Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Berger, Bill D.
Tulsa, Oklahoma: The Petroleum Publishing, 1979
622.39 BER b I
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Berger, Bill D.
Tulsa, Oklahoma: PennWell Publishing, 1980
622.39 BER g III
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Andre Ponco Rachmadi
Abstrak :
Daerah Kalimantan Timur meskipun memiliki sumber gas bumi dalam jumlah yang besar, penggunaan gas bumi dalam sektor kelistrikan belumlah optimal. Dari kapasitas listrik terpasang sebesar 1.000 MW, sebanyak 510 MW atau lebih dari 50% nya dihasilkan dari PLTD. Minimnya jaringan infrastruktur pipa gas merupakan salah satu penyebab utama hal ini. Salah satu opsi untuk distribusi gas adalah dalam bentuk LNG dimana LNG disuplai dari Bontang, dan distribusi LNG dalam jumlah kecil bisa dilakukan dengan LNG Trucking. Tesis ini mengkaji kelayakan LNG Trucking di Kalimantan Timur yang diwakili 3 Cluster: Sangatta dengan jarak pengiriman sampai dengan 90 km, Samarinda dengan jarak pengiriman sampai dengan 130 km dan Balikpapan dengan jarak pengiriman sampai dengan 240 km dengan masing-masing Cluster terdapat 6 titik lokasi pengiriman dengan kebutuhan gas hasil regasifikasi LNG di tiap lokasi pengiriman adalah 0,2 MMSCFD. Dari perhitungan didapatkan hasil LNG Trucking yang paling optimal adalah dengan menggunakan isotank LNG 20 m3 dengan material insulasi perlite menggunakan metode pengiriman milk and run. Hasil optimal perhitungan IRR, NPV dan PBP LNG Trucking adalah: 81%, USD 3.304.000, dan 2,7 tahun untuk Cluster Sangatta, 74,8%, USD 3.082.000 dan 2,57 tahun untuk Cluster Samarinda dan 57%, USD 2.429.670 dan 3,95 tahun untuk Cluster Balikpapan. Harga ICP minimum dan slope harga LNG terhadap ICP maksimum agar LNG Trucking masih layak adalah: USD 40/bbl dan 12,50% untuk Cluster Sangatta, USD 43/bbl dan 12,40% untuk Cluster Samarinda dan USD 50/bbl dan 12% untuk Cluster Balikpapan.
Although East Borneo has a lot of gas reserves, the domestic utilizations are far from optimum. From the 1000 MW installed electrical capacity, 510 MW or more than 50% are generated from petroleum fuel based power plant. Insufficient gas pipeline infrastructure is one of the main cause. One option to distribute the gas is to transport it in its liquid form (LNG) where the LNG can be supplied from Bontang, and distribution in small volume can be carried with LNG Trucking. This study analyze LNG Trucking feasibility in East Borneo represented by 3 Clusters: Sangatta, with delivery distance up to 90 km, Samarinda with delivery distance up tp 130 km and Balikpapan with delivery distance up to 240 km, each Cluster will have 6 delivery points and each delivery points will require 0,2 MMSCFD of natural gas of regasified LNG. From the analysis result we can get the most optimum option for LNG Trucking is using LNG isotank 20 m3 capacity using perlite as isotank insulator and using milk and run delivery method. The optimum result of IRR, NPV and PBP of LNG Trucking are: 81%, USD 3.304.000, and 2,7 years for Cluster Sangatta, 74,8%, USD 3.082.000 and 2,57 years for Cluster Samarinda dan 57%, USD 2.429.670 and 3,95 years for Cluster Balikpapan. Minimum ICP value and maximum LNG price slope over ICP are: USD 40/bbl and 12,50% for Cluster Sangatta, USD 43/bbl and 12,40% for Cluster Samarinda and USD 50/bbl and 12% for Cluster Balikpapan.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T50387
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisfi Roisatul Mubarokah
Abstrak :
Skripsi ini membahas tentang upaya Pakistan memperluas pengaruh melalui kerjasama pembangunan pipa gas trans-Pakistan. Argumen dari penelitian ini adalah bahwa keterlibatan Pakistan dalam pembangunan pipa gas trans-Pakistan sebagai infrastruktur perdagangan gas antar negara merupakan salah satu upaya Pakistan untuk meningkatkan pengaruh. Dengan menggunakan teori dari Robert O. Koehane dan Joseph Nye tentang interdependensi, penelitian ini menemukan bahwa kerjasama perdagangan gas IPI dan TAPI akan meningkatkan pengaruh Pakistan dalam politik Internasional. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan studi literatur. