioxidant compounds.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Asep Yudistira
Abstrak :

Dalam industri minyak dan gas, korosi yang diakibatkan oleh karbon dioksida masih menjadi tantangan yang besar yang dapat menyebabkan kegagalan material. Penelitian ini menggunakan salah satu turunan dari senyawa piridin sebagai inhibitor yang dapat ditambahkan ke dalam sistem perpipaan untuk mengurangi laju korosi. Piridin ini diteliti dengan variasi konsentrasi, yaitu 25 ppm, 50 ppm, dan 75 ppm, serta variasi temepratur, yaitu 40° dan 90°C. Pengujian Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) dan Gas Chromatography – Mass Spectrometry (GCMS) dilakukan untuk mengkarakterisasi inhibitor, dimana ditemukan bahwa inhibitor ini memiliki molekul dengan heteroatom nitrogen yang dapat memfasilitasi proses adsorpsi. Efisiensi inhibisi korosi juga diukur menggunakan metode polarisasi linear dan Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS), dimana ditemukan bahwa laju korosi menurun dengan meningkatnya konsentrasi inhibitor dan meningkat dengan meningkatnya temperatur. Data dari pengujian elektrokimia juga digunakan untuk menentukan model adsorpsi isoterm dan tipe adsorpsi, dimana ditemukan bahwa model adsorpsi yang didapat adalah adsorpsi isoterm Langmuir dengan tipe adsorpsi campuran fisika dan kimia. Morfologi permukaan sampel juga diteliti menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM) dan Energy Dispersive X-Ray (EDX) dan hasilnya menunjukkan bahwa sebelum diberikan inhibitor, produk korosi mendominasi permukaan dan jumlahnya menurun secara drastis setelah inhibitor diberikan, menandakan bahwa inhibitor ini telah sukses untuk menurunkan laju korosi baja karbon pada lingkungan CO2.

 


In oil and gas industry, corrosion caused by carbon dioxide is one of the greatest challenges that could lead to material failure. This research uses a derivative of pyridine as an inhibitor that can be added to the piping system to reduce the rate of corrosion. Pyridine was examined with variations in concentration, namely 25 ppm, 50 ppm, and 75 ppm, as well as variations in temperature, namely 40° and 90°C. Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) and Gas Chromatography - Mass Spectrometry (GCMS) tests were performed to characterize the inhibitors, which found that these inhibitors have molecules with nitrogen heteroatoms that can facilitate the adsorption process. The efficiency of corrosion inhibition was also measured using the potentiodynamic polarization method and Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS), which found that the corrosion rate decreased with increasing inhibitor concentration up to an optimal concentration of 50 ppm and increased with increasing temperature. The data from electrochemical testing was also used to determine the adsorption model of the isotherm and the type of adsorption, and it was found that the adsorption in this system obeyed Langmuir isotherm adsorption and is governed by a mixture of physical and chemical type. The surface morphology of the samples was also investigated using Scanning Electron Microscopy (SEM) and Energy Dispersive X-Ray (EDS) and the results showed that before injected with inhibitors, corrosion products dominated the surface and the amount decreased dramatically after the inhibitor was given, indicating that this inhibitor was successful to reduce the rate of carbon steel corrosion in the CO2 environment.

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hastin Setiani
Abstrak :
Ligan 2-(1,5-difenil-4,5-dihidro-1H pirazol-3-yl)piridin telah berhasil disintesis dengan metode Ciupa dkk. (2012). Reaksi yang berlangsung dalam sintesis ligan berbasis pirazolin ini merupakan reaksi kondensasi aldol dan Reduksi Wolff-kishner. Hasil yang diperoleh berupa padatan jingga dengan %yield sebesar 19,91% (0,2987 gram). Ligan 2-(1,5-difenil-4,5-dihidro-1H pirazol-3-yl)piridin ini dilakukan uji karakterisasi terhadap spektrofotometer IR, H-NMR, spektrofotometer UV-Vis dan spektrofluorofotometer. Struktur kompleks yang terbentuk dari ketiga logam tersebut adalah struktur segi empat planar dengan rumus seyawa kompleks [CuL2]2+ [CdL2]2+ dan [PbL2]2+. Aplikasi pada penelitian ini yaitu fluorosensor ligan terhadap ion logam berat berat Cu2+, Cd2+ dan