Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tony Iman
Abstrak :
Penyakit jantung koroner (PJK) telah menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Selain mengakibatkan kematian, penyakit ini juga mempunyai daepak sosial dan ekonomi. Hal ini mengakibatkan diperlukannya suatu usaha penanggulangan yang dapat memasyarakat. Lipoprotein plasma serta lipid yang dibawanya, merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap timbulnya PJK. Latihan fisik yang teratur akan eempengaruhi metabolisme lipoprotein, sehingga diharapkan dapat mengurangi risiko terjadinya PJK. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh latihan fisik yang teratur terhadap gambaran lipid plasma, dan juga faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap PJK. Selain itu juga diteliti adanya korelasi antara perubahan berat badan dan perubahan gambaran lipid. Penelitian dilakukan terhadap 36 siswa Kursus Lanjutan Perwira II Kesehatan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat. Pada awal pendidikan dibagikan kuesioner, sedangkan pengambiian darah, pengukuran beret badan dan tekanan darah dilakukan pada awal dan akhir pendidikan. Terhadap darah dilakukan pemeriksaan kadar kolesterol total, kolesterol-HDL, trigliserida, glukosa, dan asam urat, sedangkan kadar kolesterol-LDL diperhitungkan dengan rumus Friedewald. Gambaran awal rata-rata lipid plasma para siswa tidak lebih baik dari keadaan populasi pada umumnya. Setelah latihan fisik teratur yang dilakukan 6 hari dalam seminggu selama 18 minggu, didapatkan penurunan nilai rata-rata kadar kolesterol total, kolesterol-LDL , trigliserida dan asam urat, meskipun secara statistik tidak bermakna. Sedangkan kadar glukosa menurun secara bermakna. Sebaliknya juga terjadi peningkatan bermakna kadar kolesterol-HDL, yang selanjutnya mengakibatkan penurunan bermakna rasio kolesterol total/kolesterol-HDL dan rasio kolesterol-LDL/kolesterol-HDL. Mengingat rasio kolesterol total/kolesterol-HDL dan rasio kolesteroI-LDL/kolesterol-HDL merupakan prediktor yang berbanding lurus dengan risiko kejadian PJK, serta kadar kolesterol-HDL adalah prediktor yang berbanding terbalik dengan kejadian PJK, dapat diharapkan bahwa latihan ini telah dapat menurunkan risiko PJK. Pada penelitian ini juga tampak bahwa perubahan gambaran lipid plasma lebih merupakan akibat dari latihan fisik teratur ketimbang perubahan berat badan. Sedangkan perubahan kadar kolesterol total setelah latihan lebih merupakan perwujudan perubahan kadar kolesterol-LDL.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Murtiati
Abstrak :
ABSTRAK
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian : Sindroma premenstruasi merupakan suatu gangguan yang berulang secara siklik pada akhir fase luteal siklus menstruasi seorang wanita. Gejala yang terjadi mencakup perubahan fisiologis, perasaan dan perilaku yang mengganggu aktifitas normal. Gejala yang terlihat sangat bervariasi, mulai dari gejala ringan, sedang dan sangat beret. Sindroma premenstruasi diduga dipengaruhi banyak faktor. Sindroma premenstruasi umumnya terjadi pada wanita berusia antara 20 - 48 tahun. Salah satu teori yang mencoba menjelaskan terjadinya patofisiologi sindroma premenstruasi adalah defisiensi kadar progesteron plasma pada fase luteal siklus menstruasi seorang wanita.

Kadar progesteron plasma yang rendah pada fase luteal siklus menstruasi berpengaruh pada susunan saraf pusat dan retensi air pada tubuh yang menimbulkan gejala sindroma premenstruasi . Penelitian ini merupakan studi analisis eksperimental untuk meneliti efek latihan senani erobik terhadap kadar progesteron plasma pada fase luteal dan gejala sindroma premenstruasi pada penderita sindroma premenstruasi. Pengukuran kadar progesteron plasma pada fase luteal dengan teknik Microparticle Enzyme Immuno Assay (META). Pengukuran gejala sindroma premenstruasi dengan kuesioner gejala sindroma premenstruasi yang diadaptasi dari Menstrual Distress Questionnaire (MDQ). Delapan orang wanita sehat penderita sindroma premenstruasi mendapat latihan fisik erobik dengan dilakukan tes kebugaran sebelum dan sesudah latihan 12 minggu. Latihan fisik erobik mengikuti prinsip Frekuensi, lntensitas, Durasi dan Janis (FIDJ). Program latihan dilakukan 3 kali seminggu selama 12 minggu, dengan intensitas sedang dan durasi 45 -- 60 merit.
Data dianalisis dengan uji t independen, uji korelasi setelah sebelumnya diuji normalitas dengan uji Kolrnogorov smirnov dan uji kesamaan variansi dengan uji F pada alpha 0,05

Hasil dan kesimpulan : Dari penelitian ini diperoleh hasil (1) kadar progesteron plasma penderita sindroma premenstruasi pada fase luteal siklus menstruasi lebih rendah dan nilai normal, (2) Kadar progesteron plasma penderita sindroma premenstruasi setelah latihan . senam erobik secara teratur selama 12 minggu lebih tinggi secara sangat bermakna dibanding pada penderita yang tidak latihan senam erobik (p<0,01), (3) Gejala sindroma premenstruasi pada penderita sindroma premenstruasi yang diberi perlakuan berkurang secara sangat bermakna dibanding penderita yang tidak latihan senam erobik (p<0,01), (4) Denyut nadi pada pelaksanaan latihan senam erobik telah sesuai dengan program latihan yang dianjurkan (72% - 87% Denyut Nadi Maksimal), (5) Kebugaran meningkat secara bermakna (p<0,05), persentase peningkatan 16%, (6) Persentase lemak tubuh menurun, (7) Fleksi dan ekstensi meningkat .
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library