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan analisis kesalingtergantungan, kerjasama perdagangan ini akan menimbulkan hubungan saling bergantung antar negara yang terlibat walaupun tidak sepenuhnya setara atau dengan kata lain asimetris. Dalam hubungan interdependensi, negara-negara yang terlibat harus menjaga situasi kondusif terutama agar tidak memicu Pakistan untuk menjadikan pipa sebagai sasaran disrupsi karena apabila hal tersebut terjadi dampaknya akan sangat mahal. Kemampuan melakukan disrupsi perdagangan merupakan salah satu instrumen negara yang bisa digunakan untuk memperluas pengaruh karena mampu membentuk perilaku negara-negara yang terlibat. Oleh karena itu, pembangunan pipa gas trans-Pakistan untuk memfasilitasi perdagangan gas adalah salah satu upaya Pakistan untuk meningkatkan pengaruh guna mengatasi permasalahan geopolitiknya yang rumit. ...... This thesis talks about Pakistans effort to increase its influence through cooperation in building trans Pakistan gas pipelines. This thesis argues that the involvement of Pakistan in the construction of trans Pakistan gas pipeline as inter state gas trade infrastructure is one of Pakistans way to increase its leverage. By using Robert O. Koehane and Joseph Nye theory about interdependency, this research found that cooperation in gas trade like IPI and TAPI will increase Pakists influence in international politics. This research uses quantitative method and collect data from literature and news sources. Based on interdependency analysis, it is found that trade cooperation will likely make interdependent relations between involved countries, even though not evenly just or in the other word asymetrical. In this kind of interdependency, the involved countries should keep the situation conducive to Pakistan as the less dependent actor so that it wont disrupt the pipeline because the effect will be costly. Ability to disrupt trade is one of national instruments which can be used to widen leverage because it can form involved countries attitude. Hence, the construction of trans Pakistan gas pipeline to suport gas trading is a means to widen Pakistans leverage in order to deal with its geopolitical insecurity.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vani Arliani
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan di PT X, yang memiliki proyek pipa gas di Indonesia. Proses desain pipa gas merupakan desain khusus yang cukup kompleks ditinjau dari segi teknis, karena karakteristik gas dan penggunaan gas akan menentukan filosofi desain pipa gas tersebut. Tahap perencanaan merupakan faktor penting yang menentukan kualitas desain pipa gas. Selain faktor kualitas, faktor estimasi waktu perencanaan harus meimiliki tingkat akurasi yang baik karena terdapat batasan waktu kapan suatu pipa gas harus mulai dapat beroperasi. Oleh karena itu, penelitian ini akan mengulas mengenai penentuan penilaian kinerja konsultan perencana yang baik.
This research was conducted at PT. X, which has many gas pipeline project in Indonesia. Gas pipeline project has the specific and high complexity technical design, because of the gas design philosphy are depend on gas characteristics and gas utilization. Technical design is the main factor that influence the project quality. Meanwhile, the project time performance also has an important role because of time constraint when the gas field should start to operate. Select a design consultant with sufficient performance will be needed and this research will focus on it.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T42632
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Windy Hapsari Oktafianti
Abstrak :
Melimpahnya cadangan gas bumi Indonesia merupakan peluang bagi optimasi pemanfaatan gas bumi sebagai modal pembangunan bangsa dan peningkatan kesejahteraan rakyat dari sektor energi. Namun peluang ini juga dihadapkan pada tantangan yang tidak mudah. Minimnya infrastruktur jaringan pipa, merupakan salah satu tantangan utama yang harus dapat dipecahkan dalam mengoptimalkan pemanfaatan gas bumi. Semakin tingginya harga minyak dunia saat ini pun menjadi dorongan kuat bagi peningkatan peranan gas bumi sebagai substitusi BBM yang dapat menjadi modal pembangunan keunggulan daya saing nasional dan ketahanan energi. Untuk mendorong pengembangan jaringan infrastruktur serta menciptakan iklim investasi dan persaingan usaha yang sehat dalam industri gas bumi nasional, pemerintah kemudian mengeluarkan kebijakan pemanfaatan bersama (open access) jaringan pipa transmisi dan distribusi gas bumi. Namun sejak ditetapkan hingga saat ini, open access jaringan pipa gas bumi baru dapat terlaksana pada jaringan pipa transmisi saja, sedangkan pada jaringan pipa distribusi, kebijakan ini belum dapat diterapkan. Belajar dari negara yang telah menerapkan kebijakan open access, ditemukan bahwa pelaksanaan