Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ratih Rahayu
Abstrak :
Hepatitis C Virus (HCV) adalah virus yang menginfeksi hati dan menyebabkan penyakit serius dalam jangka panjang. Pengobatan saat ini menggunakan obat Direct-Acting Antiviral (DAA), namun adanya variasi genotipe dan resistensi terkait mutasi dapat menyebabkan kegagalan pengobatan, sehingga memerlukan pengembangan kandidat antivirus baru. Ekstrak daun P. betle telah dilaporkan memiliki aktivitas anti HCV. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mekanisme efek antiviral ekstrak daun P. betle terhadap HCV dan potensinya sebagai komplementer dengan telaprevir atau sofosbuvir. Aktivitas antivirus diuji menggunakan sel Huh7it-1 dan HCV genotipe 2a (JFH1a), kemudian dianalisis persentase penghambatan dengan titrasi pada kultur sel dan qRT-PCR. Efek sinergis dan antagonis dengan telaprevir atau sofosbuvir dianalisis dengan perangkat lunak CompuSyn. Analisis in silico juga dilakukan untuk memprediksi interaksi senyawa pada ekstrak daun P. betle dengan protein NS3, NS5A, dan NS5B. Ekstrak daun P. betle diketahui mampu menghambat replikasi HCV, dengan daya hambat pada semua perlakuan lebih rendah dibandingkan kontrol. Kombinasi dengan telaprevir menunjukkan efek antagonis, sedangkan kombinasi dengan sofosbuvir menunjukkan efek sinergis pada konsentrasi tinggi, tanpa menyebabkan toksisitas. Prediksi interaksi mengidentifikasi senyawa ‐fenilpropena‐3,3‐diol diasetat dan 4-Allyl-1,2-diasetoksibenzena memiliki interaksi kuat dengan protein NS5A dan NS5B. Energi ikat masing-masingnya -6,86 kkal/mol dan -6,40 kkal/mol pada NS5A, serta 6,01 kkal/mol dan -5.93 kkal/mol pada NS5B. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, ekstrak daun P. betle mampu menghambat replikasi HCV dan memiliki potensi sebagai komplementer dengan sofosbuvir pada konsentrasi tinggi. ......Hepatitis C Virus (HCV) is a virus that infects the liver and causes serious disease in the long term. Current treatment uses Direct-acting Antiviral (DAA) drugs, but the presence of genotypic variations and resistance-associated mutations cause treatment failure, thus requiring the development of new antiviral candidates. P. betle leaf extract has anti-HCV activity. This study analyzes the antiviral mechanism and its potential synergy with telaprevir or sofosbuvir. Antiviral activity was tested using Huh7it-1 cells and HCV genotype 2a (JFH1a), then the inhibitory activity was analyzed by titration on cell culture and qRT-PCR. Synergistic and antagonistic effects with telaprevir or sofosbuvir were analyzed with CompuSyn software. In silico analysis was also carried out to predict the interaction of compounds in P. betle leaf extract with NS3, NS5A, and NS5B proteins. P. betle leaf extract is known to be able to inhibit HCV replication, with virus inhibition in all treatments being lower than the control. The combination with telaprevir showed an antagonistic effect, while the combination with sofosbuvir showed a synergistic effect at high concentration without causing toxicity. Interaction prediction identified the compounds 1-phenylpropene-3,3-diol diacetate and 4-allyl-1,2- diacetoxybenzene as having strong interactions with the NS5A and NS5B proteins, with binding energies of -6.86 kcal/mol and -6 .40 kcal/mol in NS5A, and 6.01 kcal/mol and -5.93 kcal/mol in NS5B, respectively. Based on this research, we conclude that P. betle leaf extract can inhibit HCV replication and has the potential to act as a complement to sofosbuvir at high concentrations.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Atiek Soemiati
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui efek antijamur kombinasi infus daun sirih, kulit buah delima dan rimpang kunyit terhadap Candida albicans. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dilusi untuk penentuan Kadar Hambat Minimal (KHM) dan metode difusi untuk penentuan diameter zona hambatan. Hasil penentuan KHM menunjukkan bahwa infus daun sirih dan kulit buah delima mempunyai efek antijamur, sedangkan infus rimpang kunyit tidak mempunyai efek antijamur. Efek antijamur juga ditunjukkan dengan angka KHM kombinasi infus daun sirih dan infus kulit buah delima dengan perbandingan konsentrasi masing-masing 31,2 mg/ml : 7,8 mg/ml; 15,6 mg/ml: 15,6 mg/ml dan 7,8 mg/ml : 31,2 mg/ml. Efek antijamur juga ditentukan dengan mengukur zona hambatan terhadap 3 konsentrasi infus daun sirih dan 3 konsentrasi infus kulit buah delima serta 9 kombinasi keduanya. Ternyata efek antijamur kombinasi dua infus lebih besar daripada efek antijamur infus tunggalnya.
