Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Annisaa Aprilia Puspitasari
"Suatu ruang sosial terbentuk karena adanya tindakan sosial secara individual maupun beramai-ramai. Tindakan sosial ini kemudian berkontribusi dalam pemberian makna pada suatu ruang spasial dengan konteks penghidupan dan pemberian warna pada ruang dengan aktivitasnya. Produksi ruang merupakan sebuah ruang sebagai produk sosial yang kompleks melalui persepsi lingkungan yang dibangun atas dasar jaringan dengan berbagai aktivitas sosial seperti hidup secara pribadi, pekerjaan, dan waktu yang luang (Lefebvre, 1991). Third place atau ruang ketiga dimanfaatkan sebagai tempat untuk melepaskan stres, membuang rasa penat, atau mengalihkan pikiran-pikiran agar mental dan fisik terasa lebih segar dari sebelumnya. Dalam proses produksi ruang sosial sebagai ruang ketiga, terdapat pelaku dalam ruang yang mendominasi sebagai pembentuk ruang sehingga terdapat sebuah interaksi sosial di dalamnya. Kawasan Dukuh Atas sebagai tempat berlangsungnya fenomena ini merupakan kawasan perkantoran atau tempat melakukan transit transportasi umum yang dialihfungsikan oleh remaja-remaja pinggiran kota karena fasilitas penunjang yang mendukung aktivitas mereka. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembentukan ruang baik secara spasial maupun sosial yang tercipta selama berlangsungnya Citayam Fashion Week dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dan menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi ruang yang terbentuk mengakibatkan pergeseran guna ruang akibat pemanfaatan ruang yang baru tidak seperti sebelumnya. Ruang publik pada tempat berlangsungnya fenomena Citayam Fashion Week memenuhi karakteristik dari ruang ketiga.
A social space is formed because of social action individually or in groups. This social action then contributes to giving meaning to a spatial space with the context of life and giving color to space with its activities. Production of space is a space as a complex social product through the perception of the environment which is built on the basis of networks with various social activities such as private life, work, and leisure (Lefebvre, 1991). Third place is used as a place to release stress, get rid of fatigue, or divert thoughts so that mentally and physically feel fresher than before. With the production process of social space as a third space, there are actors in space who dominate as shapers of space so that there is a social interaction in it. The Dukuh Atas area as the place where this phenomenon takes place is an office area or a place for public transportation transit which is converted by suburban youth because of the supporting facilities that support their activities. Therefore, this study aims to determine the spatial and social formation process created during Citayam Fashion Week using qualitative research methods and using descriptive analysis. The results of the study show that the production of space that is formed results in a shift in the use of space due to the new use of space that is not like before. The public space where the Citayam Fashion Week phenomenon takes place fulfills the characteristics of the third space."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Indah Kusumawati
"Perilaku gizi seimbang merupakan praktik pemberian aneka ragam makanan balita dengan menyertakan prinsip perilaku hidup bersih, aktifitas fisik dan mempertahankan berat badan normal. Penerapan perilaku gizi seimbang pada ibu diharap mampu mempercepat perbaikan gizi masyarakat Kemenkes,2014. Kejadian balita malnutrisi masih menjadi masalah prioritas pada negara berkembang seperti Indonesia. Provinsi Banten memiliki angka balita kurus 7.3 melebihi angka nasional 6.8.
Tujuan penelitian menilai hubungan antara perilaku gizi seimbang dengan status gizi balita di kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang Provinsi Banten. Penelitian menggunakan desain studi cross sectional melibatkan 200 sampel ibu yang memiliki balita. Perilaku ibu diukur dengan 17 pertanyaan tentang perilaku gizi seimbang menggunakan kuesioner. Status gizi balita dinilai berdasarkan nilai z-score perbandingan berat badan dan tinggi badan BB/TB.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi ibu dengan perilaku gizi seimbang buruk mencapai 34.5 dan prevalensi balita kurus dan sangat kurus 13.5 diatas rata-rata nasional 12.1. Hasil uji bivariat menunjukan hubungan antara perilaku gizi seimbang, pengetahuan gizi seimbang ibu, umur balita, riwayat imunisasi dan riwayat BBLR dengan status gizi balita. Hasil uji multivariat menemukan adanya hubungan perilaku gizi seimbang dengan status gizi balita setelah dikontrol variabel status ekonomi keluarga dengan nilai OR 3.2. Berdasarkan hal tersebut perlu adanya upaya promosi kesehatan masyarakat mengenai gizi seimbang untuk mempercepat peningkatan perilaku ibu guna mereduksi prevalensi balita kurus di area kerja Puskesmas Tegal Angus.
Nutrition balanced behaviour is the practice of giving dietary diversity byincluding principles of clean living behavior, physical activity and maintaining normal weight. The Implementation of balanced nutritional behavior is expected to be able to improve the nutritional of the community Ministry of Health, 2014. The incidence of children malnutrition is still priority issue in developing countries such as in Indonesia. The prevalence of wasted of under five children was 7.3 higher than national number 6.8. The objective of the study was to assess the relationship between nutrition balanced behavior and nutritional status of under five years children in Teluknaga Subdistrict, Tangerang district. The study used a cross sectional study design involving 200 samples of mother with under five children. Maternal behavior was measured by 17 questions about nutritional balanced behavior using a questionaire. The nutritional status of under five children assessed based on Z score ratio of body weight for heightZ Score WHZ. The results showed that the proportion of mother with low nutrition balanced behavior reached 34.5 and the prevalence of wasting and severaly wasting 13.5 above the national average 12.1. The result of bivariate test shows the significant correlation between balanced nutririon behavior, maternal knowledge of nutrition balanced, children ages, immunization history and history of low birth weight with nutritional status of under five children. Multivariate test result after controlled variabel economic status found a relationship of nutritional balanced behavior with nutritional status of under five children with the value of OR 3.2. Based on that, its necessary to promote health promotion on balanced nutrition to accelerate the improvement of mother behavior to reduce the prevalence of wasting in the work area."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T51034
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library