kebijakan ini tidak dapat diterapkan dengan serta merta, tetapi memerlukan kondisi prasyarat yang harus dipenuhi terlebih dahulu. Kondisi Indonesia saat ini masih dalam proses pembangunan dan pemenuhan kondisi prasyarat tersebut. ......The abundance of natural gas reserves of Indonesia is an opportunity for optimization of the utilization of natural gas as the nation's capital construction and improvement of public welfare of the energy sector. However, these opportunities are also faced with challenges that are not easy. The lack of pipeline infrastructure, is one of the major challenges that must be solved in order to optimize the utilization of natural gas. Increasingly high oil prices is now also become a strong impetus for the enhancement of the role of natural gas as a fuel substitute that can be a capital construction of excellence national competitiveness and energi security. To encourage the development of network infrastructure and strengthening the investment climate and fair competition in the gas industri nationwide, the government issued a policy of open access to natural gas transmission and distribution pipelines. But since assigned, open access can only be implemented in the course of transmission pipelines, while in the distribution pipeline network, this policy can not be implemented. Learn from countries that have implemented open access policy, it was found that the implementation of open access policies can not be implemented immediately, but requires a prerequisite condition that must be met first. Indonesia's current condition is still in the process of development and the fulfillment of the conditions precedent
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T43681
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Delvia Jessica
Abstrak :
Proyek pembangunan infrastruktur transmisi gas bumi tidak lepas dari risiko dan bahaya untuk pekerjaan proyek tersebut. Ini adalah proyek pemasangan pipa bawah laut dari sebuah Lapangan X ke fasilitas darat di Lokasi Y. Proyek ini dilakukan antara dua pulau dengan jarak 200 kilometer dengan menggunakan pipa 14 inchi. Identifikasi risiko dan bahaya terkait dengan pemasangan pipa dari Lapangan X menuju Lokasi Y menggunakan Process Hazard Assessment (PHA) dengan metode HAZOP dan HAZID yang dilakukan oleh perusahaan. Hasil dari HAZOP dan HAZID tersebut kemudian diolah oleh peneliti untuk dilakukan penilaian lebih lanjut menggunakan metode Layer of Protection (LOPA) dengan mengimplementasikan pendekatan level Inherently Safer Design (ISD). Pendekatan level ISD dilakukan melalui empat skenario untuk menentukan level ISD dan skenario yang paling sesuai dan efisien secara ekonomi. Skenario tersebut terdiri dari empat pemodelan; Initiate Condition, Severity Reduced Condition, Likelihood Reduced Condition, Passive Safeguard Applied Condition. Hasil dari masing-masing skenario tersebut kemudian direpresentasikan melalui level SIL yang diperoleh dari metode LOPA. Dari hasil tersebut dilakukan justifikasi Benefit and Cost Analysis untuk melihat skenario mana yang paling sesuai dan efisien secara ekonomi yang dapat menjadi rekomendasi bagi perusahaan. Passive Safeguard Applied Condition memiliki hasil SIL 1 dan Benefit to Cost Ratio yang paling sesuai sebesar 2.69 di lokasi HIPPS dan 12.77 di lokasi PAHH on CPP.
Natural Gas Transmission Infrastructure Development cannot be separated from risks and hazards related to the project it self. This is a pipeline installation project from Gas Field X to Onshore Receiving Facility Y. This project located between two islands with range 200km using 14 inch pipe. Risk and hazard identification for this project using Process Hazard Assessment (PHA) with HAZOP and HAZID methodology which has been done by Company. The result from HAZOP and HAZID has further development with Layer of Protection (LOPA) methodology with ISD level approach implementation. ISD level approach implementation done by four option scenario to determine the ISD level and most efficient and effective scenario in terms of economical. The scenarios such as: Initiate Condition, Severity Reduced Condition, Likelihood Reduced Condition, Passive Safeguard Applied Condition. Each scenario will result a SIL level from LOPA Methodology. Then the result will be justified through benefit and cost analysis calculation to determine the best option for company. Passive Safeguard Applied Condition has result SIL 1 and the most appropriate Benefitt to Cost Ratio 2.69 on HIPPS and 12.77 on PAHH.