Pb2+. Dengan adanya penambahan ion logam berat Cu2+ dan Pb2+ memberikan fluorosensor tipe on-off terlihat dari adanya pemadaman intensitas fluoresensi dan fluorosensor tipe off-on untuk ion logam berat Cd2+ yang ditandai dengan peningkatan intensitas fluoresensi. Ligan ini dapat mendeteksi ion logam berat dari 2x10-4 M hingga konsentrasi 2x10-6 M memiliki keselektifan terhadap ion logam berat Cd2+. ......Ligand 2-(1,5-difenil-4,5-dihidro-1H pirazol-3-yl)piridin has been synthesized by Ciupa et al. (2013) method. The synthesis used aldol condensation reaction and Wolff-kishner reduction. The orange precipitated was collected and gave 19,91% yield 0,2987 gram). Ligand has been characterized by FTIR, H-NMR, UV-vis and Spectrofluorophotometer. The structur of the complex formed from the third metal is square planar with formula of complex are [CuL2]2+ [CdL2]2+ dan [PbL2]2+. The application in this research is fluorosensor of heavy metal ions Cu2+, Cd2+ dan Pb2+. With the addition of heavy metal ions Cu2+ and Pb2+ that ligand gave fluorosensor type on-off. It conclude by quenching when ligand coordinated with Cu 2+ and Pb 2+ ions. And ligand gave fluorosensor type off-on when addition of heavy metal ion Cd2+. These ligan can detect of heavy metal ions from 2x10-4 M to a concentration of 2x10-6. It conclude by enhanching when ligand coordination with Cd2+ ion and the ligand have selectivity towards Cd2+.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S64774
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Wahyuni
Abstrak :
Metode bebas pelarut saat in! dapat dilakukan dengan radiasi gelombang mikro. Reaktan murni diserapkan ke atas padatan pendukung seperti alumina lalu dipanaskan dengan menggunakan gelombang mikro. Metode ini dapat memperbaiki proses sintesis organik yang semula menggunakan pelarut sehingga lebih ramah lingkungan, cara kerjanya lebih mudah, dan waktu reaksi lebih singkat. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa reaksi asetilasi anilin, m-toluidin, p-toluidin, o-anisidin dengan agen asetilasi anhidrida asetat, katalis piridin, dan padatan pendukung alumina dapat dilakukan tanpa pelarut di bawah radiasi gelombang mikro. Selain itu juga untuk membandingkan kereaktifan dari substrat yang terdiri dari anilin, m-toluidin, p-toluidin, dan oanisidin dalam menjalani reaksi asetilasi. Untuk mengetahui kereaktifan masing-masing substrat, dilakukan variasi waktu pemanasan 1, 2, 3, dan 4 menit Dari percobaan diketahui bahwa reaksi asetilasi bebas pelarut dapat dilakukan dengan gelombang mikro. Waktu reaksi yang dibutuhkan oleh masing-masing substrat untuk mendapatkan rendemen yang optimum adalah p-toluidin t = 2 menit, rendemen 78,82%; m-toluidin t = 3 menit, rendemen 62,05%; anilin t = 3 menit, rendemen 58,6%; dan o-anisidin t = 4 menit, rendemen 75,23%. Urutan kereaktifan substrat sebagai nukleofil dalam reaksi astilasi adalah ptoluidin > anilin > m-toluidin > o-anisidin.
Depok: Fakultas Matematika dan Metode bebas pelarut untuk n-asetilasi anulin dan turunannya dengan Ac2O-Py/alumina di bawah radiasi gelombang mikroIlmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Zaim Hakim
Abstrak :
ABSTRAK
Sintesis ligan turunan pirazol 2-(1,5-difenil-4,5-dihidro-1H-pirazol-3-yl)piridin telah berhasil dilakukan dengan metode kondensasi Claisen-Schmidt diikuti dengan penambahan fenil hidrazin berlebih dalam medium pelarut etanol. Padatan kuning kemerahan dengan yield sebesar 28,85% kemudian dikarakterisasi menggunakan spektrofotometer UV-Vis, FTIR, dan spektrometer H-NMR. Studi spektroskopi UV-Vis dilakukan untuk mengetahui pembentukan kompleks antara logam lantanida dengan ligan dalam pelarut asetonitril. Uji aplikasi fluoresens dengan spektrofluorometer diamati untuk melihat perubahan intensitas emisi pada penambahan logam La3+ dan Eu3+. Hasil studi dengan spektroskopi UV-Visible menunjukkan pembentukan kompleks [EuL2]3+ dengan perbandingan Eu3+ : L (1:2) terjadi pada panjang gelombang 366 nm, sedangkan kompleks [LaL3]3+ dimana perbandingan La3+ : L (1:3) terjadi pada λmax 342 nm. Analisis fluoresensi menunjukkan ligan memiliki λ eksitasi 257 nm dan 365 nm dengan nilai absorptivitas molar yang cukup besar pada konsetrasi 2x10-5 M. Penambahan logam La3+ menghasilkan efek fluorescence enhancement pada panjang gelombang emisi 355 nm. Sedangkan penambahan Eu3+ menunjukkan efek pemadaman intensitas emisi pada panjang gelombang 340 nm. Studi selektivitas ligan terhadap keberadaan ion Eu3+ dan La3+ secara bersamaan menunjukkan ligan merupakan fluoresensor yang selektif terhadap La3+ pada λ eksitasi dan λ emisi 257 nm dan 356 nm serta terhadap Eu3+ pada λ eksitasi 273 nm dan λ emisi 341 nm