The investigation for antifungal effect of medicinal plants, combination infusion of Piper bettle leaves, Punica granatum Fructus Cortec, Curcuma domestica Rhizome. The tested demartophyta used Candida albicans. This research using dilution method to determine of minimum inhibitory concentration (MIC) and difusion method to determine zone inhibition around of disc. The results of determination of MIC showed that combination infusion Piper bettle leaves with Punica granatum Fructus Cortex against C. albicans respectively, 31,2 mg/ml : 7,8 mg/ml; 15,6 mg/ml : 15,6 mg/ml and 7,8 mg/ml : 31,2 mg/ml. The determination for zone inhibition from 3 concentration of infusion of Piper bettle leaves with 3 concentration of Punica granatum Fructus Cortex with 9 combination against C. albicans showed that combination of two infusion is the larger than the single infusion.
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2002
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bertha Lova
Abstrak :
Sirih (Piper betle Linn) merupakan tanaman obat yang digunakan dalam sediaan obat. Sifatnya sebagai bakterisid digunakan untuk mengobati ataupun mencegah penyakit infeksi. Pada penelitian ini, ekstrak kering daun sirih yang menandung senyawa fenol digunakan sebagai bahan aktif dalam sediaan ovula. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji kestabilan ovula dengan menentukan kadar fenol total menggunakan spektrofotometer selama empat minggu. Setiap ovula yang mengandung 0,9 g ekstrak kering dari infusa 5% daun sirih. Hasil penelitian menunjukkan sediaan ovula dengan konsentrasi gelatin 14% memiliki batas umur simpan 3,64 minggu dan ovula yang mengandung gelatin 20% memiliki batas umur simpan 3,30 minggu pada penyimpanan suhu dingin. Sedangkan pada penyimpanan suhu kamar ovula yang menngandung gelatin 14% memiliki batas umur simpan 2,98 minggu dan ovula yang mengandung gelatin 20% memiliki batas umur simpan 1,47 minggu.
Depok: Universitas Indonesia, 2005
S32500
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septina Suriatmini
Abstrak :
Sirih telah lama dikenal sebagai tanaman obat. Rebusan daunnya biasa digunakan sebagai antiseptik. Rebusan daun sirih dikemudian hari diharapkan dapat berkembang menjadi sediaan steril, seperti pencuci mata. Namun, ada kemungkinan proses sterilisasi menurunkan stabilitas sediaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh cara sterilisasi terhadap stabilitas rebusan daun sirih. Rebusan daun sirih disterilkan dengan cara sterilisasi uap (menggunakan otoklaf, 121°C, 15 menit) dan filtrasi. Setelah disterilkan, rebusan daun sirih disimpan selama 1 bulan pada 30, 40 dan 50°C. Pemeriksaan warna, kejernihan, pH dan kadar fenol total rebusan daun sirih dilakukan dalam interval waktu 1 minggu. Kadar fenol total rebusan daun sirih ditentukan menggunakan metode Folin-Ciocalteu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah sterilisasi uap dan filtrasi, kejernihan, pH dan kadar fenol total rebusan daun sirih tetap stabil. Namun, warna rebusan daun sirih menjadi lebih gelap setelah sterilisasi uap. Pada penyimpanan minggu pertama dan kedua, pH dan kadar fenol total mengalami penurunan, dan pada minggu ketiga mulai timbul endapan.