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T45665
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mariana Bariyyah
Abstrak :
Selama masa operasional pada jaringan pipa transmisi gas banyak ditemukan potensial hazard yang dapat mengakibatkan kegagalan pipa. Perusahaan operator pipa perlu melakukan analisa risiko dengan mengidentifikasi hazard, menentukan parameter probabilitas (PoF) dan konsekuensi kegagalan (CoF) pipa serta melakukan perhitungan risiko qualitative sehingga dapat mengetahui profil risiko sepanjang pipa dan akibatnya terhadap orang, lingkungan, aset, serta reputasi pada perusahaan. Berdasarkan tingkat risiko yang dihasilkan operator pipa dapat menetukan mitigasi dan rekomendasi yang diperlukan untuk mengurangi risiko pada pipa onshore berupa strategi inspeksi, pemeliharaan dan perbaikan terkait dengan ancaman dampak mekanikal, korosi internal, dan korosi eksternal. Perhitungan analisa risiko menyatakan bahwa 87% segmen pipa berada pada tingkat risiko rendah dan 13% segmen pipa berada pada tingkat risiko menengah. Analisa fitness for service (FFS) yang dilakukan pada pipa tersebut menyatakan bahwa pipa tersebut masih layak dan aman beroperasi pada tekanan MAOP.
During the operational period of gas transmission pipelines are found a potential hazard that could result in pipeline failure. Pipeline operator companies need to do a risk analysis to identify hazards, determine the parameters of probability and consequences of pipeline failure and conduct qualitative risk analysis due to know the risk profile along the pipe and the failure consequence for people, environment, assets and company reputation. Based on the risk level, pipeline operator can determine the mitigation and recommendations to reduce risk in the form of strategic onshore pipeline inspection, maintenance and repairs related to the mechanical impact threats, internal corrosion and external corrosion. Calculation of the risk analysis states that 87% of the pipeline segments are at low risk and 13% of the pipelines are at intermediate risk. Analysis of fitness for service (FFS) conducted in the pipeline is stated that the pipeline is feasible and safe to operate at MAOP pressure.
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T30585
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzan Rahman
Abstrak :
[;Gas alam merupakan barang publik yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sehari-hari dan bisa terjangkau oleh masyrakat. Oleh karena itu PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk sebagai BUMN ditugaskan oleh kementrian ESDM untuk mendistribusikan gas alam tersebut ke masyarakat. Untuk saat ini PGN baru saja mendistribusikan gas alam tersebut ke Rusunawaawa Marunda untuk memenuhi kebutuhan masyarakat disana akan gas yang lebih murah. Namun pemugaran yang dilakukan membutuhkan biaya investasi yang besar. Metode yang digunakan adalah analisis neraca keuangan perusahaan, analisis kelayakan ekonomi dengan ekonomi teknik, dan analisis sensitivitas. Dari metode tersebut akan muncul beberapa indikator kelayakan untuk proyek investasi pemugaran jaringan pipa gas ini. Hasil dari penelitian ini adalah mengetahui indikator kelayakan dari pemugaran jaringan gas juga dan mengetahui bagaimana dampak dari perubahan faktor dominan terhadap kelayakan investasi tersebut.