ABSTRAK
Synthesis of pyrazole derivative ligand 2- (1,5-diphenyl-4,5-dihydro-1H-pyrazole-3-yl) pyridine has been successfully carried out by the method of Claisen-Schmidt condensation followed by the excess addition of phenyl hydrazine in ethanol solution. Reddish yellow solid with a 28.85% yield then characterized using FTIR , UV-Visible, and H1-NMR spectroscopy. UV-Visible spectroscopy study was conducted to determine the complex formation between lanthanide ions with ligands. Fluorescence application test with spectrofluorometer was observed in ligand emission intensity change upon addition of La3+ and the Eu3+. The study by UV-Visible spectroscopy show complex formation of [EuL2]3+ with the ratio Eu3+ : L (1:2) occurs at a absorption wavelength of 366 nm, while the complex [LaL3]3+ with the ratio La3+ : L (1:2) occurred at 342 nm in acetonitrile solution. Fluorescence analysis showed ligands have two excitation λ at 257 nm 365 nm with a appreciable molar absorptivity in concentration 2x10-5 M. The addition of La3+ metal lead to the fluorescence enhancement effect on the λem at 355 nm. While the addition of the Eu3+ demonstrates the effect of fluorescence quenching at the λem 340 nm. Ligand selectivity studies of the existence of ion Eu3+ and La3+ simultaneously show selective fluorescence against La3+ occurred at λex and λem 257 nm and 356 nm as well as the Eu3+ occurred at 273 nm and 341 nm respectively.
2016
S64244
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maryati
Abstrak :
Besi merupakan logam penting terutama karena perannya dalam pengangkutan oksigen (hemoglobin). MobillsasI besi membutuhkan suatu bentuk kompleks dengan molekul biologis seperti ferrltin, transferrin dan asam sltrat. Keterlibatan asam sitrat dibuktikan pada tanaman Rhizospere yang mengeiuarkan asam sitrat untuk mengekstrak besi dan pada E.coli yang mempunyai protein membran yang mampu mengenali dan mentransfer ferri-sitrat. Pada penelitian ini disintesis kompleks ferri-sitrat dengan variasi counter-ion (piridin dan 2,9 dimetil 1,10 fenantrolin atau neocuproine) dan dikarakterisasi dengan spektroskopi IR dan UV-Vis. Sintesis dilakukan dalam aquademin dengan perbandingan mol yang sama dari.ferri-nitrat, natriumsitrat dan couter-ion. Sintesis menghasilkan kristal seeding berwarna kuning kehijauan (83%) dan kristal residu berwarna coklat kekuningan (116%) f dengan counter-ion berturut-turut piridin dan neocuproine. Penentuan kadar Fe pada kristal dengan Spektroskopi Serapan Atom (SSA) menghasilkan persen berat Fe-kristal 14,16 untuk kompleks ferri-sitrat-piridin dan 7,52 untuk kompleks ferri-sitrat-neocuproine. Analisis struktur kristal dengan difraktometer sinar-X menyatakan keberadaan Fe304 dan NaNOa pada kristal residu, sementara struktur yang lain (Fe202 dan FesOis) tidak bisa disimpulkan keberadaannya dengan bank data mineral yang dipakai. Pembentukan kompleks pada spektra IR ditandai dengan pergeseran vibrasi CO karboksilat dan alkohol dari sitrat. Pergeseran vibrasi C-0 karboksilat menyebabkan jarak pisah kedua uluran C-0 makin besar sementara vibrasi C-0 alkohol bergeser ke bilangan gelombang yang lebih , rendah. Selain itu, pada kompleks muncul vibrasi ulur Fe-0 dan Fe-0H2 pada daerah 300-600 cm"\ Counter-ion yang terprotonasi menampakkan vibrasi ulur N-H pada 3400 cm"\ Spektra UV kompleks didominasi oleh serapan counter-ion dan perpindahan muatan ferri atau Fe(lll). Spektra pada daerah Visible memperlihatkan sebuah bahu pada 475 nm yang mengalami pergeseran hipsokromik ke panjang gelombang (;.) yang lebih kecil dibanding pada Fe(iil) bebas. Nilai stoikiometri kompleks yang didapat dengan titrasi perbandingan mol yaitu perbandingan mol Fe/sitrat 1,1 pada X 449,5 nm dan 490.4 nm untuk kompleks ferri-sitrat-piridin dan 1,16 pada 467,3 nm dan 1,15 pada 449,5 nm untuk kompleks ferri-sitrat-neocuproine
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library