Depok: Universitas Indonesia, 2005
S32290
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Abstrak :
Halitosis (bad breath) is the most complained problem among mouth and teeth health. The source of halitosis are volatile sulfur compounds produced by Streptococcus mutatn from degradation of food debris. Sirih leaves (Piper betle L.) are trditionally used as mouth antiseptic for its volatile oil. The aim of this research was to formulate sirih extract into an extract with minimum inhibitory concentration (MIC) with 96% ethanol for 24 hours, resulting to an extract with minimum inhibitory concentration (MIC), on Streptococcus mutans of 8.49 x 10 g/ml. The extract with streng quadrupele of the MIC, or equel to 0.92% provide iodine, was formulate using 2 factorial design. Corn starch, hydroxypropyl methycellulose (HPMC) and sorbitol were independent variables and drying time ,moisture, film hicknes, desintegrating time, and film streng were the dependent ones.The results showed that HPMC significantly fastened the drying time, decreased the moisture, and lengthened the desintegrating time. Sorbitol significantly fastened he drying time, increased the moisture, and strengthened the film, while corn stach decreased the moisture and lengthened the disintegrating time. Optimation of the formula ingredients using contour plot superimposed cannot be determinetd due to edible film disintegrating time that was out of comparative interval.
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Elizabeth Melina
Abstrak :
ABSTRACT
Infeksi nosokomial dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas pasien, bahkan dapat berujung pada kematian. Salah satu organisme penyebab infeksi nosokomial adalah Staphylococcus epidermidis. Kasus resistensi S. Epidermidis terhadap antibiotik pun meningkat sehingga dibutuhkan terapi alternatif. Efek antibakteri dapat diperoleh dari ekstrak tanaman, salah satunya ekstrak daun sirih Piper betle L. . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak daun Piper betle L. terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis. Lima konsentrasi ekstrak daun Piper betle L. 62,5 mg/mL, 125 mg/mL, 250 mg/mL, 500 mg/mL, 1000 mg/mL diuji potensi antibakteri secara in vitro dengan metode difusi cara sumuran, kemudian dibandingkan dengan siprofloksasin 5?g sebagai kontrol positif dan akuades sebagai kontrol negatif. Sesuai standar Clinical Laboratory and Standards Institute, zona hambat siprofloksasin pada Staphylococcus epidermidis menunjukkan hasil susceptible pada diameter ge;21 mm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun Piper betle L. memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis pada seluruh konsentrasi di atas diameter zona hambat ge;21 mm.
ABSTRACT
Nosocomial infection can increase morbidity and mortality of a patient, even lead to death. One of the causing organism is Staphylococcus epidermidis. Resistance of S. Epidermidis to various antibiotics is increasing so alternative therapy is needed. Antibacterial effect can be obtained from plant extracts, one of which is extract of Piper betle L. leaf. The purpose of this research is to know the antibacterial activity of extract of Piper betle L. leaf against Staphylococcus epidermidis. Five concentrations of Piper betle L. extract 62,5 mg mL, 125 mg mL, 250 mg mL, 500 mg mL, 1000 mg mL were tested in vitro using agar well diffusion method for antibacterial potency compared to ciprofloxacin 5 g as positive control and aquadest as negative control. According to the standard from Clinical Laboratory and Standards Institute, the ciprofloxacin is susceptible for Staphylococcus epidermidis if it has inhibiton zone diameter ge 21 mm. The result of this research shows that the extract of Piper betle L. leaf has antibacterial activity against Staphylococcus epidermidis in all concentrations tested with inhibiton zone diameters ge 21 mm.
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Maisari
Abstrak :
Penelitian bertujuan untuk mengetahui potensi hepatoprotektif infus simplisia sirih merah pada dosis 2,4%, 4,8% dan 9,6% b/v terhadap histologi hati Mus musculus L. jantan galur DDY. Dua puluh lima ekor mencit dibagi secara acak dalam 5 kelompok, yang terdiri dari kelompok kontrol normal, kelompok kontrol perlakuan, dan tiga kelompok perlakuan. Kelompok kontrol normal dan kelompok kontrol perlakuan diberi akuades selama 7 hari. Tiga kelompok perlakuan diberi infuse simplisia sirih merah dengan dosis masing-masing 2,4%, 4,8% dan 9,6% b/v selama 7 hari berturut-turut. Kelompok kontrol perlakuan dan tiga kelompok perlakuan diinduksi karbon tetraklorida pada waktu 2 jam setelah pemberian akuades atau infus terakhir. Hasil uji anava 1-faktor menunjukkan adanya pengaruh hepatoprotektif terhadap diameter rata-rata vena sentralis, tetapi tidak berpengaruh terhadap berat basah organ hati. Data persentase derajat kerusakan lobulus hati juga menunjukkan adanya perbedaan tiap kelompok perlakuan. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa infus daun sirih merah dosis 2,4% berpotensi sebagai hepatoprotektif.
