Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 24 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Brink, Randall
London: Bloomsbury, 1994
629.130 BRO l (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Turner, Dick
Saanichton: Hancock House, 1976
971.930 3 TUR w (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Thomas, Kas
New York: McGraw-Hill, 1981
629.1346 THO p (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
New York: F. Watts, 1961
629.131 EAR (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Higgins, Jack
New York: A Signet Book, 1985
823.914 HIG l
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Kholidah Hanum
"LATAR BELAKANG: Para penerbang helikopter yang terpajan terhadap bising intensitas tinggi dalam jangka tertentu dan beberapa faktor lainnya meningkatkan risiko tuli akibat bising (TAB). TAB dapat menyebabkan kecelakaan. Oleh karena itu perlu diteliti faktor-faktor risiko yang berkaitan dengan TAB.
METODE: Desain penelitian adalah nested case-control. Data diekstrak dari rekam medik penerbang helikopter TNI AU yang melaksanakan indoktrinasi latihan aerfisiologi (ILA) di Lakespra Saryanto Jakarta tahun 1980 sampai Maret 2004. Kasus ialah penerbang dengan gambaran audiogram terdapat takik pada intensitas 40 dB atau lebih pada frekuensi 4000 Hertz pada salah satu atau dua telinga. Seorang kasus dipadankan dengan dua orang kontrol (yang tidak menderita TAB sampai tahun 2004) menurut tahun kasus didiagnosis.
HASIL: Rekam medik yang tersedia sebanyak 187. Kasus yang diperoleh sebanyak 32 orang, dan 64 orang kontrol. TAB berkaitan dengan total jam terbang, masa kerja, dan tekanan darah. Subjek dengan total jam terbang 500 jam atau lebih mempunyai risiko TAB hampir 2,5 kali lipat (95% interval kepercayaan (CI) = 0,66-9,29; p=0,180). Jika dilihat dui masa kerja, subjek dengan masa kerja 11-24 tahun mempunyai risiko TAB sebesar 2,7 !tali Iipat (rasio odds suaian = 2,71; 95% CI = 0,90-8,10; p=0,075). Sedangkan subjek dengan prahipertensi dan hipertensi stage 1 mempunyai kecenderungan kenaikan moderat risiko TAB.
KESIMPULAN: TAB berkaitan dengan total jam terbang, masa kerja, dan tekanan darah.

Risk Factors Related To Noise Induced Hearing Loss Among Indonesian Air Force Helicopter PilotsBACKGROUND: Helicopter pilots exposed to high intensity noise for a given period and other risk factors had increased risk to be noise induced hearing loss (NIEL). Therefore, it is beneficial to study several risk factors related to NIHL.
METHODS: This study was a nested case-control. Data was extracted from available medical records among helicopter pilots who performed aerophysiology training indoctrination (ILA) during 1980 through March 2004 at Lakespra Saryanto. Case was a subject who had audiogram with a notch at 40 dB or more and at 4000 Hertz on one site or bilateral ears. A case was matched by 2 controls free from NTHL up to 2004 by the year of respective case was diagnosed.
RESULTS: There were 187 medical records available for this study. A number of 32 cases and 64 controls were identified. The final model reveals that NIHL was related to total duration of works, flight hours, and blood pressure. Those who had 500 hours or more than less 500 hours had moderate increased risk for 2.5 to be NIHL [95% confidence intervals (CI) 0.66-9.29; p=0.180]. Those who had total duration works 11-24 years had a moderate increased to be NIHL for 2.7 times (adjusted OR = 2.71; 95% CI=0.90-8.10; p=0.075). Furthermore, prehypertension and hypertension stage I subjects than normal blood pressure had moderate trend increased risk to be NIHL.