Natural gas is public goods which is needed by society to fulfill their daily needs and it is also reachable for the society. Therefore, PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk as State Owned Enterprises is commissioned by Ministry of Energy and Mineral Resources for distributing those natural gas to the society. At this time, PGN already distribute those natural gas to Marunda Rusunawa’s society in order to fill up their needs of cheaper gas. However, conducting the restoration requires large investment costs. Method that is used in this paper are analysis of company’s balance sheet, analysis of economic eligibility with economic techniques, and also sensitivity economic. Using those methods will emerge several indicators for restoration investment project of this gas pipe. The results of this research are understanding the indicators eligibility of gas pipeline restoration and also understanding how the impacts of changes in dominant factor to this eligibility investment. The feasibility in terms of Marunda Rusunawa’s society as customers and company as a company., Gas alam merupakan barang publik yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sehari-hari dan bisa terjangkau oleh masyrakat. Oleh karena itu PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk sebagai BUMN ditugaskan oleh kementrian ESDM untuk mendistribusikan gas alam tersebut ke masyarakat. Untuk saat ini PGN baru saja mendistribusikan gas alam tersebut ke Rusunawaawa Marunda untuk memenuhi kebutuhan masyarakat disana akan gas yang lebih murah. Namun pemugaran yang dilakukan membutuhkan biaya investasi yang besar. Metode yang digunakan adalah analisis neraca keuangan perusahaan, analisis kelayakan ekonomi dengan ekonomi teknik, dan analisis sensitivitas. Dari metode tersebut akan muncul beberapa indikator kelayakan untuk proyek investasi pemugaran jaringan pipa gas ini. Hasil dari penelitian ini adalah mengetahui indikator kelayakan dari pemugaran jaringan gas juga dan mengetahui bagaimana dampak dari perubahan faktor dominan terhadap kelayakan investasi tersebut.
Natural gas is public goods which is needed by society to fulfill their daily needs and it is also reachable for the society. Therefore, PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk as State Owned Enterprises is commissioned by Ministry of Energy and Mineral Resources for distributing those natural gas to the society. At this time, PGN already distribute those natural gas to Marunda Rusunawa’s society in order to fill up their needs of cheaper gas. However, conducting the restoration requires large investment costs. Method that is used in this paper are analysis of company’s balance sheet, analysis of economic eligibility with economic techniques, and also sensitivity economic. Using those methods will emerge several indicators for restoration investment project of this gas pipe. The results of this research are understanding the indicators eligibility of gas pipeline restoration and also understanding how the impacts of changes in dominant factor to this eligibility investment. The feasibility in terms of Marunda Rusunawa’s society as customers and company as a company.]
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S58073
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cha, Young Hoon
Abstrak :
Since 1990s, the global trend of natural gas market is to transform the market into a competitive market through open access system, which has been operated as a natural monopolistic market by public corporations. Indonesia and South Korea have fundamental difference in their status in the gas industry, where Indonesia as the largest producer and exporter of LNG, while South Korea is one of the biggest LNG importer. Yet, both Indonesia and South Korea have a common point in that both countries practicing natural monopoly. In this respect, this study aims to elucidate which regulatory model of competition is most appropriate for Indonesia and South Korea. In order to achieve the purpose of this study effectively, the thesis explores the laws and regulations regarding pipeline gas transportation business competition along with the practice and implementation in Indonesia and South Korea. Ultimately Indonesia should adopt third party open access in order to make Indonesian natural gas industry into competitive market, but gradually. South Korea also need steps forward to open access system through enhanced non discriminatory access to gas supply facilities allowing the transaction of direct import quantity deregulation of wholesale business requirements and the elimination of monopoly on the retail business area.
Sejak tahun 1990an, tren pasar gas bumi dunia adalah mengubah pasar menjadi pasar yang kompetitif melalui sistem akses terbuka, yang sebelumnya dioperasikan sebagai pasar monopoli alami oleh perusahaan publik. Indonesia dan Korea Selatan memiliki perbedaan mendasar dalam status mereka di industri gas, dimana Indonesia sebagai salah satu penghasil dan pengekspor LNG terbesar di dunia, sementara Korea Selatan adalah salah satu pengimpor LNG terbesar. Namun, kedua negara memiliki kesamaan dalam bisnis transportasi gas melalui pipa yaitu pasar didominasi oleh perusahaan publik. Dalam hal ini, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan model peraturan persaingan yang paling tepat untuk Indonesia dan Korea Selatan. Untuk mencapai tujuan penelitian ini secara efektif, skripsi ini mengeksplorasi peraturan perundang-undangan mengenai persaingan usaha pengangkutan gas melalui pipa seiring dengan praktek dan pelaksanaan di Indonesia dan Korea Selatan. Pada akhirnya Indonesia harus mengadopsi sistem akses terbuka pihak ketiga untuk membuat industri gas bumi di Indonesia sebagai pasar yang kompetitif, namun secara bertahap. Korea juga perlu langkah maju ke sistem akses terbuka melalui: peningkatan akses non-diskriminatif terhadap fasilitas pasokan gas; memungkinkan transaksi jumlah impor langsung; deregulasi persyaratan bisnis grosir; dan penghapusan monopoli di bidang bisnis ritel.
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S67991
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>