Depok: Universitas Indonesia, 2010
S31585
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jerrie Syauqi Hartinta
Abstrak :
Latar belakang: Kanker kolon merupakan kanker dengan tingkat prevalensi yang tinggi dan menempati urutan ketiga dari kanker yang paling mematikan di seluruh dunia. Tatalaksana kanker kolon sejauh ini memberikan efek samping yang besar dan memerlukan biaya yang tinggi. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa ekstrak tanaman dapat berfungsi sebagai antikanker, salah satunya adalah daun sirih (Piper betle). Metode: Serbuk daun sirih dimaserasi dengan menggunakan 3 macam pelarut, yaitu etanol, etil asetat, dan n-heksana sehingga diperoleh masing-masing ekstrak etanol, ekstrak etil asetat, dan ekstrak n-heksana daun sirih. Uji fitokimia, kadar total flavonoid dan total fenol, serta kromatografi lapis tipis (KLT) dilakukan untuk mengetahui kandungan fitokimia ekstrak daun sirih. Uji aktivitas antioksidan ekstrak daun sirih dilakukan dengan metode DPPH, sedangkan aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker kolon HT-29 diketahui melalui uji MTT. Hasil: Ekstrak daun sirih memiliki komponen senyawa fitokimia, yaitu glikosida, alkaloid, triterpenoid, tanin, dan flavonoid. Kadar total flavonoid dan total fenol paling tinggi dimiliki oleh ekstrak etanol. Uji KLT dengan penampak noda lampu UV dan pewarnaan ninhidrin menunjukkan bahwa ekstrak daun sirih memiliki 14 komponen senyawa fitokimia. Ketiga jenis ekstrak daun sirih menunjukkan aktivitas antioksidan yang sangat kuat terhadap DPPH dengan nilai IC50 berkisar antara 14,20-25,78 μg/mL. Aktivitas sitotoksik ekstrak etanol daun sirih terhadap sel HT-29 termasuk kategori aktif (IC50 = 82,46 μg/mL), sedangkan ekstrak etil asetat dan ekstrak n-heksana termasuk kategori cukup aktif dengan nilai IC50 masing-masing adalah 115,29 μg/mL dan 105,30 μg/mL. Kesimpulan: Ekstrak daun sirih memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi salah satu agen terapeutik dalam tatalaksana kanker kolon. ......Introduction: Colon cancer is a cancer with high prevalence rate and ranks third of the deadliest cancers worldwide. Treatment of colon cancer so far has had major side effects for patients and requires high treatment costs. Various studies have shown that plant extracts can function as anticancer, such as betel leaf (Piper betle). Method: Betel leaf powder was macerated using 3 kinds of solvents, namely ethanol, ethyl acetate, and n-hexane to form betel leaf extract. Phytochemical tests, total flavonoid and phenol levels, along with thin layer chromatography (TLC) were used to determine the phytochemical compounds. The antioxidant activity of betel leaf extract was tested with the DPPH method, while the cytotoxic activity against HT-29 cells was determined by the MTT assay. Result: Betel leaf extract contains phytochemical compounds, namely glycosides, alkaloids, triterpenoids, tannins, and flavonoids. The highest levels of total flavonoids and phenol was in the ethanol extract. TLC test with UV lamp stains and ninhydrin staining showed that the betel leaf extract had 14 components of phytochemical compounds. The three types of betel leaf extract showed a very strong antioxidant activity against DPPH with IC50 values ​​ranging from 14.20-25.78 μg/mL. Cytotoxic activity of betel leaf ethanol extract against HT-29 cells was categorized as active (IC50 = 82.46 μg/mL), while ethyl acetate and n-hexane extracts were categorized as moderately active with IC50 values ​​of 115.29 μg/mL and 105.30 μg/mL. Conclusion: Betel leaf extract has the potential to be developed as a therapeutic agent in the treatment of colon cancer.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>