CONCLUSION: Total flight hours for 500 hours or more, total duration works 11-24 years, or prehypertension and hypertension stage 1 increased risk for NIHL."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T13655
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Suci Widyahening
"Pekerjaan sebagai pilot penerbangan sipil dipandang sebagai pekerjaan dengan tingkat stres yang sangat tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh stresor kerja dan faktor lainnya terhadap gangguan mental-emosional pilot penerbangan sipil. Penelitian dilakukan secara cross-sectional melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner khusus terhadap pilot-pilot sebuah penerbangan sipil yang sedang melakukan pemeriksaan kesehatan rutin bulan Mei - Juli 1999 di Jakarta. Lima aspek stresor kerja yang dinilai adalah kondisi kerja, aspek fisik lingkungan kerja, pengembangan karir, organisasi dan aspek hubungan interpersonal. Penilaian gangguan mental-emosional menggunakan kuesioner Symptom Checklist 90 (SCL 90). Analisis statistik menggunakan risiko relatif dengan regresi Cox dengan waktu tetap. Sebanyak 109 kuesioner dapat dianalisis dari 128 subyek yang diwawancara. Sebagian besar subjek berstatus menikah (73,4%) dan memiliki ijazah D3 (91,7%). Jumlah subyek yang berpangkat captain dan first officer hampir sama. Prevalensi gangguan mental-emosional 39,4%. Faktor-faktor yang dominan berkaitan dengan gangguan mental-emosional adalah stresor kerja dan ketegangan dalam rumah tangga. Responden dengan stresor kerja yang tinggi dibandingkan dengan yang rendah mempunyai risiko 4,6 kali mengalami gangguan mental-emosional dari pada responden dengan stresor kerja rendah [risiko relatif (RRa) = 4,64; 95% interval kepercayaan (CI) = 1,01-19,65]. Penatalaksanaan yang memadai diperlukan dalam menangani stresor kerja dan ketegangan rumah tangga yang mempengaruhi timbulnya gangguan mental-emosional. (Med J Indones 2007; 16:117-21)

Civilian airline pilots have one of the most stressful occupations. The aim of this study was to identify the effect of work stressors and other factors on mental-emotional disturbances among airline pilots. A cross-sectional study was done by interviewing selected pilots of an airline using appropriate questionnaires, during their routine medical examination from May to July 1999 in Jakarta. Five aspects of work stressor were assessed: working conditions, physical conditions of working environment, career development, organization and interpersonal relationship. Mental-emotional disturbances were determined by using the Symptom Checklist 90 (SCL 90) questionnaire. Data analysis was carried out using relative risk by Cox regression with constant time. From 128 subjects interviewed, 109 could be analyzed. Most of the subjects were married (73.4%) and college graduates (91.7%). The number of captains and first officers were almost equal. The prevalence of mental-emotional disturbances was 39.4%. Mental-emotional disturbances were significantly related to work stressors and moderately related to household tension (P = 0.184). Compared to pilots with low levels of work stressors, those with high or very high levels of work stressors had a risk of 4.6 times of mental-emotional disturbances [adjusted relative risk (RRa) = 4.64; 95% confidence interval (CI) = 1.01 ? 19.65]. Adequate guides to cope work stressors and household tension which related to mental-emotional disturbance is recommended. (Med J Indones 2007; 16:117-21)"
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 2007
MJIN-16-2-AprJun2007-117
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Account of Saleh Sudrajat, Indonesian aviator who flew solo to all parts of Indonesia
"
Jakarta: Jangka Indonesia Press, 2009
133KEMM001
Multimedia  Universitas Indonesia Library
cover
Simplisius Cornelis Tisera
"Latar Belakang : Dalam dunia penerbangan, selain memberikan dampak negatif pada kesehatan pilot, hiperurisemia juga dapat membahayakan keselamatan penerbangan melalui risiko inkapasitasi baik dikaitkan dengan peningkatan risiko terhadap penyakit kardiovaskular maupun dikaitkan dengan penyakit gout. Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya prevalensi hiperurisemia pada pilot sipil di Indonesia dan identifikasi faktor-faktor risiko hiperurisemia terhadap pilot sipil di Indonesia. Metode : Penelitian menggunakan metode potong lintang dari rekam medis pilot sipil di Balai Kesehatan Penerbangan, Jakarta yang melakukan pemeriksaan 1 November 2019–30 April 2020. Data yang dikumpulkan dari rekam medis meliputi: data laboratorium asam urat dan kreatinin, usia, jam terbang total, IMT, konsumsi alkohol, dan riwayat penggunaan obat-obatan. Hiperurisemia adalah konsentrasi urat plasma lebih dari 7.0 mg/dl. Pengolahan data menggunakan aplikasi IBM® SPSS® Statistics Version 20. Hasil : Di antara 5399 pilot yang melakukan pemeriksaan kesehatan, sebanyak 194 merupakan kriteria eksklusi, sehingga jumlah sampel penelitian menjadi 5202 pilot; 18,4% memiliki kadar asam urat tinggi (hiperurisemia) dan 81,6% memiliki kadar asam urat normal. Pilot yang memiliki jam terbang total ≥ 5000 menurunkan risiko terjadinya hiperurisemia sebesar 24% dibandingkan pilot dengan total jam terbang < 5000 (OR 0,76 (95% IK 0,62-0,93); p=0,007). Pilot yang usianya ≥ 30 tahun menurunkan risiko hiperurisemia sebanyak 25% dibandingkan dengan pilot berusia < 30 tahun (OR 0,75 (95% IK 0,62-0,91); p=0,004). Pilot yang obesitas dan overweight memiliki risiko masing-masing 2,98 kali (OR 2,98 (95% IK 2,33-3,83); p<0,001) dan 1,36 kali (OR 1,36 (95% IK 1,01-1,83); p=0,042) lebih besar mengalami hiperurisemia dibandingkan dengan pilot yang memiliki IMT normal. Selanjutnya jika dibandingkan pilot yang tidak mengkonsumsi alkohol, pilot yang mengkonsumsi alkohol memiliki risiko 14,68 kali lebih besar mengalami hiperurisemia (OR 14,68 (95% IK 9,35-23,06); p<0,001). Kesimpulan : Prevalensi hiperurisemia pada pilot sipil di Indonesia sebesar 18,4%. IMT obesitas dan overweight serta konsumsi alkohol meningkatkan risiko terjadinya kondisi hiperurisemia pada pilot sipil di Indonesia.

Background : In the aviation world, in addition to having a negative impact on pilot health, hyperuricemia can also endanger flight safety through the risk of incapacitation either associated with an increased risk of cardiovascular disease or associated with gout. The purpose of this study is to determine the prevalence of hyperuricemia in civil pilots in Indonesia and identification of risk factors for hyperuricemia in civil pilots in Indonesia. Methods : The study used a cross-sectional method from the medical records of civil pilots at Aviation Medical Center, Jakarta which conducted an examination on 1 November 2019 – 30 April 2020. Data collected from medical records included: laboratory data of uric acid and creatinine, age, total flight hours, BMI, alcohol consumption, and history of drug use. Hyperuricemia is a plasma urate concentration of more than 7.0 mg/dl. Data processing using the IBM® SPSS® Statistics Version 20 application. Results : Of the 5399 pilots conducting medical examination, 194 were exclusion criteria, bringing the total sample of the study to 5202 pilots; 18.4% had high uric acid levels (hyperuricemia) and 81.6% had normal uric acid levels. Pilots who have total flight hours ≥ 5000 reduce the risk of hyperuricemia by 24% compared to pilots with total flight hours < 5000 (OR 0.76 (95% CI 0.62-0.93); p=0.007). Pilots aged ≥ 30 years reduced the risk of hyperuricemia by 25% compared with pilots aged <30 years (OR 0.75 (95% CI 0.62-0.91); p =0.004). Obese and overweight pilots had a risk of 2,98 times (OR 2.98 (95% CI 2.33-3.83); p <0.001) and 1.36 times (OR 1.36 (95% IK 1.01-1.83); p=0,042) greater experience hyperuricemia compared with pilots who have a normal BMI. Furthermore, compared to pilots who did not consume alcohol, pilots who consumed alcohol had a 14.68 times greater risk of developing hyperuricemia (OR 14.68 (95% CI 9.35-23.06); p <0.001). Conclusion : The prevalence of hyperuricemia in civil pilots in Indonesia is 18.4%. BMI obesity and overweight and alcohol consumption increase the risk of hyperuricemia in civil pilots in Indonesia. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arjoelinda Rintasanti
"Latar belakang: Perubahan gaya hidup antara lain kebiasaan makan lemak tinggi dapat menyebabkan hiperkolesterolemia yang merupakan salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskuler yang dapat mempengaruhi keselamatan penerbangan. Penelitian ini bertujuan membuktikan pengaruh penerbangan jarak panjang dan kebiasaan sering makan berlemak terhadap risiko hiperkolesterolemia pada pilot sipil di Indonesia.
Metode: Studi ini menggunakan disain potong lintang dengan sampling purposif dan analisis regresi Cox. Hiperkolesterolemia jika kadar kolesterol total dalam darah puasa lebih dari 200 mg/dl sesuai kriteria NCEP (National Cholesterol Education Program). Pengumpulan data yang lain meliputi karakteristik sosio demografi, pekerjaan, dan kebiasaan dengan wawancara yang menggunakan kuesioner. Penelitian di Balai Kesehatan Penerbangan Jakarta antara pilot yang sedang melakukan medical check-up tanggal 8 sampai 22 Mei 2013.
Hasil: Dari 253 pilot yang bersedia mengikuti penelitian, 140 (55,4%) mengalami hiperkolesterolemia. Faktor yang berhubungan bermakna dengan hiperkolesterolemia ialah: penerbangan jarak panjang dan kebiasaan makan berlemak. Pilot yang biasa melakukan penerbangan jarak panjang mempunyai risiko 30% lebih tinggi terkena hiperkolesterolemia dibandingkan pilot dengan penerbangan jarak pendek [risiko relatif suaian (RRa) = 1,30; 95% interval kepercayaan (CI) = 0,99-1,71; p = 0,062]. Pilot yang mempunyai kebiasaan dibandingkan dengan pilot yang tidak mempunyai kebiasaan makan makanan berlemak setiap hari mempunyai risiko 32% lebih tinggi terkena hiperkolesterolemia risiko relatif suaian (RRa) = 1,32; 95% CI =0,95-1,86; p = 0,101.
Kesimpulan: Penerbangan jarak panjang dan makan berlemak mempertinggi risiko hiperkolesterolemia pada pilot penerbangan sipil Indonesia.

Background: Lifestyle changes among civil pilots such as high fat eating habits can cause hypercholesterolemia which is one of the risk factors for cardiovascular disease might affecting the safety of flight. This study aimed to identify thr influence of long haul flights and eating habits on the risk of hypercholesterolemia in civil pilot in Indonesia.
Methods: The study used a cross-sectional design with purposive sampling and Cox regression analysis. Data collection included socio demographic, job and habits characteristics by interview using a questionnaire. The subjects consisted of pilots who attending medical check up at Aviation Medical Center Jakarta. Hypercholesterolemia defined as total cholesterol levels in the blood of fasting 200 mg/dl or more in accordance with the criteria of the National Cholesterol Education Program (NCEP).
Results: Among 253 civil pilots who participated this study, 140 (55.3%) had hypercholesterolemia. The dominant factors associated with hypercholesterolemia were long-haul flights and frequent eating fatty foods. Pilot who used than did not use have long haul flights had 30% higher risk of developing hypercholesterolemia [adjusted relative risk (RRa) = 1.30; 95% confidence interval (CI) = 0.99-1.71; P = 0.062]. Pilots who had than did not often habit of eating fatty foods each day had 32% higher risk to be hypercholesterolemia (RRa) = 1.32; 95% CI = 0.95-1.86; P = 0.101].
Conclusion: Long haul flights and eatimgh fatty food habit everyday increased the risk of hypercholesterolemia among civil pilots in Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>